showpoiler-logo

Sinopsis dan Review Film Memoirs of a Geisha (2005)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Memoirs of a Geisha
3.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Sayuri mengungkapkan bagaimana dia keluar dari desanya dan menjadi salah satu geisha paling terkenal di Jepang. Memoirs of a Geisha adalah sebuah epic drama berdasarkan novel karya Arthur Golden yang terbit di tahun 1997.

Film yang disutradarai oleh Rob Marshall dan diproduseri oleh Steven Spielberg ini dirilis pada 23 Desember 2005 dan berhasil meraih Best Original Score dari Golden Globe.

Film yang unggul dari segi produksi dan meraih beberapa penghargaan karenanya ini mengambil lokasi syuting di dua negara, yaitu di California (Amerika Serikat) dan Kyoto (Jepang), sehingga dekat dengan keotentikan novelnya.

Apa saja hal menarik lainnya dari film yang berhasil meraih pendapatan sebesar $57 juta ini? Simak review kami tentang film yang sudah bisa ditonton ulang di Netflix ini.

Sinopsis

Sinopsis

Tahun 1929, Chiyo Sakamoto dan saudarinya, Satsu, dijual ke rumah geisha agar bisa menghasilkan banyak uang dan keluar dari kemiskinan di desanya. Chiyo dibawa oleh Kayoko, sang “Ibu”, ke Kyoto untuk dididik menjadi geisha, sedangkan Satsu dikirim ke rumah bordil karena dianggap kurang menarik. Di Kyoto, Chiyo bertemu dengan “Nenek” dan “Bibi” yang menjalankan rumah geisha tersebut.

Di sana Chiyo bertemu dengan geisha terkenal, Hatsumomo, dan berteman dengan Pumpkin. Hatsumomo menganggap Chiyo sebagai calon pesaingnya dan mulai mengintimidasi Chiyo di setiap keadaan. Suatu malam, dalam keadaan mabuk, Hatsumomo memaksa Chiyo merusak kimono milik pesaingnya, Mameha, yang memergoki Chiyo yang kemudian dihukum cambuk atas aksinya.

Hatsumomo kepergok sedang bercinta dengan Koichi oleh Chiyo, tetapi Hatsumomo justru menuduh Chiyo mencuri dan berencana ingin kabur dari okiya. Ketika Chiyo menceritakan kejadian sebenarnya, Ibu melarang Hatsumomo bertemu dengan Koichi dan semua dilarang meninggalkan okiya kecuali ada urusan pekerjaan.

Keesokan malamnya, Chiyo nekat menyelinap keluar dari okiya untuk bertemu Satsu tetapi terjatuh dari atap dan mengalami cedera serius. Ibu berhenti mendidiknya untuk menjadi geisha dan menjadikannya pembantu di okiya untuk menebus semua hutangnya. Ibu juga memberi tahu Chiyo bahwa orang tuanya sudah meninggal dunia dan dia tidak boleh bertemu dengan Satsu.

Suatu hari saat sedang menangis di tepi sungai, Chiyo bertemu Ketua Ken Iwamura dan kelompok geisha-nya. Ken memberikan es serut, sapu tangan dan uang kepada Chiyo yang menginspirasinya untuk menjadi geisha kembali sehingga bisa menjadi bagian dari kehidupan Ketua Ken kelak.

Beberapa tahun kemudian, Pumpkin tampil sebagai maiko dibawah bimbingan Hatsumomo. Sementara itu, Mameha memaksa Ibu untuk menjadikan Chiyo sebagai maiko di bawah bimbingannya dengan nama baru, Sayuri. Mameha mengenalkan Sayuri kepada ketua Ken Iwamura dan rekan bisnisnya, Nobu yang tertarik kepadanya, tapi hati Sayuri sudah terikat kepada Ketua Ken.

Mameha menggelar lelang keperawanan Sayuri jika dia sudah menjadi geisha nanti. Hatsumomo menyebarkan rumor jika Sayuri sudah tidak perawan lagi, membuat pelelangan menjadi kurang peminat. Tidak kalah akal, Mameha menjadikan Sayuri penari utama di sebuah pertunjukan tari terkenal yang berhasil menarik perhatian beberapa pria dan membuat cemburu Hatsumomo.

Dr. Crab menghampiri Sayuri di pesta setelah pertunjukan dan bilang kepadanya agar jangan mendengar kebohongan Hatsumomo. Kemudian Baron mengundang Sayuri ke rumahnya dan memberikan Sayuri sebuah kimono. Sayuri sempat ditelanjangi paksa, tapi hanya sampai disitu saja.

Mizuage (lelang keperawanan) Sayuri sukses dan memecahkan rekor sebesar 15 ribu yen. Ibu mengangkatnya menjadi anak dan pewaris okiya, menghancurkan harapan Pumpkin dan mengundang amarah Hatsumomo. Saat kembali dari upacara mizuage, Sayuri menemukan Hatsumomo sedang mabuk dikamarnya dan menemukan sapu tangan dari ketua Ken. Mereka berkelahi dan memicu kebakaran.

Okiya berhasil diselamatkan dan Hatsumomo diusir. Nasibnya tidak diketahui lagi. Kesuksesan karir Sayuri sebagai geisha terpaksa terhenti karena Perang Dunia II pecah. Di tahun 1944, rumah-rumah geisha ditutup dan para geisha ditempatkan di kota-kota yang menjadi target bom. Ketua Ken menempatkan Mameha sebagai asisten dokter dan Sayuri sebagai pembuat kimono di desa.

Setelah perang usai, Nobu meminta bantuan Sayuri untuk membuat terkesan seorang kolonel dari Amerika untuk kelancaran usahanya. Sayuri bertemu Mameha yang setuju untuk membantunya, begitupun dengan Pumpkin. Mereka berangkat ke Pulau Amami. Kolonel melamar Sayuri, tapi dia menolaknya.

Nobu menentang Sayuri terkait lamaran itu dan mengaku tentang keinginannya untuk menjadi danna (pelindung) bagi Sayuri. Sayuri menyusun rencana agar Nobu memergokinya bercinta dengan kolonel, dengan harapan Nobu akan hilang perasaan untuknya, dan meminta Pumpkin untuk membantu. Ternyata Pumpkin justru menghadirkan Ketua Ken yang membuat Sayuri dan Pumpkin bertengkar.

Dengan dinginnya, Pumpkin bilang jika dia melakukan itu untuk balas dendam karena sakit hati akibat pengangkatan Sayuri sebagai pewaris Ibu. Kembali ke Miyaki, Sayuri mendapat panggilan dari sebuah rumah teh. Menanti Nobu, Sayuri terkejut dengan kehadiran Ketua Ken yang mengaku jika selama ini dia selalu memperhatikan Sayuri, tapi sedikit menjauh karena merasa tidak enak dengan Nobu.

Ketua Ken juga yang menyarankan Mameha untuk menjadi pembimbing Sayuri. Sayuri pun menyatakan perasaan cintanya kepada Ketua Ken. Mereka berciuman dan kemudian berjalan-jalan di taman.

Kontroversi tentang Pemilihan Aktris

Kontroversi tentang Pemilihan Aktris

Geisha adalah bagian dari budaya tradisional bangsa Jepang yang sangat mereka banggakan, bahkan pemerintah Jepang sendiri menyebut mereka sebagai harta nasional. Jadi memang sudah seharusnya yang tampil berperan sebagai para geisha di film dengan durasi panjang ini, 2 jam 25 menit, adalah aktris asli Jepang, tapi nyatanya mereka justru para aktris dari Cina.

Pemeran Chiyo/Sayuri, Ziyi Zhang, adalah aktris asal Cina yang sebelumnya sukses berkat film Crouching Tiger, Hidden Dragon (2000), Hero (2002), dan House of Flying Daggers (2004). Sementara itu, pemeran Hatsumomo adalah Gong Li, aktris Cina lain yang sudah sukses terlebih dahulu lewat Ju Dou (1990), The Story of Qiu Ju (1992) dan Farewell My Concubine (1993).

Tidak hanya dua aktris yang sering menjadi langganan Zhang Yimou dalam film-film arahannya ini saja yang memicu kontroversi film ini, tetapi juga ditambah dengan kehadiran Michelle Yeoh yang berperan sebagai Mameha yang merupakan warga negara Malaysia dari etnis Cina. Walhasil, ketiga aktris utamanya memang kurang otentik, tapi kapasitas akting mereka tetap diakui kualitasnya.

Kekuatan Tim Produksi

Kekuatan Tim Produksi

Memoirs of a Geisha, selain menyuguhkan cerita penuh intrik yang panjang dan melelahkan, film ini juga berhasil menampilkan kedetailan kerja tim produksinya dalam menampilkan karya terbaik mereka.

Faktor pertama yaitu sisi sinematografinya yang sangat indah dengan gambar-gambar yang pewarnaannya sesuai dengan kebutuhan mood adegan. Jadi teringat dengan beberapa film karya Zhang Yimou.

Dion Beebe didapuk Oscar sebagai Best Cinematography di Academy Awards. Keindahan sinematografi ini juga didukung oleh kedetailan kostum dan seting lokasi yang sesuai dengan kurun waktu yang diceritakan. Oscar pun menghampiri film ini dengan menyatakannya sebagai Best Art Direction dan Best Costume Design. Selain itu, film ini juga masuk nominasi di tiga kategori lainnya.

Tidak hanya itu saja, sang maestro John Williams menggubah musik nan indah dengan ornamen khas Jepang untuk film ini yang mengantarkannya meraih Golden Globe di kategori Best Original Score.

Setia dengan Isi Novel

Setia dengan Isi Novel

Biasanya film yang mengadaptasi sebuah novel suka mengambil pendekatan atau sudut pandang berbeda dari alur novelnya tetapi tetap tidak menghilangkan esensi novel itu sendiri. Berbeda dengan Memoirs of a Geisha ini yang seolah-olah ingin menampilkan isi novel yang terdiri dari 448 halaman secara utuh, mulai dari halaman pertama hingga lembar terakhir.

Mungkin bagi yang sudah membaca novelnya akan mendapatkan visualisasi yang sesuai dengan apa yang mereka imajinasikan selama ini dalam benaknya saat membaca novelnya. Tetapi bagi penonton umum pasti akan menderita kelelahan di pertengahan film.

Mayoritas kritikus film justru tidak suka dengan adaptasi cara ini yang ingin menampilkan esensi novel secara utuh, tapi justru kehilangan substansinya. Pada akhirnya, nilailah Memoirs of a Geisha sebagai sebuah karya film, bukan sebagai adaptasi novel, karena para pembaca setia novel ini pun banyak yang menganggap filmnya tidak bisa membawa nuansa yang sama dari novelnya.

Bujet produksi yang mewah, $ 85 juta, memang menghasilkan sebuah karya produksi yang indah dan detail secara visual. Sungguh tidak akan merugikan mata kita.

Meski sebagian besar penonton pasti akan menemui kelelahan akibat durasi film yang panjang dengan berbagai intrik di dalamnya, Memoirs of a Geisha tetap menjadi sebuah film yang layak untuk ditonton, terutama bagi kita yang ingin menyaksikan dua aktris favorit sutradara Zhang Yimou, yaitu Gong Li dan Ziyi Zhang, beradu akting. Saksikan segera petualangan Sayuri ini di Netflix ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram