showpoiler-logo

Sinopsis dan Review Series One Piece Live-Action

Ditulis oleh Sera Serinda A
One Piece (Live Action)
4.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Setelah ditunggu lama oleh para penggemar, akhirnya serial live action dari anime populer One Piece resmi dirilis pada akhir Agustus 2023. Bahkan, sebelum campaign resminya dilakukan, serial ini sudah menjadi perbincangan banyak orang apalagi setelah bocor informasi bahwa sang mangaka, Eiichiro Oda, ikut berpartisipasi dalam penggarapannya.

Megusung genre aksi, petualangan, dan komedi, akan seperti apa keseruan kisah awal kru Topi Jerami dalam serial ini? Yuk, baca sinopsis dan ulasan berikut untuk mengetahuinya!

Sinopsis

review one piece live action_1_

Seorang pemuda yang mengenakan topi jerami terombang-ambing di tengah lautan dengan perahu kecilnya. Pemuda bernama Monkey D. Luffy itu tengah memulai perjalanan untuk menjadi Raja Bajak Laut. Sayangnya di hari pertama petualangan, perahu Luffy bocor. Ia pun harus mengungsi dengan berlindung dalam sebuah tong kayu dan mengapung di lautan hingga terlelap.

Ketika terbangun, Luffy sudah berada di dalam gudang penyimpanan anggur kapal Bajak Laut Alvida. Ia disambut oleh Koby, salah satu kru Bajak Laut Alvida yang terkejut dengan kehadirannya. Koby rupanya pemuda yang canggung, penakut, dan tidak menyukai bajak laut. Ia menjadi anak buah Alvida karena dipaksa.

Koby mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang marinir yang bisa melindungi penduduk lemah. Mendengar itu, Luffy pun mengajak Koby untuk membebaskan diri dari Alvida dan menggapai impiannya. Namun Koby menolak karena merasa hal tersebut mustahil, ia pun menyuruh Luffy untuk segera kabur karena saat itu Alvida dan krunya sedang tertidur.

Nahas, Alvida terbangun dan menangkap basah Luffy dengan Koby. Pertarungan pun terjadi antara keduanya, yang semakin sengit ketika Alvida menyadari bahwa Luffy merupakan manusia karet yang pernah memakan buah iblis.

Buah iblis adalah buah terlarang yang bisa mengubah seseorang menjadi manusia berkekuatan khusus, namun kelemahan para pemakan buah iblis adalah air. Ketika berada di dalam air atau diserang dengan air, mereka tidak akan berdaya.

Pertarungan pun dimenangkan oleh Luffy setelah ia melayangkan pukulan kerasanya pada Alvida. Ia lalu kabur bersama Koby menggunakan perahu kecil dan berusaha untuk mencari peta Grand Line, jalur yang diyakini tempat harta karun One Piece berada. Siapa pun yang ingin menjadi Raja Bajak Laut harus bisa menemukan One Piece ini.

review one piece live action_2_

Keesokan harinya, Luffy dan Koby sampai di Shells Town, kota sekaligus Cabang Marinir Ke-153 yang dipimpin oleh Kapten Morgan, seorang marinir bertubuh besar dengan rahang logam dan kapak di sebelah tangannya.

Luffy dan Koby lantas mengunjungi sebuah bar untuk makan, namun tak disangka terjadi persetruan kecil di sana. Pesetruan tersebut terjadi antara seorang pemburu bajak laut, Roronoa Zoro, dan anak laki-laki dari Kapten Morgan yang bernama Helmeppo.

Walau Helmeppo ciut di hadapan Zoro, ternyata ia mencoba menjebak sang pemburu bajak laut untuk menghadap ayahnya, dengan dalih menjual hasil ‘buruan’ yang dimiliki Zoro.

Zoro yang mengira bisa menjual buruannya pada Kapten Morgan malah berakhir menerima hukuman dijemur di lapangan Pangkalan Marinir selama tujuh hari atas dakwaan penyerangan terhadap marinir.

Esok paginya, Luffy mencoba menyelinap masuk ke Pangkalan Marinir untuk mencari peta Grand Line. Ia pun melihat Zoro yang tengah diikat dan di jemur di lapangan. Tentu saja, Luffy membantu Zoro lepas dari hukuman itu, ia bahkan menawari Zoro untuk menjadi anggota kru bajak lautnya. Sayang, Zoro menolak; tapi Luffy tidak kecewa sama sekali.

Luffy akhirnya sampai di gudang peta Pangkalan Marinir dan bertemu seorang gadis yang menyamar menjadi anggota marinir. Rupanya gadis bernama Nami itu juga sedang mencari peta Grand Line di sana. Meski awalnya sempat beradu argumen, keduanya lalu bekerjasama untuk mencari barang incaran mereka di kamar Kapten Morgan setelah gagal menemukannya di gudang peta.

Luffy dan Nami pun berhasil menyusup ke kamar Kapten Morgan dan menemukan brangkas tempat peta tersebut disimpan. Namun, ketika mereka hampir berhasil, Kapten Morgan datang.

Untungnya, Luffy sempat melarikan diri walau harus terjun bebas dengan brangkas di tangannya bersama Nami. Nahas, mereka sudah disambut oleh para marinir yang bersiap menyerang ketika mendarat.

Pertarungan mereka melawan para marinir cukup mudah, terutama ketika Zoro hadir untuk membantu. Namun, tak lama Kapten Morgan ikut bergabung melawan mereka.

Setelah menyelesaikan urusan dengan Kapten Morgan, ketiganya bergegas membawa brankas berisi peta Grand Line menuju kapal Nami, dan di situlah Helmeppo muncul menodongkan senjata untuk mencegah keberangkatan mereka. Beruntung, Koby menghajar Helmeppo dari belakang hingga pingsan.

Luffy lantas mengajak Koby untuk bergabung dan segera pergi dari Shells Town sebelum marinir Angkatan Laut menangkap mereka, tapi Koby menolak. Koby memilih untuk mulai menggapai mimipinya sebagai marinir, yang berarti memiliki jalan bersebrangan dengan Luffy. Meski demikian, Luffy menghargai keputusan Koby bahkan memberinya dukungan.

Setelah berhasil mendapatkan peta Grand Line, Luffy, Zoro dan Nami berlayar di laut dengan tenang, sampai akhirnya sebuah kapal bajak laut mendekati mereka dan membuat ketiganya pingsan. Luffy pun mencoba mengamankan peta Grand Line dengan menelannya, sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

Ketika tersadar, mereka berada di tengah arena sirkus dan ditonton oleh banyak orang yang kakinya di borgol. Rupanya para penonton tersebut merupakan penduduk kota Orange Town. Kota ini hancur oleh teror Bajak Laut Buggy, orang sama yang menculik Luffy, Zoro, dan Nami.

review one piece live action_buggy

Para penduduk ini dipaksa untuk menonton pertunjukkan Buggy, sang bajak laut badut yang sangat narsistik. Buggy menculik Luffy cees setelah mendapatkan kabar dari salah satu krunya tentang keberadaan peta Grand Line.

Menolak untuk memberikan peta Grand Line, Nami dan Zoro ditahan di backtage, sementara Luffy yang berada di panggung utama, mulai ditindas oleh Buggy. Tentu saja Luffy melawan, bahkan ia bisa lepas dari penindasan tersebut dan membuat Buggy kesal. Buggy yang murka kemudian menunjukkan identitas aslinya sebagai manusia yang juga pernah memakan buah iblis.

Walau sempat terpojok, Luffy akhirnya bisa mengalahkan Buggy berkat bantuan Zoro dan Nami yang berhasil kabur dari tahanan di backstage. Peta Grand Line juga terselamatkan dari genggaman Buggy. Mereka lantas keluar dari Orange Town dan melanjutkan perjalanan.

Pelayaran mereka yang tenang kembali terganggu ketika kapal Nami mengalami kebocoran. Terpaksa ketiganya harus menepi di daratan terdekat sekaligus mencari kapal baru. Mereka pun sampai di kepulauan Gecko, dan mendatangi Desa Sirup untuk mendapatkan kapal baru.

review one piece live action_usopp_

Sesampainya di sana, mereka bertemu dengan pria muda bernama Usopp, yang mengatakan bahwa kapal-kapal yang diproduksi di desa itu dikelola oleh teman baiknya, Kaya. Usopp pun mengajak Luffy cees untuk menemui Kaya.

Luffy, Zoro, Nami dan Usopp awalnya tidak disambut baik oleh para pelayan Kaya, sampai akhirnya Kaya datang dan dengan hangat menyambut mereka. Bahkan, Kaya memberikan mereka kesempatan untuk mandi, berganti pakaian, dan menyantap makan malam di rumahnya karena hari itu bertepatan dengan pesta ulang tahun Kaya.

Sayang, di umur legal Kaya yang ke-18 ini, kesehatannya semakin memburuk. Wajahnya yang pucat menandakan bahwa gadis ini sakit keras. Kaya juga hidup hanya ditemani para pelayannya, salah satunya Klahadore, pelayan yang paling setia pada Kaya setelah gadis itu hidup sebatang kara. Namun, Kaya tidak mengetahui kalau ternyata Klahadore memiliki rencana jahat terhadapnya.

Usopp yang mengetahui rencana keji Klahadore mencoba beri tahu Kaya, tapi Kaya tak memercayainya karena yakin kalau Klahadore tidak mungkin akan melakukan hal-hal buruk. Namun tepat tengah malam, waktu pengeksekusian rencana Klahadore pun tiba.

Kaya akhirnya menyadari kalau ucapan Usopp benar. Sayangnya, kini bala bantuan sudah berkurang karena Luffy Tengah tak sadarkan diri akibat keracunan, Zoro juga berada di dalam sumur setelah dijebak oleh Klahadore. Hanya Usopp dan Nami yang bebas bekeliaran untuk membantu Kaya. Apakah Kaya bisa selamat dari rencana pelayannya yang jahat itu?

Carita Kru Topi Jerami berlanjut setelah mereka resmi mendapatkan kapal going Merry milik keluarga Kaya. Luffy dan kawan-kawan melanjutkan perjalanan, bahkan mengajak Usopp untuk bergabung sebagai kru. Nahas, mereka kembali diserang oleh pasukan marinir yang dipimpin oleh Garp, wakil laksamana Angkatan Laut, juga Koby yang sudah bergabung sebagai anggota marinir.

Beruntung, kru Topi Jerami berhasil melarikan diri dari kejaran Garp, yang ternyata memiliki kedekatan keluarga dengan Luffy. Mereka lantas mengujungi restauran mengapung Baratie untuk beristirahat sekaligus mengisi perut.

review one piece live action_4_

Sampai di Baratie, waktu tenang kru Topi Jerami kembali terusik setelah seorang pendekar pedang bernama Dracule Mihawk mencoba mencari Luffy. Rupanya Mihawk mencari kapten kru Topi Jerami atas perintah Garp. Zoro yang mengenal sosok Mihawk pun mencoba menantangnya berduel.

Di sisi lain, kelompok manusia ikan di bawah pimpinan Arlong, juga datang ke Baratie dan membuat keributan. Di tempat ini jugalah kru Topi Jerami mulai bertemu Sanji, seorang koki Baratie yang memiliki kemampuan bertarung cukup baik.

Kedatangan Arlong ternyata juga bertujuan untuk mencari kru Topi Jerami dan merebut peta Grand Line yang mereka punya. Rupanya, seorang informan dari Arlong membocorkan rahasia ini sekaligus lokasi mereka. Siapakah informan tersebut? Apakah Kru Topi Jerami berhasil mengalahkan Arlong dan mengamankan peta Grand Line?

Perjuangan Awal Luffy Kumpulkan Kru Topi Jerami

review one piece live action_9_

Seri live action dari One Piece ini menceritakan kisah awal Luffy bertemu dengan 4 orang krunya: Zoro, Nami, Usop dan Sanji. Walau baru memulai babaknya untuk menjadi Raja Bajak Laut, petualang Luffy tidaklah mudah.

Untuk mengumpulkan kru-krunya saja Luffy harus menghadapi banyak tantangan, baik musuh, kesalahpahaman sekutu, hingga konflik internal yang terjadi di kelompoknya sendiri. Untungnya, keteguhan Luffy yang ingin wujudkan impian membuatnya tak pernah goyah.

Bukan cuma menyoroti Luffy, seri ini juga menceritakan semua backstory kru Topi Jerami yang lain. Mulai dari bagaimana Zoro ingin menjadi pendekar pedang nomor satu di dunia, Nami yang ingin membuat peta dunia, Usop yang ingin menjadi prajurit terkuat, hingga Sanji dengan ambisinya untuk menemukan tempat yang menjadi Impian para koki. Semua tersusun rapi dan mengokohkan plot maju-mundur dari One Piece.

Cerita Koby dan Garp dari pihak pemerintahan juga menambah bumbu keseruan premisnya. Meski padat konflik, saya tetap mengerti esensi kisah One Piece secara keseluruhan, yakni perjuangan menggapai Impian.

Patahkan Kutukan Live-Action

review one piece live action_8_

Sebelum tayang, banyak yang meragukan serial ini bisa memenuhi ekspektasi para penonton. Seperti dilansir dari Den of Geek, hal ini berakar dari ketidakpuasan penonton terhadap banyak live action yang dianggap terlalu menyajikan kisah berorientasi pada penonton Jepang dan para penggemarnya saja. Namun, serial live action One Piece ini berhasil mematahkan kutukan tersebut.

Saya yang bukan penggemar One Piece secara spesifik dan baru menonton beberapa episode awal animenya, cukup puas dengan adaptasi ini. Saya bisa mengerti premis dan konflik utama dari kisah One Piece walau belum selesai menonton versi anime.

Meski pada awalnya kebingungan mengapa beberapa tokoh samping dihilangkan dan beberapa konflik dipadukan, saya mengerti bahwa, bukanlah perkara mudah untuk meramu dan memadatkan cerita berpuluh-puluh episode, lalu menyajikannya menjadi depalan episode saja. Untungnya, inti dari tiap-tiap konfliknya tidak terasa kurang.

Keputusan kru produksi untuk langsung menggaet Oda sensei, dalam proses kreatif pembuatan live action ini sangatlah cemerlang. Alhasil, semua unsur penting dari kisah One Piece bisa tersampaikan.

Penampilan Prima Para Pemeran

review one piece live action_5_

Beralih dari segi penyajian cerita, para cast serial ini juga membawakan tiap-tiap karakter dengan cukup apik. Saya sendiri sangat terpukau dengan acting Iñaki Godoy sebagai Luffy yang konyol, keras kepala, naif, dan selalu berpikiran positif. Aktor muda ini bisa mewujudkan kepribadian Luffy dengan sangat baik ke layar kaca. Saya sampai berpikir, jangan-jangan Iñaki punya kepribadian yang sama dengan Luffy.

Pujian tentu saja tak hanya diberikan untuk Iñaki, karena Mackenyu, Emily Rudd, Taz Skylar, Jacob Romero dan para pemeran lainnya juga berakting dengan prima. Walau terkadang di beberapa scene aura mereka terasa kurang ‘ideal’, terutama bila kita membandingkannya dengan para karakter di anime, namun secara keseluruhan mereka mengeksekusinya dengan baik.

Sedikit tips untuk kalian die-hard fans anime One Piece, bila ingin merasakan aura yang lebih ‘ideal’ dari para karakternya saat menonton serial ini, saya sarankan untuk menggunakan dub Jepang. Saya pun terkejut ketika mengganti audionya dari original menjadi Jepang, karena membuat kesan menoton jadi lebih menarik.

Para dubber versi Jepang ini memang merupakan pengisi suara asli dari anime One Piece, makanya untuk yang sudah terbiasa mendengar suara kru Topi Jerami dan tokoh lainnya versi anime, bisa merasakan pengalaman lebih nyata dengan pengaturan ini. Selain Jepang, live action One Piece ini juga memiliki dub Indonesia.

Berbalut CGI dan Makeup yang Mengagumkan

Screenshot 2023-09-01 173330_

Seri live action One Piece juga memikat mata penonton dengan penggunaan CGI yang terbilang berhasil. Grafis yang disuguhkan tim produksi One Piece ini cukup memanjakan mata dan menguatkan kisah petualangan Luffy cees.

Sejujurnya pada beberapa episode awal, saya ragu dengan penggunaan CGI ini karena beberapa adegan pertarungan besar dilakukan di bawah pencahayaan minim. Namun, menjelang episode pertengahan hingga akhir, keraguan saya terbantahkan karena efek CGI juga cukup mulus pada scene-scene berlatar waktu terik.

Yang lebih membuat saya kagum adalah visual makeup dari para tokohnya yang tidak belebihan. Adalah keputusan yang benar untuk tetap menyesualkan visual karakter ketika diwujudkan ke dalam cerita live action. Dan, hal ini berhasil dieksekusi oleh tim produksi.

Iñaki Godoy tetap mempertahankan rambut keritingnya ketika menjadi Luffy, alis Taz Skylar pun tidak berubah menjadi keriting ketika menjadi Sanji. Detail-detail yang dibiarkan ‘apa adanya’ ini membuat makeup mereka tampak lebih natural tanpa menghilangkan ciri khas dari masing-masing karakter.

Ingat, live action bukanlah cosplay, sehingga tetap diperlukan penyesuaian agar visual para karakter bisa diterima oleh mata penonton.

IMG_20230902_062431_

Secara keseluruhan, saya cukup puas dengan serial live action dari One Piece ini. Tak hanya bisa mematahkan kutukan live action dari segi cerita, para cast, visual dan CGI dalam serial ini berpadu baik menyajikan keseruan petualangan kru Topi Jerami yang berhasil membuat saya tak sabar untuk menunggu kelanjutan perjalanan mereka.

Di akhir episode, ada sedikit bocoran yang menandakan bahwa perjalanan Luffy cees belum selesai. Hint ini memunculkan dugaan bahwa akan adanya musim lanjutan dari serial One Piece. Kita tunggu saja kabar selanjutnya, ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram