showpoiler-logo

Sinopsis & Review Hidayah, Susuk yang Membawa Petaka

Ditulis oleh Lady S
Hidayah
2.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Para netizen generasi 90-an pasti ingat dengan tayang TV berjudul Hidayah. Program TV satu ini menyuguhkan kisah-kisah tentang azab dunia akibat perilaku yang tidak sepatutnya. Biasanya cara meninggal atau nasib manusia ketika sudah menjadi mayat digambarkan dengan mengenaskan.

Ide cerita tersebut dikembangkan dalam film Hidayah ini. Film yang diproduksi oleh Pic House ini menggaet sutradara kawakan, Monty Tiwa untuk menggarap filmnya. Membawa nama besar Monty Tiwa yang sukses menyutradarai film-film hits, tentu saja banyak yang menaruh ekspektasi tinggi soal film ini, termasuk saya sendiri.

Tak hanya digarap oleh Monty Tiwa, film Hidayah juga akan dibintangi aktor dan aktris ternama seperti Ajil Ditto, Dewi Yull, Fanny Ghassani, dan Revaldo. Lalu seperti apa jalan cerita dan ulasan film bertema horror religi ini? Yuk simak pembahasannya berikut ini.

Sinopsis

Hidayah-6_

Bahri adalah seorang pemuda yang bekerja di sebuah bengkel. Tak ada yang menyangka, di balik penampilan Bahri yang tampak urakan ternyata ia adalah seorang mantan ustadz. Bahri tengah membetulkan sebuah mobil ketika tiba-tiba ia didatangi sahabat lamanya, Hasan.

Setelah bertahun-tahun tak berjumpa, Hasan memeluk Bahri dengan erat. Bahri sama bahagianya dengan Hasan. Ia membalas pelukan hangat Hasan. Mereka lalu berbincang sambil minum kopi.

Kedatangan Hasan ke bengkel tempat Bahri bekerja bukan tanpa alasan. Selain memang ingin memperbaiki mobilnya, Hasan meminta Bahri untuk kembali ke desa mereka yaitu desa Mekarwangi. Hasan berkata bahwa keadaan desa mereka kini sangat mencekam. Teman mereka yang bernama Ratna jatuh sakit.

Ratna mengalami sakit yang misterius. Dokter pun tak bisa membantu menyembuhkan penyakit Ratna. Hasan juga memberitahu bahwa Abah atau guru mereka di pesantren tengah sakit keras sehingga Abah tidak bisa membantu menyembuhkan Ratna.

Mendengar nama Ratna, Bahri tertegun. Tampak raut sedih di wajah Bahri. Jelas, ada sesuatu diantara Bahri dan Ratna. Meskipun Hasan memohon dan menceritakan semua keadaan di desanya, Bahri tak bergeming. Ia menolak untuk ikut kembali ke Mekarwangi. Bahri merasa dirinya yang dulu sudah jauh berbeda dengan dirinya yang sekarang.

Akhirnya, Hasan pun memutuskan untuk pulang setelah mobilnya selesai diperbaiki. Setelah Hasan pulang, Bahri beristirahat di kamarnya. Ia tertidur pulas. Namun tak lama sebuah mimpi buruk menghampirinya. Ia mimpi didatangi Ratna yang menangis dan meminta tolong.

Di dalam mimpinya, Ratna menangis meraung-meraung sambil lehernya terikat rantai. Ia meminta Bahri untuk segera menolongnya. Mimpi itu hanya sekejap. Ratna menghilang dan Bahri pun terbangun dari mimpi buruknya. 

Karena mimpi itu, Bahri bergegas membereskan barang-barangnya dan pergi ke Mekarwangi. Begitu sampai di desa Mekarwangi, Bahri langsung menghampiri Hasan di rumahnya. Ia juga pergi ke rumah Abah. Bahri menceritakan maksud dan tujuannya kembali ke Mekarwangi pada Abah.

Abah pun menyambut baik niat Bahri yang ingin membantu merukyah Ratna. Bahri dipersilakan tinggal di pondok pesantren milik Abah.

Sementara itu, Ratna terbaring di rumahnya dengan badan yang penuh luka, nanah, dan belatung. Ratna hanya bisa menangis. Ibunya pun hanya bisa merawatnya seadanya. Keadaan Ratna diperburuk dengan warga sekitar yang tak menerima keberadaan Ratna dan keluarganya.

Bahri lalu mencoba menengok keadaan Ratna di rumahnya. Ia terkejut melihat keadaan Ratna yang mengerikan. Bahri sempat ingin mundur ketika harus merukyah Ratna, tapi ia merasa iba dengan keadaan Ratna. Ia pun terus melanjutkan proses Rukyah pada Ratna.

Bahri mulai membacakan ayat-ayat suci al-quran sembari mengusap tangan Ratna. Doa-doa yang Bahri panjatkan cukup membuat Ratna lebih tenang. Tapi ternyata hal itu tak bertahan lama. Ratna tiba-tiba menghilang dari tempat tidurnya.

Bahri dan ibu Ratna mencari-cari keberadaan Ratna di sekitar rumah. Mereka terkejut ketika melihat sosok Ratna sudah duduk-duduk di atas atap rumah. Apa yang sebenarnya terjadi pada Ratna? Kamu bisa menonton filmnya hingga selesai untuk tahu jawabannya ya!

Hadirkan Kengerian Lewat Sinematografi yang Apik 

Hidayah-2_

Sejak awal, film ini sudah menghadirkan adegan-adegan yang membuat penonton bergidik ngeri. Dari mulai adegan di dalam liang kubur, pocong melayang di atas kepala, hingga adegan kesurupan Ratna. Semua adegan itu sukses bikin saya ngumpet di balik tas.

Berkat arahan sutradara Monty Tiwa, ditambah dengan sinematografi yang apik, kengerian berhasil tercipta di sepanjang film. Saya cukup menikmati momen-momen ngeri ini.

Alur Cerita dan Karakter Terasa Lemah

Hidayah-5_

Sayangnya, meskipun sukses menghadirkan kengerian di sepanjang film, tapi alur cerita film ini enggak cukup menyelamatkan filmnya dari rasa bosan. Bisa dibilang, alur cerita terasa lambat dan background story dari karakter terasa lemah dan kurang terbangun.

Contohnya saja pada karakter utama yaitu Bahri. Diceritakan, Bahri dulunya adalah mantan ustadz di pondok pesantren milik Abah. Namun karena sebuah fitnah, Bahri akhirnya masuk penjara. Ia kehilangan kepercayaan dirinya dan memilih menjadi montir setelah keluar dari penjara.

Tidak begitu jelas diceritakan apa yang membuat Bahri masuk penjara sampai-sampai Bahri tak mau kembali ke pesantren. Selain itu, hubungan Bahri dan Ratna tidak diceritakan secara lugas sehingga terkesan hampa dan kurang berkesan. Padahal, Bahri tampak sangat sedih dan enggan kembali ke Mekarwangi karena membuatnya teringat dengan Ratna.

Yang sangat disayangkan juga, beberapa aktor dengan nama besar seperti Fanny Ghassani dan Revaldo hanya tampil sekilas tanpa ada pengembangan cerita apapun soal karakternya. Padahal awalnya saya pikir mereka akan jadi supporting role dengan screen time yang lebih panjang. Nyatanya kehadiran mereka malah hanya seperti cameo,

Dialog Bahasa Daerah yang Terasa Dipaksakan

Hidayah-3_

Film ini menggunakan latar tempat di daerah Jawa Barat tepatnya di desa Mekarwangi sehingga mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Sunda. Bagi orang-orang yang tidak berbahasa Sunda, hal ini mungkin bukan masalah besar.

Namun bagi saya yang memang terbiasa menggunakan bahasa Sunda, dialog-dialog yang terdengar dari para karakter terasa sangat dipaksakan. Banyak penggunaan istilah-istilah dalam bahasa Sunda yang terasa dibuat-buat. Jujur saja, ini cukup mengganggu sehingga experience menontonnya jadi terasa kurang nyaman.

Meskipun sempat ditunda penayangannya, tapi film Hidayah bisa tampil dengan cukup apik lewat sinematografinya, Sayangnya, alur cerita yang tersaji kurang maksimal sehingga ending filmnya kurang berkesan.

Itu dia ulasan mengenai film Hidayah yang rilis pada 12 Januari 2023. Buat yang pengen cari tontonan horor yang cukup bikin ngeri, film ini bisa jadi rekomendasi. Selamat menonton!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram