showpoiler-logo

Sinopsis & Review The Woman King (2022), Kisah Pasukan Wanita Afrika

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Woman King
3.8
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Di bawah kekuasaan raja barunya, kerajaan Dahomey berusaha melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Oyo yang lebih besar dan kuat. Dengan pasukan khusus wanita Agojie pimpinan Jenderal Nanisca, mereka menindak keras perbudakan yang terjadi di benua Afrika pada era 1820an.

Namun, perjuangan Nanisca berbenturan dengan hadirnya orang-orang dari masa lalu yang mengaburkan pemikirannya.

The Woman King adalah film epik dengan latar sejarah karya Gina Prince-Bythewood yang dirilis oleh TriStar Pictures pada 16 September 2022. Menampilkan akting tangguh dan memikat dari Viola Davis, film ini adalah fiksionalisasi dari sejarah yang pernah terjadi di Kerajaan Dahomey, kini berada di Benin.

Sempat tertunda dalam proses syutingnya karena menyebarnya varian Omicron di Afrika Selatan, film ini tayang perdana di Toronto International Film Festival pada 9 September 2022 dengan respon positif.

Apakah benar kualitas film ini cukup pantas untuk menempatkannya di deretan film epik berlatar sejarah terbaik? Simak review berikut untuk mengetahui ulasan selengkapnya!

Sinopsis

Review The Woman King_Sinopsis_

Kerajaan Dahomey, tahun 1823. Jenderal Nanisca dan pasukan Agojie menyerang desa Mahi untuk membebaskan warganya yang diculik oleh pasukan dari Kerajaan Oyo. Pulang dengan kemenangan, Nanisca menginspirasi Raja Ghezo untuk melepaskan diri dari belenggu Kerajaan Oyo.

Sementara itu, seorang gadis bernama Nawi diserahkan ke istana oleh ayahnya karena tidak mau menikah. Disambut oleh Izogie, Nawi dibawa ke ruangan para wanita di istana.

Di bawah arahan para ksatria Agojie, para wanita yang tidak hanya berasal dari Dahomey ini ditempa untuk menjadi generasi baru pasukan khusus wanita yang disegani di Afrika tersebut.

Nawi berlatih keras di bawah bimbingan Izogie dan pengawasan langsung Nanisca. Namun, sikap keras kepala dan kurangnya kedisiplinan pada dirinya nyaris membuatnya dikeluarkan dari istana.

Tapi karena keinginannya yang sangat kuat untuk menjadi Agojie, dia bisa mempertahankan diri agar membuktikan kapasitasnya sebagai calon ksatria.

Saat jenderal baru Kerajaan Oyo, Oba Ade, meminta upeti tambahan dari Kerajaan Dahomey berupa 20 anggota Agojie, Nanisca beserta 19 wanita pilihannya memenuhi permintaan dan datang ke pelabuhan Ouidah.

Bukannya menyerahkan diri, mereka justru berusaha melawan Oba Ade dan pasukannya. Hampir kalah, Nanisca dan pasukannya berhasil kembali dengan selamat.

Kapten baru armada Portugis, Santo Ferreira, tiba di Ouidah. Bersama Malik, rekan sekaligus sahabatnya, dia melanjutkan perdagangan budak di Afrika.

Setelah ditekan oleh Oba Ade terkait pertikaian Kerajaan Oyo dengan Kerajaan Dahomey, Santo justru mengunjungi Kerajaan Dahomey untuk negosiasi perdagangan senjata api untuk melawan Kerajaan Oyo. Mereka sempat menyaksikan ujian akhir anggota baru Agojie yang dimenangkan oleh Nawi.

Malik terkesan padanya dan ingin mengenalnya lebih dekat. Malam setelah acara peresmian anggota baru Agojie, Nawi berbincang dengan Malik.

Darinya, Nawi mendapat informasi bahwa pasukan Kerajaan Oyo dibantu beberapa pasukan dari kerajaan lainnya sedang bergerak menyerang Dahomey. Nanisca membuka rahasia yang selama ini dia pendam, bahwa Nawi adalah putri kandungnya.

Melahirkan dalam pelarian dari kekejian pasukan Kerajaan Oyo, dia menitipkan anak yang baru dilahirkannya kepada sekelompok misionaris. Tanda yang membuktikan bahwa Nawi adalah anaknya yaitu gigi hiu yang dia tanam di lengan kiri Nawi.

Nanisca dan seluruh pasukan Kerajaan Dahomey membuat strategi perang dengan menggunakan bubuk mesiu. Setelah meledakkan perkemahan pasukan Kerajaan Oyo, mereka menyerang dan berhasil memukul mundur musuh yang jumlahnya lebih besar itu.

Tapi sayangnya, beberapa Agojie dijadikan tawanan. Salah satunya adalah Nawi. Bersama Izogie, dia dipersiapkan untuk dijual sebagai budak.

Atas kemenangannya di pertempuran melawan pasukan Kerajaan Oyo, Raja Ghezo mengangkat Nanisca sebagai Raja Wanita yang akan duduk memerintah di sisinya.

Saat menjelang acara penobatan, Nanisca mendapat informasi keberadaan Nawi dan Izogie dari Fumbe, salah satu Agojie yang berhasil meloloskan diri dari kereta yang membawa mereka ke Ouidah.

Meski permintaan Nanisca untuk menyelamatkan beberapa anggotanya dari jerat perbudakan ditolak oleh Raja Ghezo, namun Nanisca bersikeras untuk berangkat seorang diri. Di perjalanan, beberapa Agojie dan tentara pria bergabung bersamanya untuk menyelamatkan putrinya tersebut.

Sementara itu, setelah melalui berbagai macam penyiksaan, Nawi dan Izogie dinaikkan ke panggung untuk dijual sebagai budak. Izogie dan Nawi menjalankan rencana mereka untuk melarikan diri. Tapi sayang, Izogie meregang nyawa setelah ditembak oleh tentara Portugis dan Nawi kembali disekap.

Berhasilkan Nanisca dan pasukan Agojie menyelamatkan Nawi? Apakah Nawi memilih pergi bersama Malik ke Eropa, atau tetap bersama Agojie membela tanah airnya?

Temukan jawaban dari semua pertanyaan dengan menonton film yang seru ini hingga akhir. Jangan beranjak terlebih dahulu setelah credit title usai, karena masih ada satu adegan yang mengundang tanda tanya.

Akting Gemilang Viola Davis

Review The Woman King_Akting Gemilang Viola Davis_

Nama Viola Davis memang sudah lama berkibar di perfilman Hollywood. Biasanya dia tampil di film-film drama dengan kualitas Oscar, seperti The Help, Fences dan Ma Rainey’s Black Bottom. Dia juga pernah bermain di film-film action, seperti sebagai Amanda Waller di rangkaian film DC Extended Universe.

Tapi baru kali ini Viola Davis beraksi dalam artian sesungguhnya, secara fisik dan mental. Sebagai Jenderal Nanisca, dia terlihat tangguh dan berwibawa sebagai pemimpin Agojie, pasukan khusus Kerajaan Dahomey yang seluruhnya beranggotakan para ksatria wanita.

Dia terlihat gesit dan keras dalam setiap adegan perkelahian dan pertempuran, juga bisa tampil penuh penghayatan dalam menampilkan luka hati yang telah terkubur lama.

Kita patut kagum dengan totalitasnya di film ini. Viola Davis benar-benar menjelma sebagai jenderal perang dari Afrika, tidak hanya secara penampilan, tapi juga terpancar dari dalam hatinya pergolakan batin menentang kezaliman.

Ketangguhan Nanisca yang goyah karena kehadiran sosok dari masa lalu yang pernah meninggalkan luka dalam diperlihatkan dengan sangat meyakinkan. Aroma balas dendam yang muncul nyaris membahayakan diri dan pasukannya.

Namun di sisi lain, dia pun bisa menampilkan kerinduan seorang ibu ketika menemukan anaknya kembali. Ternyata Nawi adalah putri yang dia buang dahulu.

Mungkin masih terlalu dini, tapi performa penuh energi Viola Davis di film berdurasi 2 jam 15 menit ini bisa mengantarkannya masuk sebagai kandidat nominator di berbagai ajang penghargaan film.

Energi positif Viola Davis tertular pula kepada para pemeran lainnya yang tampil tidak kalah apik. Bahkan beberapa di antaranya berhasil mencuri perhatian.

Lashana Lynch yang berperan sebagai Izogie tampil sangat fenomenal. Tidak hanya memiliki fisik seperti ksatria wanita, tapi ekspresi dan gerak tubuhnya di setiap adegan sungguh mencerminkan sosok wanita yang berjiwa ksatria.

John Boyega yang selalu terlihat seperti Denzel Washington muda membawakan karakter Raja Ghezo yang memiliki pemikiran maju untuk rakyatnya, tanpa meninggalkan tradisi leluhur.

Dia berhasil menampakkan sisi seorang raja yang sedang membaca langkah yang tepat untuk menjadi pemimpin rakyatnya agar tidak direndahkan oleh musuh dan imperialis Eropa.

Namun yang paling menyita perhatian adalah akting Thuso Mbedu sebagai Nawi. Aktris asal Afrika Selatan ini sukses membawakan karakter gadis lugu yang menjelma menjadi ksatria tangguh.

Dalam film, Nawi menyebut dirinya berusia 19 tahun dan dianggap lebih muda daripada usianya oleh Nanisca. Tapi siapa sangka jika dia telah berusia 30 tahun di film debutnya ini?

Pengarahan Apik di atas Jalan Cerita yang Klise

Review The Woman King_Pengarahan Apik di atas Jalan Cerita yang Klise_

Gina Prince-Bythewood adalah sutradara yang handal dalam menyuguhkan kisah kehidupan warga Afrika-Amerika.

Sejak film pertamanya, Love & Basketball, dia sangat lihai mengupas sisi kehidupan warga Afrika-Amerika dalam mengejar kesuksesan di bidang olahraga. Nuansa anti diskriminasi semakin dia cuatkan di film The Secret Life of Bees.

Setelah menyajikan film action pertamanya, The Old Guard, yang mendapat respon positif, Gina Prince-Bythewood meningkatkan lagi kadar aksi dengan koreografi yang bagus di film The Woman King ini.

Bisa dibilang dia sukses dalam menyuguhkan sebuah film berskala besar dengan kualitas dan nilai komersil yang sebanding lewat film ini.

Jika menilik jalan ceritanya, sebenarnya tidak ada yang membedakan film ini dengan film-film epik bersejarah lainnya. Terutama yang bertema perjuangan melawan kezaliman, seperti Braveheart.

Tokoh utamanya pun memiliki beban psikologis yang mempengaruhi semangat juangnya. Perseteruan antar kerajaan yang dicampuri oleh bangsa kolonial juga sudah banyak disajikan dalam film lain.

Namun, pembedanya adalah pengarahan Gina Prince-Bythewood yang telaten. Dia mampu membuat ritme film menjadi enak untuk dinikmati, turun-naik tempo terasa konstan, meski di pertengahan agak sedikit kendur.

Kerja apiknya ini juga didukung oleh orang-orang yang handal di bidangnya. Editing yang dinamis, terutama ketika adegan aksi, adalah kerja Terilyn A. Shropshire. Komposisi musiknya digubah oleh musisi Jazz Terence Blanchard yang mampu menyuntikkan musik khas Afrika yang penuh semangat.

Dan yang paling memukau adalah sinematografi yang indah garapan Polly Morgan. Sinematografer yang bertanggung jawab dengan keindahan adegan bak puisi di film Where the Crawdads Sing ini berhasil menampilkan keindahan lansekap alam Afrika.

Hanya satu hal yang menjadi kekurangan sisi teknis film ini, yaitu penggunaan efek visual yang terkesan murahan.

Salah satu adegan yang cukup mencolok adalah penampakan api di pertempuran antara pasukan Agojie dan pasukan Kerajaan Oyo di pertengahan film. Kurang detailnya pengerjaan efek visual ini sedikit banyak mengganggu kedahsyatan pertempurannya sendiri.

Kerajaan Dahomey dalam Lintas Sejarah

Review The Woman King_Kerajaan Dahomey dalam Lintas Sejarah_

Kerajaan Dahomey pernah berdiri di wilayah Afrika Barat pada tahun 1600-1904. Bekas kerajaan ini kini menjadi bagian negara Benin. Periode kekuasaan Raja Ghezo, antara tahun 1818-1859, menjadi latar sejarah film ini.

Di masa pemerintahannya, Kerajaan Dahomey berhasil meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Oyo yang lebih besar. Fakta ini diceritakan dengan semangat patriotisme dalam film The Woman King.

Tokoh sejarah yang hadir di film ini memang hanya Raja Ghezo saja, sedangkan karakter lainnya murni fiktif, salah satunya Nanisca. Sementara itu, pasukan Agojie memang pernah menjadi kekuatan yang ditakuti pada periode kekuasaan Raja Ghezo ini.

Dalam film, diceritakan Kerajaan Dahomey mengembangkan produksi minyak kelapa sawit sebagai pengganti pendapatan dari penjualan budak. Faktanya, produksi minyak ini tidak begitu memberikan penghasilan yang cukup bagi kerajaan, sehinga Raja Ghezo kembali ke bisnis perdagangan budak dengan bangsa kolonial.

Sepeninggalnya, Kerajaan Dahomey mengalami kemunduran, terutama karena peperangan dengan bangsa Prancis yang berusaha menjajah mereka. Hingga akhirnya, di tahun 1904, Kerajaan Dahomey dinyatakan runtuh dan menjadi koloni Prancis dengan nama French Dahomey.

Tentunya, dengan beberapa fakta sejarah yang tidak sesuai dengan penggambaran dalam filmnya, apalagi sangat bertolak belakang, tidak akan mengurangi minat kita untuk menikmati film The Woman King ini.

Selain performa apik para pemerannya, The Woman King pun handal di sisi teknis yang menambah kualitas film yang syutingnya dilangsungkan di Afrika Selatan ini.

Digaungkan sebagai kandidat nominator Oscar memang masih terlalu dini. Tapi dengan kualitas seperti yang disuguhkan, bukan tidak mungkin prediksi ini akan terwujud.

Sudah siap menyaksikan ketangguhan dan kegesitan pasukan Agojie dalam bertempur? Segera tonton film ini secepatnya, ya! Selamat menonton.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram