showpoiler-logo

Sinopsis & Review You People, Kisah Cinta Beda Budaya di Era Modern

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
You People
2.4
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ezra dan Amira menjalin cinta setelah pertemuan tidak diduga. Berbeda latar belakang keluarga, mereka harus siap menerima segala kemungkinan terburuk yang datang dari perbedaan budaya ini.

Kekuatan cinta mereka terus diuji dengan sikap dan perbedaan pemikiran dari kedua orang tua masing-masing di tengah persiapan menuju hari pernikahan yang diimpikan.

You People adalah film komedi romantis karya debut Kenya Barris yang dirilis oleh Netflix pada 27 Januari 2023. Menampilkan deretan aktor dan aktris terkenal di dalamnya, film ini digawangi oleh Jonah Hill dan Lauren London sebagai pemeran utamanya.

Dengan premis yang klise tentang pasangan beda budaya, apakah film ini menawarkan hal yang baru? Untuk mengetahuinya, simak artikel berikut yang akan mengulas tuntas film yang menampilkan kehidupan modern di Los Angeles ini.

Baca juga: 20 Film Komedi Romantis Terbaik Sepanjang Masa

Sinopsis

Sinopsis

Ezra Cohen adalah seorang pialang saham berusia 35 tahun dan Amira Mohammed adalah seorang perancang busana. Mereka bertemu secara tidak sengaja di depan kantor Ezra ketika dia masuk ke mobil Amira yang dikira sopir Uber.

Sebagai permintaan maaf, Ezra bersedia memberi tahu arah menuju lokasi tujuan Amira yang sedang kebingungan karena GPS-nya tidak berfungsi dengan baik.

Ezra juga mengajak Amira makan siang dimana mereka saling tertarik satu sama lain di atas perbedaan antara mereka. Ezra adalah pria kulit putih dari keluarga Yahudi, sedangkan Amira gadis kulit hitam dari keluarga Muslim. Mereka memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih.

Enam bulan kemudian, Ezra mengundang Amira untuk bertemu keluarganya. Disambut dengan hangat, Amira terlibat perbincangan canggung dimana Shelley dan Arnold menjelaskan bahwa mereka mendukung semua kalangan, termasuk Liza adik Ezra yang lesbian.

Obrolan semakin canggung ketika mereka mengungkit tema budaya warga Afrika-Amerika. Meski sudah disarankan oleh Mo, rekannya di podcast, Ezra nekat mengundang kedua orang tua Amira untuk bertemu dengannya di restoran kecil.

Akbar dan Fatima, kedua orang tua Amira, tidak terkesan dengan Ezra yang dianggap adalah pria tanpa potensi. Akbar menyindir Ezra yang memandu podcast tentang budaya Afrika-Amerika padahal dia berasal dari kalangan kulit putih.

Sedikit kecewa dengan respon orang tua Amira, Ezra dengan gugup meneruskan niatnya untuk melamar Amira setiba di rumah yang langsung diterima oleh kekasihnya itu. Ezra memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan saham tempatnya bekerja untuk fokus memandu podcast.

Ezra dan Amira kemudian mempertemukan orang tua mereka untuk menyampaikan keseriusan hubungan cinta ini menuju jenjang pernikahan. Pertemuan ini menjadi tegang ketika Akbar dan Shelley berselisih paham tentang pandangan Louis Farrahkhan, pemimpin Nation of Islam yang anti Yahudi.

Situasi semakin kacau saat Shelley secara tidak sengaja menjatuhkan lilin yang membuat kufi Akbar terbakar. Untuk mendekatkan diri, Ezra menghabiskan waktu dengan Akbar.

Sepanjang hari, Akbar menyinggung profesi Ezra sebagai podcaster yang dianggap bukanlah sebuah pekerjaan. Semakin merasa direndahkan saat diajak ke barbershop, Ezra membuktikan diri di lapangan basket dengan kemahirannya mengolah bola.

Sementara Amira pergi bersama Shelley ke sebuah salon perawatan. Amira merasa tidak nyaman dengan sikap Shelley yang nyaris membuat malu dirinya dengan dugaan-dugaan bernada rasis dari orang lain. Padahal itu diakibatkan karena ketidaktahuan Shelley tentang segala kebiasaan warga Afrika-Amerika.

Ezra dan teman-temannya merayakan pesta lajang di Las Vegas. Namun dengan adanya Akbar bersama mereka, Ezra tidak bisa ikut dalam setiap aktivitas yang dilakukan teman-temannya. Kebiasaan Ezra saat berpesta di masa lalu sedikit terungkap karena ucapan teman-temannya yang minta dibelikan kokain.

Sementara Amira dan keluarganya mengundang Shelley ke pesta kecil mereka. Namun karena sikap canggung Shelley yang berkelanjutan, ucapan bernada rasis kembali terlontar darinya. Ditambah lagi dia mencabut wig salah satu teman Amira secara tidak sengaja yang membuat pesta menjadi berantakan.

Di acara makan malam besar keluarga, tensi semakin meninggi. Akbar dengan terbuka bilang kepada Ezra bahwa dia tidak pantas bagi putrinya. Dan Amira kesal dengan sikap Shelley yang seolah tidak henti melemparkan ucapan bernada rasis. Di akhir malam, Ezra dan Amira memutuskan untuk berpisah.

Lalu bagaimana rencana pernikahan mereka? Akankah mereka bersatu kembali? Bagaimana cara untuk menyatukan perbedaan budaya dan pemahaman dua keluarga ini? Saksikan terus usaha mereka untuk mewujudkan impian mereka yang mengundang berbagai kelucuan hingga filmnya usai. Dan semua akan terjawab dengan indah pada akhirnya.

Didukung Para Pemeran dalam Performa Apik

Didukung Para Pemeran dalam Performa Apik

Premis yang diusung oleh film You People memang cenderung klise dan sudah seringkali ditampilkan. Kisah komedi romantis dengan pasangan beda ras yang nantinya akan menceritakan benturan budaya dan tradisi yang canggung sebagai pemancing kelucuan terkesan sudah ketinggalan zaman.

Guess Who’s Coming to Dinner (1967) adalah film terbaik dengan premis sejenis yang dibintangi oleh Sidney Poitier dan Katharine Hepburn. Lalu ada juga Guess Who (2005) dengan bintang Ashton Kutcher dan Zoe Saldana. Kedua film ini menampilkan kelucuan dari kecanggungan hubungan mertua dan menantunya yang berbeda ras.

You People pun menghadirkan kecanggungan yang nyaris serupa antara karakter yang diperankan Jonah Hill dengan calon mertuanya yang dibawakan oleh Eddie Murphy.

Selain itu, karakter Julia Louis-Dreyfus pun membawa peranan penting di dalam jalinan cerita. Mereka bertiga tampil apik membawakan karakter masing-masing yang kuat dengan tradisi dan pemahaman berbeda.

Eddy Murphy sebagai Akbar Mohammed tampil sebagai ayah Muslim yang kaku dengan pemahaman dari Nation of Islam yang moderat. Dia lebih banyak bermain ekspresi dan menggambarkan sikap orang yang bangga akan dirinya sendiri dalam setiap ucapannya.

Chemistry-nya dengan Nia Long sangat apik dimana Fatima, ibu Amira, lebih ketus dalam berbicara meski bijak dalam berujar. Sedangkan Julia Louis-Dreyfus berhasil menampilkan kecanggungan Shelley dalam setiap dialog dimana kombinasinya diimbangi oleh David Duchovny.

Sebagai Arnold, dia selalu salah dalam menunjukkan referensinya tentang kaum kulit hitam dari lagu dan budaya hip-hop yang membuat keluarga Amira hanya geleng-geleng kepala saja melihatnya.

Sementara Jonah Hill yang juga menjadi penulis naskah film ini bersama sutradara Kenya Barris tampil prima dan meyakinkan dengan semua kalimat yang diucapkannya. Sedangkan Lauren London menghadirkan sosok wanita modern yang mandiri dan berusaha tidak terikat dengan pemahaman yang dianut keluarganya.

Sebagai jebolan sketsa komedi Saturday Night Live, Eddie Murphy dan Julia Louis-Dreyfus berhasil mencuri perhatian dengan karakter yang mereka bawakan. Bahkan performa mereka terlihat lebih gemilang dibandingkan Jonah Hill dan Lauren London sebagai pemeran utamanya.

Potensi Komedi yang Terabaikan Karena Dialog Tak Biasa

Potensi Komedi yang Terabaikan Karena Dialog Tak Biasa

Kenya Barris dikenal berkat kesuksesannya sebagai kreator, penulis naskah dan sutradara sitcom Black-ish. Di film ini, dia berkolaborasi dengan Jonah Hill dalam menulis naskah yang membuat aktor dengan akting yang semakin matang ini bebas dalam berekspresi.

Semua dialog yang dihadirkan berhasil dia bawakan dengan baik, juga oleh para pemeran lainnya. Namun masalahnya, dialog yang ditampilkan terasa tidak biasa.

Bisa dipastikan tidak semua orang berbicara dengan rangkaian kalimat seperti yang dihadirkan di film berdurasi 1 jam 57 menit ini. Terutama bagi kita di Indonesia yang kurang paham dengan referensi yang mereka bicarakan.

Salah satunya adalah ketika Ezra bertukar pikiran dengan Mo tentang perasaannya kepada Amira yang digambarkan dengan beberapa judul lagu milik Drake. Bukan bermaksud mengecilkan peran para penggemar rapper terkenal ini, tapi tidak semua orang paham dengan isi lagunya yang kemudian dijadikan bahan obrolan di film ini.

Potensi kelucuan yang bersumber dari perbedaan budaya juga kurang tergali dengan baik. Beberapa sentilannya mungkin bisa memancing kelucuan, namun cenderung berbahaya karena mengusung tema perbedaan agama antara Yahudi dan Islam yang sensitif.

Kisah Romantis yang Kurang Realistis

Kisah Romantis yang Kurang Realistis

Sementara dari sisi romansa, chemistry Jonah Hill dengan Lauren London sebenarnya cukup apik, terutama setiap kali adegan empat mata antara mereka. Namun ketika cerita dipecah, Ezra dengan Akbar dan Amira dengan Shelley, terlihat timpang.

Porsi Ezra lebih banyak dibandingkan Amira, sehingga kita dibuat lebih memahami perasaan Ezra daripada Amira. Perang dingin antara Ezra dan Akbar memang menjadi pokok cerita yang diharapkan memiliki penyelesaian lewat tikungan tajam yang tidak diduga.

Namun sayangnya, perubahan pemikiran Akbar tentang Ezra terasa kurang realistis dan terlalu cepat. Hanya lewat dialog singkat dengan EJ, Akbar langsung mengerti bahwa dia salah dan Ezra adalah pria yang pantas bagi Amira.

Akbar yang merasa dirinya adalah orang baik melihat refleksi masa mudanya pada diri Ezra, dan tersirat ada harapan bahwa Ezra akan berubah menjadi lebih baik.

Sementara itu Shelley meminta maaf kepada Amira karena rasa antusiasnya hendak memiliki menantu dari budaya dan agama berbeda membuat mereka tenggelam dalam kesalahpahaman.

Dan hal ini diperparah dengan adegan pernikahan mendadak yang dirancang oleh Akbar dan Shelley bagi anak-anak mereka. Semua bangunan cerita lewat rangkaian adegan yang sudah disusun dengan baik dari awal film, menjadi sia-sia karena seolah diburu waktu dengan penyelesaian akhir yang terlalu cepat.

Apalagi Ezra dan Amira diceritakan pisah selama tiga bulan tanpa bicara. Sehingga di adegan pernikahan mendadak mereka, kesan rindu dan cinta yang seharusnya ada menjadi tidak terlihat dan tidak bisa dirasa oleh kita.

You People sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk sebuah film komedi romantis. Meski mengusung premis klise, tapi sentuhan referensi dan budaya modern seharusnya bisa memancing kelucuan bila dibenturkan dengan budaya yang dipegang erat oleh orang tua dari dua tokoh utamanya.

Namun karena juga menyentuh tema agama, perbincangan seputarnya terasa riskan karena bisa menyinggung sisi sensitif penganut agama yang sepatutnya tidak dijadikan bahan lelucon.

Apalagi kemudian tema sensitif lainnya seperti Holocaust, perbudakan dan diskriminasi ras dijadikan bahan obrolan pula. Meski terlihat serba tanggung, komedi yang kurang lucu dan romansa yang kurang romantis, tapi film ini berhasil menampilkan performa akting yang apik dari para pemerannya.

Tampil dengan editing ala sitcom, film ini bisa dijadikan tontonan di waktu santai. You People sudah bisa disaksikan di Netflix sekarang juga. Selamat menyaksikan!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram