showpoiler-logo

Sinopsis & Review Siksa Kubur, Akibat Menantang Agama

Ditulis oleh Gerryaldo
Siksa Kubur
4
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Tidak puas dengan karya-karya hebatnya, sutradara Joko Anwar kembali merilis film baru berjudul Siksa Kubur yang tayang di tahun 2024 yang dibuat berdasarkan kisah kehidupan setelah kematian menurut ajaran agama Islam. Film ini dibilang cukup berani karena banyak informasi tentang agama yang Joko Anwar breakdown secara logika.

Untuk membuat film ini lebih ‘dingin’ dan penuh misteri, Joko Anwar mengajak kembali aktris favoritnya yakni Faradina Mufti Rachmawati yang telah bekerja dengannya di film Perempuan Tanah Jahanam (2019) untuk mengisi posisi main lead dalam film ini. Tak ketinggalan juga aktor kelas kakap, Reza Rahadian, yang ikut dalam projek film ini.

Sinopsis

Siksa Kubur_Poster (Copy)

Sebuah keluarga kecil nan lengkap terdiri dari Sanjaya (Fachri Albar), sang istri, Mutia (Happy Salma) juga kedua anak mereka yakni Adil (Reza Rahadian) dan Sita (Faradina Mufti) hidup bahagia. Mereka memiliki toko roti bernama Gus yang legendaris. Meski tergerus dengan toko roti modern, mereka tidak menyerah.

Satu waktu saat mempersiapkan roti baru dan membuka toko, mereka didatangi oleh 4 orang misterius. Salah satunya mendekati Adil yang saat itu masih remaja (Muzakki Ramdhan) dan memberikan sebuah kaset. Adil yang bingung hanya menerimanya dengan tatapan polos. Sementara itu yang lain mencoba untuk mencuri uang dari kasir toko.

Sita (Widuri Puteri) lantas meneriaki pelaku yang sudah keluar bersamaan dari toko. Mendengar ada keributan, Ayah dan Ibu segera keluar untuk mengejar pelaku. Naas, di saat yang bersamaan, sebuah bom meledak menewaskan kedua orang tua Sita dan Adil. Peristiwa itu membuat Sita dan Adil shock bukan main. 

Saat diinterogasi oleh polisi, Adil mengatakan bahwa pelaku pemboman bunuh diri itu memberikannya kaset. Sita lantas merebut kaset itu supaya tidak jadi barang bukti. Keduanya pun segera pulang dan menyetel kaset yang isinya hanya suara teriakan melengking dan gemuruh mengerikan yang diketahui adalah suara siksa kubur.

Melanjutkan hidup, Adil dan Sita dibawa ke sebuah pesantren oleh pihak keluarga. Mereka tinggal di sana karena tidak ada wali yang bisa mengurus mereka. Selama di pesantren, ilmu-ilmu agama ditanam setiap hari. Alih-alih mampu menerimanya, Sita malah membangkang dan mengatakan mengapa ilmu agama membuat orang jadi gila.

Tidak tahan dengan ajaran di pesantren, Sita dan Adil pun berusaha kabur dari sana. Mereka melewati sebuah terowongan tua yang dikabarkan berhantu. Tidak mempercayai desas-desus itu, keduanya pun nekat masuk ke terowongan. Apa yang ditakutkan pun terjadi, Sita bertemu dengan sosok mengerikan anak kecil bernama Ismail.

Keduanya pun segera berlari kembali ke pintu terowongan dan sudah mendapati petugas pesantren berjaga di sana. Adil dan Sita pun dihukum. Adil dibawa ke pondok lain sementara Sita dipakaian kerudung berwarna merah yang menandakan bahwa ia adalah santriwati yang telah melakukan dosa dan melawan hukum.

Malam pun tiba dan seluruh santri juga santriwati mengisi kegiatan malam dengan membaca dan menghafal Al-Qur’an. Saat sedang khusyuk membaca, Sita tidak sengaja mencuri dengar pembicaraan para Ustadzah yang sedang membicarakan calon santri yang akan ‘dibawa’ oleh pemilik pesantren. Calon santri itu adalah Adil.

Sita tidak terima, ia segera pergi mengunjungi kantor pemimpin pesantren di mana ia melihat Adil sedang diseret masuk ke dalam ruangan. Sita histeris menjerit namun apa daya, badan kecilnya dihadang dua penjaga yang akhirnya membawa Sita ke sebuah ruangan layaknya gudang. Ia dikurung di sana. Sita pun mencari akal dan berhasil kabur.

Begitu hendak kabur, ia bertemu dengan Ustadzah yang membekalinya uang, pakaian dan makanan. Ustadzah itu tahu tentang sesuatu namun ia enggan membicarakannya pada Sita. Ia hanya ingin Sita dan Adil bisa pergi dari pesantren. Menggunakan akalnya, Sita pun berhasil membawa Adil kabur dari pesantren melewati terowongan tua.

Belasan tahun setelahnya Sita tumbuh besar dan bekerja di sebuah panti jompo mewah, sedangkan Adil bekerja sebagai pemandi jenazah di sebuah rumah duka. Di panti jompo, Sita bekerja sebagai caretaker para manula. Salah satu yang sering ia rawat adalah Pak Wahyu (Slamet Rahardjo) yang mengalami demensia.

Satu waktu, Pak Wahyu dan Sita terlibat dalam sebuah pembicaraan serius mengenai kepercayaannya kepada Tuhan, agama dan hukum yang berlaku apabila seseorang berdosa hingga siksa kubur yang kerap membuat Sita jengkel. Sita menganggap mengapa kalau Tuhan baik, orang tuanya harus tewas.

Apabila agama begitu indah diajarkan, mengapa ada pelaku pemboman yang membunuh dirinya sendiri untuk membela agamanya? Dan apabila siksa kubur itu nyata, maka Sita sendiri harus melihatnya baru ia akan percaya bahwa orang berdosa akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan akibat perbuatannya.

Singkat cerita, Pak Wahyu akhirnya tewas bunuh diri. Namun sebelum ia tewas, Sita membongkar semua kebusukannya. Bahwa ia adalah pemilik pesantren yang doyan mencabuli para santrinya, salah satunya Adil dan Ismail yang tewas entah bagaimana caranya; dan ternyata ada alasan mengapa ia mau merawat Pak Wahyu selama ini.

Sita ingin menguburkan Pak Wahyu disamping pelaku pemboman, lantas ia ingin masuk ke dalam liang lahat dan tinggal semalaman di sana sembari merekam bukti bahwa siksa kubur itu nyata. Namun Sita sudah benar-benar kelewatan, ia tidak hanya menganggap agama itu hanyalah bualan, namun sudah melawan Tuhan.

Apa yang Sita inginkan awalnya tidak terjadi, ia pun jadi semakin skeptis dengan segala hal berbau siksa kubur. Tapi tak lama setelah peristiwa itu, banyak keanehan terjadi yang dialami oleh Sita. Mulai dari meninggalnya manula yang ia rawat, pembunuhan di panti, pertemuannya dengan sosok iblis dan kejadian janggal lainnya.

Di saat terpuruknya, akhirnya Sita sadar bahwa semua yang ia alami merupakan sebuah peringatan. Ia dibiarkan mengalami hal-hal mengerikan itu supaya Sita paham bahwa siksa kubur itu benar adanya. Di saat Sita terbangun dari rangkaian peristiwa aneh tersebut, ia menemukan bahwa dirinya masih ada di dalam kubur bersama Pak Wahyu.

Lewat mata kepalanya sendiri ia melihat bagaimana Pak Wahyu disiksa habis-habisan oleh Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir yang menanyakan tentang iman dan kepercayaan Pak Wahyu. Sita menjerit ketakutan dan akhirnya memohon ampun juga berjanji untuk taubat dari segala tindak tanduknya yang menyimpang dari agama yang ia anut.

Film Menguji Iman

Siksa Kubur_Uji Iman (Copy)

Selama menonton film Siksa Kubur ini jangan harap ada hal seram yang memperlihatkan bagaimana kejamnya neraka. Tidak ada sama sekali! Sebagai perbandingan dengan film serupa yang sudah tayang lebih dulu, Siksa Neraka, film ini lebih menonjolkan cerita bagaimana Sita perlahan mau mempercayai apa yang diajarkan dalam agama.

Hal ini disebabkan karena traumatis Sita yang melihat orang tuanya meninggal akibat seseorang yang mabuk agama. Sehingga Sita mempertanyakan apakah agama itu benar mengajarkan hal baik atau hanya membuat penganutnya ketakutan dengan hukum-hukum yang diberikan setelah mengalami kematian.

Bukan menakut-nakuti, namun apabila iman kalian 'setipis tissue dibelah dua' ketika menonton film ini, maka secara tidak langsung, kalian akan berpikir bahwa apa yang dipercayai Sita sebelum taubat ada benarnya. Akan tetapi untuk kalian yang imannya setebal baja lapis, maka film ini akan dianggap sebuah gambaran tentang kematian nanti.

Khas Joko Anwar

Siksa Kubur_Joko Anwar (Copy)

Joko Anwar mempunyai ciri khas khusus dalam setiap pembuatan filmnya, khususnya film horor. Baik itu dari pemilihan aktor, pengambilan gambar, tone warna yang dipakai sepanjang film, naskah pintarnya hingga tata musik yang membuat perasaan jadi tidak nyaman. Hal ini bisa kita lihat dalam film Siksa Kubur ini.

Tidak tanggung-tanggung, Joko Anwar berhasil mengumpulkan aktor berbakat dalam satu frame. Baik itu Reza Rahadian, Slamet Rahardjo, Christine Hakim hingga Arswendy Bening Swara! Para aktor dengan dedikasinya dalam film yang luar biasa.

Selain pemilihan aktor, ada satu yang paling mencolok dalam film Siksa Kubur ini yakni penggunaan tone gelap yang mendominasi isi film. Ini membuat suasananya sangat creepy dan mencekam.

Dalam sebuah sesi wawancara, Joko Anwar bahkan mengatakan perihal warna wardrobe saja sangat diperhatikan karena itu bagian dari identitas juga story-telling. Joko Anwar is such a master of movie maker, ya?

Gong dalam Film

Siksa Kubur_Gong (Copy)

Film berdurasi 1 jam 57 menit ini memiliki puncak cerita di akhir film, sehingga kita harus menunggu apa yang menjadi kejutan atau 'gong' dalam Siksa Kubur ini. Bukan hanya puncak cerita saja yang akan kita dapatkan, kita juga diajak untuk melakukan ‘sesuatu’ supaya filmnya berlanjut, semacam interaktif film yang jarang dilakukan oleh banyak sutradara.

Hal ini sepertinya hanya bisa dilakukan ketika kita menonton di bioskop saja sehingga kalian harus menyaksikannya langsung di bioskop. Informasi ini juga disampaikan oleh Joko Anwar dalam sebuah press-conference. Apabila kalian penasaran interaktif macam apa yang ditayangkan dalam film, segera menonton filmnya, ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram