showpoiler-logo

Sinopsis & Review Film Incantation, Kutukan Pengikut Kultus Sesat

Ditulis oleh Suci Maharani R
Incantation
2.6
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Incantation (2022) belakangan menjadi salah satu film Netflix yang cukup banyak diperbincangkan oleh warganet Indonesia. Film garapan Kevin Ko ini disebut-sebut sebagai film horor Taiwan paling menakutkan dan sukses secara komersial.

Apalagi film ini adalah adaptasi longgar dari kisah nyata salah satu keluarga di Taiwan yang pernah heboh banget di tahun 2005.

Dengan adanya isu tersebut, tak heran kalau Incantation (2022) menjadi salah satu film yang patut untuk diadaptasi. Apalagi film ini juga dibintangi oleh deretan selebriti ternama Taiwan, yang aktingnya tidak perlu diragukan lagi.

Terlebih lagi, kisahnya kutukan dari pengikut kultus sesat ini akan membuat kamu merinding dan bikin susah untuk tidur lho.

Lalu kutukan seperti apa yang membuat Incantation (2022) terasa begitu menyeramkan? Untuk mendapatkan informasi lengkapnya, kamu bisa membaca sinopsis dan review filmnya hanya di Showpoiler.

Baca juga: Sinopsis dan Review Drama Series Netflix ThirTEEN Terrors

Sinopsis

Sinopsis
Tahun Rilis 2022
Genre
Sutradara
Pemeran Tsai Hsuan Yen Huang Sin Ting

Di dalam kamar, seorang wanita tengah menata sebuah kamera yang akan digunakannya untuk merekam. Wanita itu bernama Li Rounan, yang mengisahkan kejadian kelam yang dialaminya enam tahun yang lalu.

Ia mengisahkan bahwa dirinya telah melanggar aturan kultus sesat yang disebut Tabu dan kini hidupnya dihantui oleh kutukan dari  kultus tersebut.

Saat itu Ronan diajak oleh sang kekasih yang bernama Dom, untuk pergi ke rumah salah satu pamannya. Dom juga mengajak sepupunya yang bernama Yuan, karena mereka diharuskan untuk berdoa di sana.

Ia tidak mengetahui dengan jelas apa yang terjadi, tapi mereka menyembah sosok ibu Buddha. Bahkan simbol tangan mereka juga berbeda dan melafalkan mantra “hou-ho-siu-yi, si-sei-wu-ma”.

Alih-alih penasaran dengan ajarannya, Rouna kaget ketika tetua berkata bahwa ia membawa gadis kecil di perutnya yang harus diberikan nama.

Tapi saat itu Rounan hanya fokus ingin menyelamatkan gadis kecil tanpa telinga yang disebut pilihan Budha. Jadi malam itu mereka malah menerobos masuk ke terowongan terkutuk yang akhirnya malah menewaskan Don dan Yuan.

Setelah kejadian itu, jiwa Rounan sangat terguncang. Apalagi sejak saat itu semua orang yang dekat dengannya ikut tewas secara mengerikan, mulai dari orang tua, hingga semua orang yang pernah berhubungan atau bertemu dengannya.

Tak hanya itu, Rounan juga harus merelakan putrinya dibesarkan di panti asuhan ketika ia fokus melakukan pengobatan mental.

Enam tahun telah berlalu, akhirnya Rounan bisa mendapatkan hak asuh atas putrinya yang diberi nama Dodo. Namun kebahagiaan seperti tidak ditakdirkan untuk mereka.

Rounan dan Dodo kerap diganggu oleh sosok kasat mata. Bahkan secara bertahap putrinya mengalami berbagai penyakit aneh, yang membuat tubuh anak ini lumpuh.

Hal ini membuat rasa takut dalam diri Rounan kembali lagi, pikirannya menjadi sangat kacau. Pasalnya, ia tidak ingin kehilangan hak asuh dari putri semata wayangnya yang sudah lama terpisah.

Awalnya manajer panti asuhan ingin membawa Dodo, namun ia luluh melihat cinta ibu dan anak ini. Akhirnya manajer Ming membantu mereka untuk pergi ke sebuah kuil dan melakukan ritual.

Manajer Ming penasaran dengan video yang ada dalam handycam yang selalu dibawa Rounan. Ia bahkan pergi ke Yunan, untuk mencari tahu seluk beluk agama apa yang dipuja.

Namun setelah mengetahui segalanya, manajer Ming tewas dengan cara yang mengenaskan. Di sisi lain, Rounan bingung apakah ia harus mengikuti saran dari pendeta atau menyelamatkan putrinya.

Pendeta berkata bahwa Dodo tidak boleh makan selama tujuh hari, agar proses penyembuhan dapat berjalan dengan baik.

Namun Rounan pun tidak tega melihat putrinya dan memberikannya makan, alhasil sang pendeta dan istrinya juga tewas.

Merasa sangat frustasi, Rounan tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan nyawa putrinya.  

Ide Ceritanya Menarik, Tapi Alurnya Berantakan

Ide Ceritanya Menarik, Tapi Alurnya Berantakan

Incantation (2022) memang mencuri perhatian banyak orang, pasalnya film ini digadang-gadang sebagai film horor paling menakutkan di Taiwan.

Secara keseluruhan, film ini memang memberikan kisah yang cukup mencekam. Tidak ada sosok hantu yang rupanya menakutkan, tapi ada beberapa unsur klenik khas Asia yang bikin kamu bergidik ngeri saat melihatnya.

Kisah horor ini juga disisipi dengan drama keluarga, antara seorang ibu tunggal dan putrinya. Kisah mereka sangat menyentuh, hal inilah yang memberikan Incantation (2022) taste yang berbeda dari film horor lainnya.

Namun dalam penggarapannya, jujur saja saya merasa kurang sreg dengan penempatan alur yang terlalu menclok-menclok.

Saya tidak ada masalah dengan alur maju-mundur, tapi cara mereka menyunting plotnya, itu yang menjadi masalah.

Pasalnya potongan plotnya terasa agak memaksakan penonton untuk bisa penasaran dengan apa yang terjadi pada Rounan di masa lalu.

Hal tersebut justru membuat penonton bingung, karena dalam sepersekian detik alurnya bisa tiba-tiba berubah dan menceritakan hal lain.

Saya pikir pemotongan alurnya masih kurang smooth, jadi sepanjang 111 menit, penonton harus benar-benar fokus.

Kalau tidak, mungkin saja kamu akan merasa bingung dengan inti cerita yang dimaksudkan oleh Kevin Ko dan sang penulis skenario Chang Che-Wei. Bagi saya, hal ini sedikit mengurangi ketegangan dan esensi horor dari film Incantation (2022).

Tapi saya memuji kemampuan Kevin dan Chang Che-Wei untuk menyusun sebuah agama baru untuk film ini. Plot twist mengenai mantra “hou-ho-siu-yi, si-sei-wu-ma, memang memberikan efek traumatis.

Lucunya, bagi saya ending film ini mengingatkan pada scene penutup dari film Truth or Dare (2018). Sehingga hal ini tidak membuat saya terpengaruh, karena kalau dipikir-pikir format ceritanya juga mirip.

Sinematografi dan Skoringnya Bagus, Tapi Tidak Spesial

Sinematografi dan Skoringnya Bagus, Tapi Tidak Spesial

Sama seperti alurnya, ada bagian dimana saya ingin memuji dan mengkritik soal kualitas filmnya. Mengusung tema mockumentary, sudah jelas film ini pasti akan disandingkan dengan film The Medium.

Bagi saya, sinematografi dari film Incantation (2022) ini memang tidak semegah film besutan Banjong Pisanthanakun.

Kevin Ko memilih hal yang sederhana, namun ada beberapa gambar yang pastinya akan berhasil membuat penonton bergidik ngeri.

Skoring-nya juga beberapa kali bikin sisi emosional dan kengerian di deliver dengan sangat baik kepada para penonton.

Apalagi saat memperlihatkan berbagai klenik yang ada di terowongan, bagi saya itu adalah scene itulah yang paling menyeramkan.

Lalu, sudut pandang kameranya juga cukup luas, karena tidak terbatas dari satu kamera saja. Saya menemukan beberapa kamera sampingan, yang membuat sudut pandang kisahnya terasa lebih luas.

Maka dari itu kalau menelisik soal ke alurnya, sebenarnya tidak terlalu banyak plot hole yang mengganggu esensi ceritanya.

Lalu camera work-nya juga tidak bikin mata pusing, saya masih merasakan konsistensi yang baik dari gambar yang diberikan.

Meski begitu, memang harus diakui bahwa Incantation (2022) memang terlalu biasa tapi cukup memorable bagi para penontonnya. Karena ending-nya akan memberikan rasa traumatis, terutama yang memiliki trypophobia dan hemophobia.

Diadaptasi dari Insiden Tahun 2005

Diadaptasi dari Insiden Tahun 2005

Siapapun pasti penasaran, kisah nyata mana yang menjadi inspirasi Kevin Ko untuk membuat Incantation? Dikutip dari Wikipedia, film ini adalah adaptasi longgar dari insiden tahun 2005 yang terjadi di Distrik Gushan, Kaohsiung, Taiwan.

Insiden ini menimpa satu keluarga yang terdiri dari enam orang, yang mengklaim bahwa mereka telah dirasuki oleh roh Dewa.

Seluruh anggota keluarga percaya mereka telah dirasuki oleh berbagai dewa dari agama lokal rakyat Tiongkok. Namun mereka juga curiga, bahwa salah satu dari mereka dirasuki oleh setan yang menyamar sebagai seorang Dewa.

Alhasil mereka saling serang satu sama lain, ada yang membakar dupa, memukul dengan tongkat dan tablet roh, hingga memercikkan kotoran dan air seni.

Praktik ini akhirnya menewaskan putri sulung mereka, yang meninggal karena kegagalan organ dan luka-luka parah.

Kejadian ini menjadi histeria massal bagi rakyat Taiwan dan seluruh tersangka akhirnya didakwa dengan tuntutan telah meninggalkan orang tidak berdaya hingga tewas.

Dari kisah inilah Kevin Ko dan Chang Che-Wei merancang kisah mengenai sekter baru, yang mereka buat sendiri. Kisah Ibu Budha, Gerakan tangan, nyanyian, simbol dan berbagai klenik yang ada dalam film ini semuanya fiktif.

Semua ini berasal dari tangan dingin Kevin Ko, yang terinspirasi untuk membagikan kengerian ini kepada para penonton. Hasilnya memang tidak mengecewakan, film ini berhasil menjadi film paling laris dan hits banget di Taiwan.

Meski terasa sangat sederhana, Incantation (2022) memberikan kisah yang menarik mengenai seramnya sebuah kultus sesat.

Tak hanya itu, film ini juga menyisipkan unsur emosional dari perjuangan seorang ibu untuk menyelamatkan putri kandungnya dari kutukan. Satu-satunya yang paling disesali, alur film ini kurang mengalir yang bisa meningkatkan kengerian.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram