showpoiler-logo

Sinopsis & Review Dua Hati Biru, Kemelut Rumah Tangga Muda

Ditulis oleh Sera Serinda A
Dua Hati Biru
4.2
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Kesuksesan film pertamanya membuat Gita S. Noer percaya diri untuk melanjutkan kisah Dara dan Bima. Berlatar 4 tahun setelah kepergian Dara ke Korea Selatan untuk menimba ilmu di sana, Dua Hati Biru mengeksplorasi kehidupan rumah tangga pasangan muda yang telah dikaruniai anak tunggal tersebut.

Tak hanya sambungan ceritanya yang membuat penasaran, kehadiran Aisha Nurra Datau yang menggantikan peran Adhisty Zara sebagai Dara juga cukup menarik perhatian. Apakah aktris kelahiran 31 Juli 2004 ini bisa membawakan karakter Dara dengan impact yang sama dengan Zara dulu?

Nah, bila kamu penasaran jangan sampai lewatkan sinopsis dan ulasan film Dua Hati Biru dari Showpoiler berikut!

Sinopsis

review dua hati biru_4_

Setelah empat tahun mengembara di negeri orang, akhirnya Dara (Nurra Datau) bisa kembali ke Jakarta untuk menemui suami dan buah hatinya. Kini, ia siap untuk mengemban tugas sebagai seorang ibu rumah tangga mendampingi Bima (Angga Yunanda) juga untuk menjalin tali ibu-anak bersama putra semata wayangnya Adam (Farrell Rafisqy).

Tidak ada yang dikhawatirkan Dara pada awalnya, sampai Adam menunjukkan sikap berbeda padanya. Adam, yang selama ini hanya mengenal Dara lewat video call, seolah asing dengan sosok ibunya di dunia nyata. Situasi ini pun membuat Dara kebingungan, apalagi ketika ia menyaksikan kedekatan Bima dengan Adam, rasa jealous tanpa sadar menggerogotinya.

Situasi ini mengantarkan Dara pada pemikiran bahwa ia harus menjadi pihak “yang mendisiplinkan” Adam, karena Bima dan keluarganya dinilai terlalu memanjakan sang buah hati selama ini.

Bima, yang mulanya tak terima dengan keputusan tersebut akhirnya mengerti bahwa Dara merindukan buah hatinya. Alhasil, ketika Dara meminta mereka untuk tinggal mandiri terpisah dari kedua orang tua, Bima pun setuju.

Keputusan tinggal mandiri sebagai orang tua nampannya benar karena perlahan Dara bisa menjalin hubungan yang seharusnya bersama Adam. Tapi pada suatu waktu Dara dan Bima kedapatan lengah dalam mengawasi Adam sehingga mereka hampir kehilangan jejak sang buah hati yang mengejar seorang penjual balon.

Tragedi ini pun membuat orang tua Bima dan Dara turun tangan. Ibu Bima, Yuni (Cut Mini), sampai murka karena tak mau kehilangan cucu kesayangannya tersebut. Yuni bahkan menuntut Bima dan Dara untuk berlatih menjadi orang tua yang bertanggung jawab, walau rasanya Bima dan Dara masih belum kompak untuk menimba ilmu bersama menjadi orang tua.

Hidup mandiri membuat Bima fokus bekerja sebagai penjaga taman bermain anak di sebuah mall, walaupun pekerjaan ini tampaknya sulit untuk menghidupi keluarga kecilnya secara material.

Ini jugalah yang membuat Bima tak berdaya ketika ayahnya (Arswendy Bening Swara) jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit. Alhasil, Dara ikut membantu membayar pengobatan sebab Bima tak punya biaya yang cukup.

Tak lama setelah kejadian tersebut, Dara pun memutuskan untuk ikut serta membatu mencukupi kebutuhan keluarganya dengan bekerja. Keputusan ini tentu menimbulkan perdebatan.

Ibu Bima khawatir akan siapa yang menjaga Adam bila kedua orang tuanya sama-sama bekerja, sementara Bima malah berterima kasih pada sang istri yang mau membantu perekonomian keluarga. Bima bahkan menyanggupi untuk tetap menjadi pengasuh Adam sambil menjalankan pekerjaannya di mall.

Sayangnya memegang peran ayah yang mengasuh sekaligus bekerja, meski tak membuat Bima lelah, rupanya malah berpengaruh pada orang sekitar Bima. Pak Rizal (Tenno Ali), bos Bima, merasa kehadiran Adam di tempat kerja mengganggu pengunjung yang lain.

Pak Rizal sampai mempertanyakan peran Dara sebagai ibu yang harusnya bertanggung jawab mengasuh Adam dan ini membuat Bima sangat tersinggung hingga memutuskan untuk resign.

Keputusan ini otomatis membuat Bima kesulitan untuk mendapatkan penghasilan, apalagi karena ia hanya seorang lulusan SMA, perkara mencari pekerjaan bukanlah hal mudah bagi Bima.

Untungnya, temannya, Iqi (Keanu Angelo), mau membantu dengan mempekerjakannya sebagai penjual pakaian online. Meski prospeknya lambat, setidaknya Bima punya aktivitas produktif yang bisa ia lakukan di samping mengasuh Adam.

Bima juga akhirnya memberanikan diri untuk terus terang pada Dara akan keputusannya berhenti bekerja. Dara untungnya mengerti karena kebetulan ia juga sudah bekerja dan bisa membantu suaminya dari sisi ekonomi. Namun tentu saja, ketidaksesuaian peran ini menghadirkan perasaan keliru baik dari sisi Bima maupun Dara.

Dara meski memaklumi keputusan Bima, selalu menganggap suaminya itu tidak berkembang dan pemalas. Ketika ia mendapati Adam ikut membantu pekerjaan Bima, Dara sampai murka karena takut privasi anaknya disalahgunakan. Kejadian ini membuatnya mempertanggung jawabkan peran Bima sebagai ayah.

Di sisi lain, Bima malah merasa Dara jadi terlalu mengatur dan merendahkan harga dirinya sebagai laki-laki. Hanya karena Dara bekerja, sikapnya jadi seperti tidak menghargai pengorbanan Bima. Sungguh permasalahan yang sering terjadi di dunia nyata, bukan?

Puncak masalah terjadi ketika Dara berencana kembali ke Korea Selatan. Bukan karena apa-apa, tekanan kehidupan berkeluarga yang ia rasakan, berbarengan dengan masalah hutang ayahnya membuat Dara merasa bertanggung jawab untuk mengumpulkan banyak biaya. Alhasil, bekerja di Korea Selatan jadi satu-satunya cara yang terpikirkan olehnya.

Apakah rencana Dara ini diterima keluarganya? Tentu saja tidak. Bima merasa Dara semakin tidak menghargainya. Ibu Bima juga kecewa dengan keputusan Dara yang dirasa egois karena pada akhirnya ia malah akan meninggalkan tanggung jawab sebagai ibu bagi Adam.

Plan ini bahkan membuat ibu Dara, Rika (Lulu Tobing), tercengang karena merasa anaknya tak punya kewajiban untuk berkorban terlalu jauh.

Lantas, apakah keputusan Dara untuk kembali ke Korea demi ‘menyelamatkan’ keluarganya akan benar-benar ia lakukan? Dan apakah langkah tersebut sudah tepat untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dialami Dara dan Bima?

Sesak Konflik

review dua hati biru_1_

Kisah yang dihadirkan Gita S. Noer selaku penulis kembali terasa dekat dengan kehidupan kita. Lewat pengalaman yang dilalui Bima dan Dara sebagai orang tua muda, berbagai permasalahan yang disajikan terasa sangat relatable dengan kehidupan yang dilalui banyak pasangan muda di dunia nyata.

Film ini bisa menjadi ajang refleksi ataupun kisi-kisi bagi para pasangan yang tegah dan akan berada di situasi yang sama dengan dua protagonis utama kita. Sebagai penonton, kita akan banyak mendapatkan insight tentang bagaimana kehidupan keluarga seharusnya berjalan, apa saja yang harus dipersiapkan, hingga pentingnya bertanggung jawab penuh atas keluarga sendiri.

Berbagai permasalahan ini bahkan terasa sesak. Seolah Dara dan Bima mengalami kesialan bertumpuk karena semuanya terjadi di waktu yang berdekatan.

Hal ini terjadi lantaran tidak adanya periode waktu yang jelas. Sejak awal, penonton hanya dibekali informasi bahwa Dara telah menyelesaikan studi empat tahunnya di Korea Selatan.

Setelah itu, Bima dan Dara langsung diberikan konflik bertubi-tubi. Dan di pertengahan menuju akhir film, para karakter pun kembali menyinggung timeline ini, membuat saya kebingungan apakah semua masalah yang dialami Dara dan Bima terjadi berdekatan dengan “waktu tenang” yang minim atau tidak.

Performa Nurra Datau dan Farrel Rafusqy

review dua hati biru__

Dua pemeran yang sangat mencuri perhatian saya dalam film ini tentu saja adalah Aisha Nurra Datau yang menggantikan peran Adhisty Zara sebagai Dara, juga Farrel Rafusqu sebagai Adam. Nama keduanya mungkin terasa baru di telinga penggemar film Indonesia, namun mereka tampil apik dalam Dua Hati Biru.

Pemilihan Nurra Datau sebagai Dara yang sudah “evolved” menjadi wanita independent memang punya persona yang cocok dibandingkan Dara versi Adhisty Zara yang sangat ceria dan cenderung manja.

Kecanggungan saat pertama kali bertemu langsung dengan buah hatinya, Adam, ditampilkan dengan gap yang jelas dan perlahan keduanya langsung saling terhubung secara alami. Ciri khas Dara yang labil juga tak langsung hilang, membuat penonton sadar bahwa Dara yang sekarang masihlah Dara yang dulu kita kenal.

Pendewasaan karakter Dara ini sekaligus membuat chemistry-nya bersama Bima terasa sedikit berbeda. Walau masih terasa mesra, ada kalanya Dara tampak lebih dewasa dibandingkan Bima, dan elemen ini secara otomatis meruntuhkan kesan menggemaskan cinta mereka dahulu. Well, karena fase unyu mereka sudah lewat, aspek ini sebenarnya tak berpengaruh signifikan.

Selain Nurra, performa Ferrel Rafusqy juga membuat saya terkejut. Sebenarnya adalah wajar bila para aktor atau aktris cilik berakting dengan terasa kaku sehubungan dengan pengalaman mereka yang masih minim. Namun, saya tidak menyangka dengan kemampuan akting Farrel sebagai Adam.

Keceriaannya di saat bahagia, kekesalannya ketika orang tuanya bertengkar, hingga kesedihannya ketika apa yang diinginkannya tidak terlaksanakan; hampir semua emosi Adam ditampilkan Ferrel dengan alami. Bonding-nya dengan Bima, Dara, dan kakek neneknya juga sangat erat, seolah ia tengah berinteraksi dengan keluarga sungguhan.

Kembali Dengan Sinematografi Memukau

review dua hati biru_5_

Sejak Dua Garis Biru, sinematografi adalah aspek menarik yang dihadirkan Gina S. Noer. Meski digawangi penanggung jawab sinematografi yang berbeda dengan film pertamanya, beberapa potret estetik penuh makna masih ditampilkan dalam Dua Hati Biru oleh Gina.

Teknik One Shot juga tak dilupakan, terutama pada scene yang menjadi puncak konflik cerita. Membuat adegan ini terasa sangat berbekas bagi penonton.

Penggunaan warna-warna cerah pada outfit yang dikenakan Dara pun mampu mengobati rasa kangen kita pada karakter yang dulunya adalah seorang ABG labil yang ceria ini.

Sinopsis dan Review Dua Hati Biru__

Secara keseluruhan film ini terasa hangat dan penuh dengan nilai yang sangat berguna bagi kehidupan keluarga, meski konflik yang disajikan dirasa terlalu padat karena silih datang bergantian tanpa jeda. Eksekusi Gina S. Noer dalam film kedua ini juga masih optimal baik dari sisi scoring, sinematografi dan pemilihan cast-nya.

Walau ada sedikit perubahan cast utama, chemistry yang dibangun tiap pemain tetap natural dan mampu membuat jalan ceritanya semakin realistis. Pokoknya, bersiap untuk menjadi saksi perkembangan kehidupan Bima dan Dara yang penuh dinamika dan liku bersama buah hati mereka yang menggemaskan di film ini!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram