bacaterus web banner retina

Review & Sinopsis The Drop (2014), Bukan Kriminal Biasa

Ditulis oleh Aditya Putra
The Drop
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Film yang menampilkan kelompok kriminal dan kegiatan-kegiatannya terlarang bukanlah barang baru di Hollywood. Para sineas dengan jeli mencari celah untuk memberikan sajian tersebut seiring dengan kenyataan bahwa Amerika pernah mengalami era Great Depression. Era itu dikenal dengan banyaknya tindakan kriminal yang terjadi.

Aksi kriminal sampai sekarang masih terjadi tapi dalam bentuk yang jauh lebih rapi. Oleh karena itu, kebanyakan film kriminal menggunakan latar masa lalu.

Tapi ada juga film kriminal yang menggunakan latar modern dan tetap seru untuk ditonton seperti The Drop. Film ini terasa berbeda dengan film kriminal umumnya. Penasaran? Simak review dan sinopsis film The Drop berikut ini.

Sinopsis

Sinopsis

Bobby Saginowski adalah seorang bartender di bar milik sepupunya, Marvin Stipler. Marv mendapatkan bar itu dari kelompok kriminal Chechen. Sebagai gantinya, bar digunakan kelompok tersebut untuk menurunkan uang yang disembunyikan. Dahulu ada kasus pembunuhan dengan korban bernama Richie Welan yang masih menjadi perbincangan.

Ketika pulang menuju rumah, Bob menemukan seekor anjing pitbull yang terluka di tempat sampah. Karena merasa kasihan, dia mengambil anjing itu dan bertemu dengan pemilik rumah tempat sampah itu tersimpan, Nadia. Bob merasa dia nggak cukup yakin untuk mempunyai hewan peliharaan sehingga untuk sementara waktu menitipkannya pada Nadia.

Bar milik Marv dirampok oleh dua orang bersenjata. Marv marah karena Bob memberi kesaksian pada Detektif Torres tentang salah satu perampok yang menggunakan jam yang rusak. Pertemuan Torres dan Bob bukanlah untuk yang pertama kali, mereka sempat bertemu ketika beribadah di gereja.

Chovka, anggota Chechen mengancam Bob dan Marv agar segera menemukan uang yang dicuri. Bob memutuskan untuk memelihara anjing pitbull yang dia lihat dan menamainya Rocco. Dia pun mulai dekat dengan Nadia yang punya luka di leher. Nadia bilang kalau luka itu merupakan tingkahnya ketika kecanduan obat-obatan terlarang. Nadia merawat Rocco ketika Bob harus bekerja.

Ketika membawa Rocco jalan-jalan, Bob dihampiri oleh seorang pria yang mengaku sebagai Eric. Dia bilang kalau dia mengenal Rocco. Sepulangnya ke rumah, Bob didatangi lagi oleh Eric yang bilang bahwa Rocco sebenarnya adalah miliknya.

Dia juga mengaku sudah menyiksa Rocco dan meminta anjing itu dikembalikan sebelum dia melapor pada polisi dengan tuduhan pencurian. Bob dan Marv menemukan sebuah tas di bar. Tas itu berisi sebuah lengan lengkap dengan jam tangan rusak yang dilihat Bob serta uang yang dicuri.

Eric kembali muncul di bar dan bilang kalau dia adalah teman dari Nadia. Marv memberi tahu Bob bahwa Eric adalah seorang penjahat berbahaya. Bob menghampiri Marv yang mengaku bahwa dialah pembunuh Richie Welan.

Merasa nggak percaya, Bob mengonfirmasi pada Nadia yang mengaku dulu dia dan Eric pernah berkencan. Bob dan Marv menyerahkan tas berisi uang pada Chechen.

Mereka diberitahu bahwa akan ada pengantaran uang pada saat malam Super Bowl ditayangkan. Marv ternyata salah satu orang yang pernah merampok uang Chechen di bar.

Marv meminta Fritz, rekannya untuk merampok lagi tapi menolak. Marv pun membunuhnya padahal Marv butuh uang untuk membiayai ayahnya yang sakit.

Marv mengajak Eric untuk merampok bar. Eric menghampiri Bob di bar dan meminta uang USD 10.000 atau dia akan kembali mengambil Rocco dan menghajarnya.

Marv memberi tahu bahwa dia akan absen pada malam Super Bowl. Bob mencurigai Marv yang berperilaku mencurigakan. Dia pun menyiapkan pistol untuk berjaga-jaga dan memindahkan uang dari Chechen ke basement agar nggak dirampok.

Malam Super Bowl berjalan lancar hanya menyisakan Eric yang memaksa Nadia untuk datang ke bar. Eric kemudian menolak USD 10.000 dari Bob dan meminta uang di basement untuk diserahkan kepadanya.

Sementara itu, Marv sudah menunggu di luar bar bahkan menyaksikan bagaimana uang diantarkan ke bar. Mendapat ancaman dari Eric, Bob menjelaskan bahwa dia dulunya adalah pegawai lintah darat dan nggak segan membunuh serta menghilangkan jejak.

Eric kemudian ditembak dan tewas di bar. Marv memutuskan untuk bunuh diri di dalam mobilnya. Detektif Torres sudah mencurigai bar itu menjadi tempat terjadi transaksi ilegal.

Akankah Bob tertangkap? Keseruan film ini bikin penonton duduk manis dari awal sampai film berakhir guna mencari tahu, siapakah penjahat yang sebenarnya?

Penggunaan Tempo Pelan

Penggunaan Tempo Pelan

Bagi yang menyukai film kriminal dengan intensitas ketegangan yang tinggi mungkin The Drop akan memberikan kekecewaan. Pasalnya film ini menggunakan tempo pelan hampir di sepanjang film.

Tapi tempo pelan itu digunakan dengan cermat dengan dialog-dialog solid yang menjelaskan setiap karakter lengkap dengan permasalahan yang mereka hadapi.

Dibanding unsur kriminal, unsur drama terasa jauh lebih kental di film ini. Ketegangan bukan diumbar dengan adegan-adegan berbahaya atau saling mengancam dengan mengandalkan kontak fisik.

Alih-alih ketegangan dibangun dengan dialog dan ekspresi menegangkan para karakter terutama ketika berada dalam situasi kritis.

Cerita seperti mengalun perlahan tapi pasti. Hanya ada beberapa adegan intens yang benar-benar menegangkan. Sisanya lebih banyak membuat kita bertanya-tanya akan ke mana cerita bergulir.

Untungnya, setiap misteri itu dikeluarkan perlahan-lahan sehingga membuat penasaran. Terutama ketika menuju akhir, para karakter akan memperlihatkan siapa diri mereka sebenarnya.

Penampilan Cemerlang Tom Hardy

Penampilan Cemerlang Tom Hardy

Tom Hardy di film The Drop berperan sebagai Bobby Saginowski. Nggak ada intensitas tinggi yang diperlihatkannya di film ini. Yang ada adalah upaya dia menjadi bartender yang melakukan tugasnya dengan baik. Termasuk ketika harus menjaga uang yang diantarkan oleh kelompok Chechen ke bar tempatnya bekerja.

Agak mengejutkan menonton Tom Hardy di film ini karena berbeda jauh dibanding karakter lain yang pernah diperankannya. Dia pendiam, berbicara seperlunya, gelisah ketika sedang tertekan tapi diamnya dia bukan berarti bisa disepelekan. Dia menyimpan amarahnya di dalam diri sebelum benar-benar meledak.

Ketika harus melakoni adegan drama dengan Noomi Rapace yang berperan sebagai Nadia, Hardy bisa menjadi pria kaku. Pun dengan Rapace yang berhasil menampilkan bagaimana chemistry dari dua orang yang dipertemukan secara nggak sengaja. Nggak ada obrolan berlebihan, yang ada adalah percakapan canggung dengan keduanya banyak diam mengatasi kecanggungan.

Puncak kecemerlangan Hardy di The Drop adalah ketika dia diancam Eric Deeds. Dia menjelaskan bagaimana dulunya dia bekerja untuk seorang lintah darat.

Dia nggak segan-segan untuk membunuh orang yang punya hutang besar dan nggak mau membayar. Bukan itu saja, dia juga menyingkirkan mayatnya tanpa jejak. Semua yang dikatakannya itu dilakukan dengan ekspresi memendam kemarahan.

Adegan ini jadi salah satu adegan yang cukup ikonik. Bagaimana mungkin seseorang bisa sangat mengintimidasi dengan begitu tenang? Bahkan, tubuhnya nggak banyak bergerak. Tapi kita yang menonton bisa ikut merasakan kalau situasi saat itu sangat mengerikan.

Saat menonton The Drop akan membuat penonton bertanya-tanya mengapa nama Richie Whelan selalu disebut-sebut. Menuju akhir film, baru terungkap kenapa nama tersebut muncul di banyak adegan.

Kurang-lebih begitu cara Michael R. Roskam, sutradara film The Drop, dalam mengemas film kriminalnya. Pelan tapi menyimpan intensitas yang nggak kalah tinggi.

Kalau kamu menyukai film Michael R. Roskam yang ini, kemungkinan besar kamu akan memburu karya dia yang lain. Kalau ada waktu luang, segera tonton teman-teman! Rasakan sendiri sensasinya! Kalau kamu ingin membagikan pengalamannya kepada pembaca yang lain, kamu bisa membagikannya di kolom komentar ya, teman-teman!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram