showpoiler-logo

Review & Sinopsis Berlin, Berlin (2020), Petualangan Lolle!

Ditulis oleh Aditya Putra
Berlin, Berlin
3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Semakin bertambah usia, maka akan semakin banyak juga tantangan yang datang. Di Indonesia ada sebuah pola yang banyak dijalani manusia yaitu sekolah, kuliah kalau mampu, bekerja kemudian menikah. Ketika salah satu dari fase tersebut belum dilaksanakan, biasanya akan ada saja yang bertanya.

Hal yang sama terjadi pada Lolle. Sebagai perempuan yang sudah berusia lebih dari 30 tahun, dia belum juga menikah. Ada banyak pertimbangan yang membuatnya belum memantapkan niatnya. Tapi ketika dia sudah bulat akan menikah, ada saja masalah yang menghampirinya. Kisah ini berasal dari film asal Jerman berjudul Berlin, Berlin. Langsung ke review dan sinopsisnya, yuk!

Sinopsis

  • Tahun Rilis: 2020
  • Genre: Comedy
  • Produksi: ARD Degeto Film, Letterbox Filmproduktion, Radio Bremen
  • Sutradara: Franziska Meyer Price
  • Pemain: Felicitas Woll, Jan Sosniok, Matthias Klimsa, Janina Uhse, Detlev Buck

Lolle adalah seorang wanita berusia 30-an yang bekerja sebagai animator sekaligus pemilik studio animasi bersama dengan pacarnya, Hart. Studionya akan segera diakuisisi oleh sebuah perusahaan dari Hollywood lengkap beserta tokoh animasi buatan Lolle. Semua dilakukan karena dia mulai ingin hidup mapan, menikah dan mempunyai anak.

Hari bahagia sudah tiba, Hart sudah mengenakan pakaian rapi, pun Lolle dengan gaunnya yang canitik. Mereka akan mengucap janji pernikahan dan menjadi suami-istri. Sebelum janji pernikahan diucapkan, seorang pria maju ke altar. Pria itu adalah Sven, mantan Lolle. Sven meminta Lolle untuk membatalkan pernikahan dan melarikan diri dengannya.

Mendapati Sven di pernikahannya dan mengajaknya kabur, Lolle panik. Dia mencoba melarikan diri dari pernikahan. Dia menemukan mobil kemudian mengemudikannya dengan tergesa-gesa. Bukannya berhasil melarikan diri, dia malah menabrakkan mobilnya dan harus digelandang oleh polisi.

Masih menggunakan gaunnya, Lolle duduk di hadapan hakim. Dia mendapat hukuman yaitu 40 jam melakukan pengabdian masyarakat. Tempat yang dipilihkan oleh hakim adalah sebuah sekolah. Padahal saat itu, dia harus melakukan presentasi pada perusahaan yang akan membeli studio animasinya dengan menggunakan tablet yang dia miliki.

Lolle sampai di sekolah untuk mengerjakan hukuman yang dijatuhkan. Di sana dia bertemu dengan wanita lain yang juga mendapat hukuman serupa, yaitu Dana. Bukannya bersahabat, Dana justru menindas Lolle dengan menyuruhnya membersihkan toilet. Bukan itu saja, dia juga mencuri tablet milik Lolle dan menjualnya sehingga dia mendapatkan uang tunai.

Merasa belum cukup mengerjai Lolle, Dana memasukkan memasukan cairan ke dalam minuman Lolle. Alhasil, minuman itu bereaksi setelah Lolle meminumnya. Merasa jengah dengan tugas yang ada, Dana membawa Lolle kabur. Mereka pun menjalani petualangan dengan berlari ke dalam hutan lalu bertemu dengan organisasi kriminal. Bagaimana akhir petualangan Lolle?

Berawal dari Serial

Film Berlin, Berlin berasal dari sebuah serial dari Jerman dengan judul yang sama. Serialnya sendiri dimulai dari tahun 2002 sampai tahun 2005. Ada empat season dengan episode berjumlah 86. Serial ini cukup populer di negaranya sehingga kehadiran dalam versi film sangat dinantikan oleh para penggemar.

Serial Berlin, Berlin menyoroti tentang kegalauan Lolle dalam karir serta memilih pasangan. Karakternya pun sama, ada Sven dan Hart yang membuat Lolle bingung untuk memilih yang mana. Versi filmnya merupakan solusi dari segala yang terjadi dalam serial. Tapi dengan karakter Lolle, solusi itu bukanlah penyelesaian melainkan pertanyaan lanjutan dan kebingungan yang lain.

Transisi Animasi dan Penggunaan Split Screen

Berlin, Berlin digarap dengan biaya yang terbilang besar. Maka dari itu, film ini nggak tanggung-tanggung dalam usahanya untuk memberikan hiburan. Salah satunya adalah dengan keberaniannya menggunakan transisi ke animasi dan penggunaan split screen. Walau keduanya pernah ditampilkan di film-film lain, tapi film ini punya cara berbeda.

Ada beberapa adegan yang mengalami transisi menjadi animasi, sebagaimana Lolle adalah seorang animator. Jadi, setiap kejadian seakan-akan perwujudan dari petualangan dan karakter yang diciptakan Lolle. Tapi penggunaan animasi dinaikkan levelnya ke tingkat yang ekstrim di film ini. Ada adegan yang menggabungkan manusia dengan animasi yang rasanya melebihi batas kewajaran.

Penggunaan split screen di film ini pun terlihat begitu eksentrik. Kalau film biasa, dua adegan akan dipotong secara diagonal, maka di film ini adegan-adegan dipotong secara menyerong sehingga terkesan sembarangan. Hasilnya, adegan-adegan itu sulit untuk dicerna. Dari keputusan-keputusan yang dibuat tersebut, kita pasti sudah bisa menebak bahwa film ini adalah sebuah bentuk kegilaan.

Tempo yang Cepat

Berlin, Berlin menggunakan tempo cepat dalam menjalankan ceritanya. Bisa dibilang, film ini seperti anti terhadap basa-basi dengan banyak melompat dari satu konflik ke konflik berikutnya. Bahkan banyak dialog yang terdengar nggak begitu penting selain memacu kecepatan untuk sampai ke adegan selanjutnya.

Ada banyak yang coba dibahas di film ini. Dari mulai percintaan, karir, kritik sosial sampai kehidupan. Dengan tempo yang cepat, ada kesan tergesa-gesa dalam cara penyampaiannya. Nggak banyak dialog yang mengena. Bahkan dua karakter utama yang paling sering berinteraksi, Dana dan Lolle pun hanya sedikit memberikan dialog yang mengena. Fokusnya tetap ke petualangan mereka.

Penuh Komedi Konyol

Drama dan komedi merupakan dua unsur yang coba disuguhkan dalam Berlin, Berlin. Tapi hasil eksekusinya adalah komedi yang jauh lebih mendominasi. Uniknya, komedi yang ditampilkan bukanlah tipikal komedi yang membuat kita berpikir melainkan yang secara bold ingin mempertontonkan kekonyolan.

Dari awal film saja kita sudah bisa menebak kekonyolan apa yang akan ditebar. Mobil Lolle menabrak, kemudian adegan konyol di pengadilan. Nggak cukup di situ, petualangan Lolle dan Dana pun banyak yang memperlihatkan hal-hal konyol. Bertualang di hutan, bertemu bandar narkoba bersenjata sampai bertemu komunitas nudis.

Hal itu belum ditambah dengan upaya Sven dan Hart yang bersaing untuk mendapatkan Lolle. Bagi yang menyukai kekonyolan di dalam film, film ini punya banyak adegan yang bisa memuaskan. Agar bisa menikmati komedi di film ini, sebaiknya nggak perlu menuntut cerita yang masuk akal karena yang tersaji adalah rentetan kegilaan yang konyol.

Persahabatan Lolle dan Dana

Salah satu hal yang diunggulkan Berlin, Berlin adalah menonjolkan persahabatan antara Lolle dan Dana. Formula rivalitas di awal kemudian bersahabat di akhir merupakan sesuatu yang klise karena sudah terlalu sering digunakan dalam film dan serial lain. Tapi di film ini, segala keklisean itu bisa dikesampingkan dengan persahabatan yang menarik untuk ditonton.

Lolle merupakan tipe perempuan yang polos, terlalu banyak berpikir dan mudah panik. Dia dipasangkan dengan Dana yang gila. Kombinasi keduanya menghasikan banyak adegan cukup menarik dan menghibur dalam petualangan mereka. Mereka bukan hanya terjebak dalam kegilaan, mereka juga bisa tampil dengan pesan menyentuh.

Berlin, Berlin punya potensi menjadi romcom yang menarik dan menghibur hanya saja dikemas menjadi drama komedi yang penuh kekonyolan. Bagi yang menyukai tipikal film komedi yang ketika ditonton nggak perlu membuat kita banyak berpikir, film ini boleh dicoba untuk ditonton. Kalau kamu suka, kasih tahu yang lain di kolom komentar, yuk!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram