showpoiler-logo

Sinopsis dan Review House at The End of the Street (2012)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
House at The End of the Street
3.7
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Pindah ke lingkungan baru, selalu saja ada hal-hal yang baru. Beruntung jika hal baru tersebut menyenangkan, tapi bagaimana jika hal baru itu membawa ancaman? Kurang lebih itulah yang akan dihadapi Sarah dan putrinya Elissa saat pindah ke lingkungan yang baru. Rumah mereka bertetangga dengan House at The End of the Street; rumah di ujung jalan yang punya misteri.

Beberapa tahun lalu di rumah tersebut terjadi pembunuhan orangtua oleh anak perempuannya sendiri. Anak itu kemudian dipercaya lari ke dalam hutan dan tidak lagi menampakkan diri. Hingga tersisa satu anggota keluarga, yaitu anak laki-laki bernama Ryan.

Ryan tumbuh dengan image buruk dari para tetangganya. Namun, suatu hari Elissa bertemu dengannya dan berubah pikiran setelah ngobrol cukup panjang. Untuk lebih lengkapnya, Anda tentu harus menonton, tapi sebelum itu bisa baca sinopsis serta ulasannya terlebih dahulu sebagai clue. Sudah siap? Lanjutkan membaca ya!

Sinopsis

Sinopsis

Sarah Cassuidy (Elisabeth Shue) seorang dokter yang baru saja bercerai memutuskan pindah rumah bersama putri remajanya, Elissa (Jennifer Lawrence), ke sebuah rumah mewah di pinggiran kota. Rumah baru mereka ini rupanya berjarak sangat dekat atau bertetangga dengan rumah kosong bekas lokasi pembantaian yang terletak di ujung jalan.

Empat tahun lalu seorang anak perempuan bernama Carrie-Anne (Eva Link) diketahui membunuh kedua orangtuanya dengan sangat sadis. Dimulai saat sang ibu mendengar ada sesuatu dari arah luar kamar, ketika memeriksanya, dia justru dihabisi oleh Anne.

Sang ayah yang masih berada di tempat tidur curiga dengan keributan yang terjadi di luar. Belum sempat beranjak, Anne sudah masuk sambil berlari dan memegang palu lalu menghabisi ayahnya. Gadis itu langsung lari ke hutan dan tidak pernah terlihat lagi. Dia rupanya meninggalkan saudara laki-laki bernama Ryan (Max Thieriot) sebagai satu-satunya korban selamat.

Menyukai lingkungan barunya, Elissa pun berjalan-jalan sebentar hingga malam pun tiba. Sarah masih terjaga untuk menyelesaikan pekerjaannya hingga pukul tiga pagi sampai dia ketiduran. Tiba-tiba Sarah dibangunkan oleh suara berisik yang entah bersumber dari mana. Dokter itu pun merasakan merinding tanpa sebab lalu memeriksanya. Sarah beranjak dari tempat tidur dan secara refleks melihat ke arah rumah yang ada di ujung jalan.

Sarah kaget karena tiba-tiba pula, lampu di rumah yang diketahuinya kosong tersebut terlihat dinyalakan. Keesokan harinya Sarah dan Elissa mencoba berbaur dengan para tetangga. Kebetulan mereka diundang ke acara makan-makan yang diadakan salah satu tetangganya. Dari sana Sarah akhirnya tahu bahwa rumah yang dia pikir kosong itu rupanya masih dihuni oleh satu orang anggota keluarga yang selamat.

Anggota keluarga yang dimaksud bernama Ryan. Ryan selamat dari pembantaian karena dia tinggal di rumah bibinya. Usai kejadian yang menewaskan kedua orangtuanya, Ryan memutuskan untuk kembali tinggal rumah; sendirian. Esok harinya di sekolah, Elissa diajak Tyler (Nolan Gerard Funk) untuk menghadiri acara amal sekolah pada malam hari.

Sebelum mengiyakan dia lebih dulu menelepon ibunya. Kebetulan Sarah juga lembur jadi Elissa memutuskan untuk menyejutui ajakan Tyler.

Namun, saat berada di acara tersebut, Tyler malah mencoba untuk mengajak Elissa bercinta. Gadis ini menolak lalu meninggalkan acara dan memilih pulang. Setelah meninggalkan acara Elissa baru menyadari bahwa itu artinya dia harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah.

Tak lama sebuah mobil yang dikendarai seorang pemuda menawarinya tumpangan. Elissa menolak tapi kemudian hujan turun dan gadis itu terpaksa menerima tawaran tadi. Rupanya pemuda tersebut adalah Ryan. Selama perjalanan keduanya mulai ngobrol dan Elissa tidak takut bertanya mengenai peristiwa yang terjadi pada kedua orangtuanya.

Ryan pun terlihat terbuka. Pemuda itu tidak terganggu dengan topik pembicaraan yang dipilih Elissa. Dari pembicaraan tersebut, Elissa mulai sedikit tertarik padanya. Terutama karena menurutnya sosok Ryan tidak aneh apalagi menyeramkan seperti yang digambarkan oleh para tetangga.

Setelah mengantarkan Elissa, Ryan pulang lalu langsung memasak makan malam berupa makanan kaleng lalu membawanya ke sebuah ruang bawah tanah. Di sana terdapat kamar yang ternyata ditinggali oleh Carrie-Anne. Begitu Ryan berhasil masuk, Anne langsung menyerangnya. Ryan kemudian menyuntikkan obat penenang padanya dan Anne berhasil dikendalikan.

Esok harinya saat berada di tempat kerja, Sarah mengulik informasi mengenai Ryan kepada petugas polisi setempat bernama Bill Weaver (Gil Bellows). Bill menjelaskan bahwa tidak ada yang salah dengan anak itu. Hanya peristiwa yang menimpa keluarganya membuat Ryan dijauhi tetangga karena mengakibatkan harga rumah-rumah di sekitar situ menjadi turun. 

Di sisi lain, Elissa berani berkunjung ke rumah Ryan untuk menyerahkan sebuah CD. Elissa lalu berkeliling rumah sembari ditemani Ryan. Elissa penasaran dengan banyaknya tumpukan makanan kaleng di rumah Ryan. Pemuda itu mengatakan dia memang menyimpan itu sebagai persediaan

Gadis itu lalu masuk ke kamar-kamar ‘bersejarah’ yang ada di rumah tersebut, termasuk kamar Anne. Ryan juga bercerita mengenai masa lalunya dengan sang adik; bahwa Anne pernah terjatuh dari ayunan dan saat bangun, sikapnya menjadi lebih agresif. Selesai berkeliling, Elissa memutuskan pulang sementara Ryan kembali memeriksa keadaan Anne tapi saat keluar, dia lupa mengunci pintu.

Malam hari pun tiba dan Anne yang menyadari kamarnya tidak terkunci, keluar dengan mengendap-endap. Ryan yang sedang bekerja sama sekali tidak menyadari hal tersebut hingga dari dalam kamarnya dia melihat Anne sudah berlari ke arah hutan.

Kejar-kejaran antara mereka pun terjadi hingga Anne sampai di halaman rumah Elissa. Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Adakah rahasia yang disembunyikan Ryan hingga dia mengurung adiknya?

Seharusnya Menjadi Film Thriller yang Memuaskan

Seharusnya Menjadi Film Thriller yang Memuaskan

Scene lampu menyala pada pukul 3 pagi di rumah yang dipikir kosong oleh Sarah, rasanya jadi awal yang baik untuk memulai film ber-genre psychological thriller ini. Nyatanya, jika sesuatu yang ganjil terjadi di lingkungan baru yang sudah lebih dulu punya cerita menyeramkan, siapa pun akan sulit untuk tetap berpikir positif.

Pikiran buruk inilah yang sengaja disuguhkan House at The End of the Street sebagai upaya untuk meneror para penonton. Terlebih judul film ini juga sangat meyakinkan bahwa rumah di ujung jalan itu punya sesuatu yang mengerikan. Sayang, eksekusinya tidak terlalu memuaskan. Kesan seram itu seperti harus buru-buru diganti oleh cerita romansa antara Ryan dan Elissa dalam scene-scene selanjutnya.   

Pada pertemuan pertama mereka, agak aneh sebenarnya jika Elissa langsung yakin begitu saja dengan Ryan. Apalagi tak perlu waktu lama bagi Elissa untuk mengubahnya jadi ketertarikan. Bagian ini berhasil mengaburkan kesan misterius yang dibangun pada awal film. Sayangnya, kesan itu cukup sulit untuk dibangun kembali karena di menit-menit selanjutnya film hanya menampilkan adegan kejar-kejaran.

Saat melihat Ryan mengejar-ngejar seorang perempuan yang diyakini sebagai Anne, tidak ada rasa penasaran yang membuat tensi ketegangan naik. Tidak ada pula pertanyaan, mengapa Ryan mengejar gadis itu? Mengapa dia sebegitu paniknya? Pasalnya sejak awal, Anne memang digambarkan sebagai sosok agresif yang mengancam.

Penonton sudah nyaman dengan penjelasan itu dan tidak tertarik untuk menebak-nebak. Hasilnya tidak ada ketegangan yang berarti dari film ini. 

Psikopat yang Terlalu Cute

Psikopat yang Terlalu Cute

Melihat bagaimana Ryan beraksi dalam film ini, agak sulit menyebutnya sebagai psikopat yang menyeramkan. Secara visual sosok Ryan terlalu manis dalam artian kesannya terlalu lemah untuk film thriller dengan judul se-wah itu. Dalam salah satu scene Ryan bahkan terlihat menyesal karena membunuh sosok Anne tanpa sengaja. Dia terlihat berupaya membangunkannya.

Adegan itu nantinya jadi terasa sangat berlawanan dengan plot twist di akhir film yang mengungkapkan bahwa pembunuh kedua orangtua Ryan ternyata adalah Ryan sendiri. Atau mungkin ada hal lain yang ingin disampaikan sang sutradara melalui scene tersebut? Apa pun maksud tersembunyi yang disimpan, plot di bagian ini tetap terasa berlubang.

Plot Twist yang Cukup Berhasil

Plot Twist yang Cukup Berhasil

Dari semua yang ada dalam film House at The End of the Street, plot twist di akhir cerita cukup berhasil. Petunjuk-petunjuk mengenai siapa sosok perempuan yang dikurung oleh Ryan sukses disimpan rapat hingga film hampir berakhir. Semua mulai terungkap saat Elissa diserang oleh perempuan dari kamar rahasia. Elissa melihat bola mata gadis tersebut berbeda warna; satu biru, satunya lagi hitam.

Elissa kemudian menemukan softlense warna biru dan sebuah kartu pengenal milik Peggy Johns (Jordan Hayes) di kediaman Ryan. Dari sini terungkap sebuah fakta yang mengagetkan, sebuah plot twist yang membuat Anda tidak habis pikir yaitu tentang masa lalu Ryan yang sesungguhnya.

Anda akan kaget dengan rahasia bahwa Anne sebenarnya meninggal saat terjatuh dari ayunan, juga rahasia tentang bagaimana Ryan diperlakukan sebagai Anne oleh kedua orangtuanya.

Jadi, sosok perempuan yang dikurung di dalam ruangan rahasia itu siapa? Mereka adalah gadis-gadis yang sengaja diculik oleh Ryan untuk dijadikan ‘Anne’. Penasaran dengan keseluruhan film House at The End of the Street?  Tidak ada cara lagi selain langsung menontonnya. Jangan bingung karena film ini tersedia di Netflix! 

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram