showpoiler-logo

Sinopsis & Review Where the Crawdads Sing, Menguak Pembunuhan di Rawa

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Where the Crawdads Sing
2.4
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ketika sesosok mayat ditemukan di tengah rawa, penduduk kota menuduh Kya si gadis rawa adalah pembunuhnya. Dia kemudian ditangkap dan diadili.

Tidak ada yang membelanya, kecuali seorang pengacara tua dan dirinya sendiri. Proses persidangan semakin membuktikan kalau dia tidak bersalah. Tapi benarkah bukan dia pelakunya?

Where the Crawdads Sing adalah film drama thriller dengan bumbu romansa dan nuansa misteri pembunuhan. Film ini merupakan adaptasi dari novel karya Delia Owens yang diarahkan oleh Olivia Newman dan dirilis oleh Sony Pictures pada 15 Juli 2022.

Tampil setia dengan sumber aslinya sudah pasti membuat para pembaca novelnya senang dan siap menyimak hasil visualisasi dari buku favorit mereka ini. Tapi apakah film ini mampu menarik minat penonton umum? Simak review berikut untuk mengetahui ulasan lengkap film ini secara mendalam.

Baca juga: 10 Rekomendasi Film Action Thriller yang Seru untuk Diikuti 

Sinopsis

Sinopsis

North Carolina, 1969. Di suatu hari yang cerah, dua anak kecil yang sedang bermain sepeda menemukan sesosok mayat di tepi rawa. Polisi menyelidikinya dan langsung melemparkan tuduhan kepada seorang gadis yang tinggal di rawa sebagai pelakunya.

Mereka melakukan pengejaran dan berhasil menangkap Catherine Danielle Clark yang biasa dipanggil Kya si gadis rawa. Tom Milton, seorang pengacara yang sudah tua, mendengar kabar penangkapan Kya dan langsung menghampirinya di tahanan kantor polisi.

Dia menawarkan dirinya untuk membela Kya di persidangan, meski awalnya Kya sempat diam seolah menolak. Namun setelah diberikan sebuah buku bergambar kerang, Kya mulai membuka suaranya.

Cerita beralih ke tahun 1953 dimana Kya hidup bersama seluruh anggota keluarganya dalam kemiskinan di daerah rawa. Ayah Kya sering mabuk-mabukan dan berjudi menghabiskan seluruh uang hasil usahanya.

Karena tidak tahan dengan kekerasan yang dilakukan ayahnya, ibu Kya meninggalkan rumah dan pergi tidak kembali lagi. Tidak berapa lama, seluruh kakaknya pun pergi meninggalkan rumah.

Kini hanya ada dia dan ayahnya yang semakin tenggelam dalam keterpurukan hidupnya. Setelah mendapat surat dari ibu Kya, sang ayah pun pergi setelah membakar surat tersebut meninggalkan Kya seorang diri.

Demi meneruskan hidup, Kya kemudian menjual mussel yang dicarinya setiap pagi ke toko di Barkley Cove. Jumpin’ dan Mabel, sebagai pemilik toko, merasa kasihan kepadanya dan memulai transaksi bisnis mussel dengan Kya.

Dia pernah datang ke sekolah di kota, namun karena tidak tahan dengan celaan murid-murid lain, Kya memilih hidup menyendiri di rumahnya. Dia sibuk meneliti segala jenis binatang di daerah rawa, menggambarnya dan menuliskannya dalam sebuah buku.

Beberapa tahun pun berlalu, kini Kya beranjak remaja. Secara tidak sengaja dia bertemu dengan Tate, teman kakaknya saat masa kecil dulu.

Awalnya mereka saling bertukar bulu burung dan surat yang tidak bisa dibaca oleh Kya, karena dia belum pernah sekolah. Kemudian Tate mengajarinya membaca dan menulis setiap hari dengan buku-buku yang dimilikinya.

Mereka pun saling jatuh cinta hingga akhirnya Tate memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke universitas di kota besar. Namun Tate berjanji akan kembali di hari kemerdekaan. Kya mengisi hari-harinya penuh kesendirian dengan satu harapan bertemu Tate tanggal 4 Juli nanti.

Saat hari itu tiba, Kya memakai gaun terbaiknya dan menuju pantai dimana Tate berjanji untuk menemuinya. Dia menunggu dan terus menunggu. Pesta kembang api terlihat dari kejauhan. Dan Kya pun terlelap. Di pagi harinya, dia marah dan kesal karena tidak mendapati kehadiran Tate.

Tahun 1968. Kya menarik perhatian seorang pemuda bintang football lokal bernama Chase Andrews. Kya memenuhi undangan piknik berdua dimana mereka kemudian menyatakan diri sebagai pasangan kekasih.

Chase mengajak Kya ke sebuah menara tua yang terbengkalai demi melihat pemandangan dari atas dimana Kya memberikan hadiah berupa kalung terbuat dari kerang kepada Chase.

Chase berjanji akan menikahi Kya, namun hubungan mereka belum mau dia ungkap kepada orang lain, termasuk orang tuanya. Chase lulus sekolah dan menjadi manajer sebuah toko.

Saat Kya merasa hubungannya mengarah serius, dia bertemu Chase dan seorang wanita yang mengaku sebagai tunangannya di jalanan kota. Kya sakit hati dan ingin mengakhiri hubungannya dengan Chase.

Suatu hari Kya menyadari ada pihak developer yang mengamati tanah di sekitar rumahnya. Menurut Jumpin’ mereka hendak membangun sebuah hotel disana.

Kya kemudian mencari bukti ke kantor pemerintahan bahwa dia adalah pewaris dari pemilik tanah tersebut. Ternyata memang tanah itu adalah milik kakeknya. Namun, pajaknya belum pernah dibayarkan selama ini dan jumlahnya sangat besar.

Kya kemudian memusatkan perhatiannya kepada penulisan bukunya dan mengirimkannya kepada salah satu penerbit yang disarankan oleh Tate dahulu.

Rupanya penerbit itu sangat terkesan dan mulai menerbitkan bukunya. Kya mendapat uang dalam jumlah besar yang dia gunakan untuk membayar pajak tanah dan merenovasi rumahnya.

Tate kembali ke kota dan bertemu dengan Kya. Dia masih berharap Kya mau memaafkannya. Namun Kya masih merasa kesal dan menolaknya. Suatu hari Tate berkelahi dengan Chase karena sudah menghina Kya.

Di hari yang lain, Chase bertemu dengan Kya di toko Jumpin’ dan berusaha mengejeknya. Namun Kya berhasil melarikan diri. Chase mengejar Kya yang sedang menulis di tepi rawa dan berusaha memperkosanya.

Namun Kya berhasil membela dirinya dan pergi sambil mengancam bahwa dia akan membunuhnya apabila masih mengganggu dirinya lagi. Kya kemudian mendapati rumahnya dirusak oleh Chase. Keesokan harinya, mayat Chase ditemukan di tepi rawa.

Proses pengadilan Kya berlangsung alot karena tidak ada satupun yang membelanya. Namun bukti demi bukti yang diajukan jaksa penuntut berhasil ditepis oleh Tom dan semakin menguatkan bukti bahwa Kya tidak bersalah.

Bahkan Kya memiliki alibi yang sangat kuat bahwa sehari sebelumnya dia pergi menemui penerbit di kota besar dan selama seminggu berada disana.

Semua bukti dan saksi sudah dipaparkan. Kini mereka menanti suara dari para juri dan keputusan dari hakim. Apakah Kya dinyatakan bersalah, atau sebaliknya?

Saksikan terus film ini hingga usai untuk menemukan jawabannya. Dan bersiaplah untuk kaget dengan fakta tentang pembunuh aslinya di akhir film.

Adaptasi Novel Laris

Adaptasi Novel Laris

Film Where the Crawdads Sing menyatakan diri setia dengan novel yang menjadi sumber adaptasinya. Semua nama karakter dan adegan dari novelnya dihidupkan dengan apik dalam filmnya. Satu hal yang membedakan film ini dengan novelnya adalah alur ceritanya.

Jika di dalam novel, cerita dipisah menjadi dua bagian dan dituturkan dengan alur maju. Sedangkan di dalam film, cerita dimulai setelah pembunuhan terjadi dan menggunakan konsep flashback untuk mengungkap sedikit demi sedikit latar belakang kehidupan Kya yang berhubungan dengan jalannya persidangan.

Sebenarnya kunci penguak misteri di film ini adalah proses persidangan, dimana semua bukti dan pernyataan para saksi adalah aspek utama untuk menentukan dakwaan kepada Kya.

Namun justru kelemahan film ini terletak pada adegan-adegan di persidangan yang kurang menggigit dan terkesan terlalu santai minim ketegangan.

Adegan-adegan flashback yang disuntikkan diantara proses persidangan seharusnya bisa memberikan petunjuk-petunjuk untuk membuktikan apakah benar Kya bersalah atas kematian Chase.

Tapi beberapa kali pula adegan flashback ini justru sedikit mengaburkan ketegangan alur utamanya. Kita jadi lebih tertarik pada kisah masa lalu Kya daripada pembuktian tuduhan terhadapnya.

Ketika adegan persidangan tidak bisa membuat kita tertarik, rasanya ingin kita segera kembali ke adegan flashback saja, dimana rawa yang suram terlihat indah dan sinar matahari begitu hangat menyelinap di antara pepohonan.

Dan jangan harap ada adegan Chase menemui kematiannya, apakah dia mengalami kecelakaan atau dibunuh. Tidak ada satupun adegan menuju ke arah sana.

Akting Memikat Daisy Edgar-Jones

Akting Memikat Daisy Edgar-Jones

Kita semua pasti setuju bahwa kualitas utama film Where the Crawdads Sing ini adalah performa akting Daisy Edgar-Jones yang berperan sebagai Kya.

Dia berhasil menghuni dan mendalami karakter Kya dengan baik, sehingga terlihat jelas pada wajah dan sikapnya keluguan dan kecerdasan gadis yang hidup di rawa tersebut.

Di setiap adegan, Daisy Edgar-Jones selalu berhasil mencuri perhatian kita dengan ekspresinya yang begitu meyakinkan. Kita sampai dibuat tidak peduli dengan tensi film yang datar dan adegan persidangan yang tidak menegangkan.

Kita hanya dibuat tertarik dengan karakter Kya dan seolah tidak mau melepaskan mata kita untuk selalu menatap dan memperhatikan gerak-geriknya.

Namun tidak hanya Daisy Edgar-Jones saja yang tampil apik, melainkan juga pemeran Kya sewaktu masih kecil pun menarik untuk diperhatikan.

Jojo Regina memang baru memulai karir aktingnya di film ini, namun dia sudah berhasil menampilkan performa menjanjikan. Kita dibuat terus menerus menaruh simpati pada Kya kecil dengan segala kesusahan hidupnya.

Dimulai saat ibunya pergi, seluruh kakaknya pun turut pergi, hingga hanya dia dan ayahnya. Untung saja ayahnya yang biasa terlihat dalam kondisi mabuk mulai sedikit sadar.

Dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama Kya dan mengajarkan banyak hal tentang rawa kepada Kya yang akan berguna bagi masa depannya. Dan ketika ayahnya pun pergi, hati kita dibuat pecah berkeping-keping melihatnya sendirian.

Sinematografi Kelas Wahid

Sinematografi Kelas Wahid

Selain penampilan powerful dari Daisy Edgar-Jones, film Where the Crawdads Sing juga memiliki sinematografi yang indah. Mata kita dibuat hangat oleh sinar mentari yang menyelinap diantara pepohonan yang rimbun.

Kehidupan rawa yang seharusnya suram bisa digambarkan dengan indah oleh Polly Morgan sebagai sinematografernya. Tidak hanya keindahan alamnya saja, namun juga di banyak adegannya emosi kita pun ikut terbawa berkat tampilan sinematografi dan permainan kameranya dalam mengambil gambar.

Salah satunya adalah ketika Kya menunggu Tate di hari kemerdekaan di tepi pantai. Hati kita terbawa perasaan kesal dan amarah Kya yang memuncak kepada Tate yang tidak kunjung datang mengingkari janjinya sendiri.

Mungkin ini terlalu dini, tapi sejauh ini sinematografi film ini adalah yang terbagus. Jadi sangat wajar apabila di penyelenggaraan Academy Awards nanti, bisa jadi nama Polly Morgan akan tercantum sebagai salah satu nominator Oscar atas kerja kerasnya di film ini.

Pada akhirnya, Where the Crawdads Sing akan memuaskan para pembaca novelnya. Namun bagi penonton umum, bisa jadi pendapatnya akan terpecah.

Satu pihak ada yang terpukau dan bisa menikmati film ini dengan baik, di pihak lain ada yang merasa tensi film tidak maksimal dan ritmenya cenderung datar sehingga merusak alur cerita yang disuguhkan.

Apapun opini kalian nanti, tapi pastinya film ini tampil cukup baik di atas semua kekurangannya. Memang tidak semua elemen berjalan maksimal, namun hal ini masih bisa dimaafkan dengan kelebihan dari elemen lainnya.

Bagi penyuka film misteri pembunuhan, kalian harus sedikit bersabar dan bersiap terkejut di adegan paling akhir film ini. Sedangkan bagi penikmat kisah romantis, hubungan asmara Kya dan Tate cukup hangat dan chemistry kedua pemerannya cukup padu yang mungkin bisa menghangatkan hati kita.

Sudah siap menebak siapa pembunuh Chase sebenarnya? Apakah memang benar Kya, atau orang disekitarnya yang tidak menyukai Chase? Tonton film ini untuk menuntaskan rasa penasaran kalian.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram