showpoiler-logo

Sinopsis & Review Devotion, Kisah Kepahlawanan Pilot Angkatan Laut

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Devotion
3.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Jesse Brown selalu berusaha membuktikan bahwa dirinya adalah pilot handal di kesatuannya, meski banyak sindiran dan cemoohan yang harus dia dengar.

Bersahabat dengan Tom Hudner, mereka menjadi rekan terbang yang padu, terutama saat turun ke medan Perang Korea. Di sinilah tali persahabatan mereka diuji dengan sengitnya pertempuran dan perbedaan sikap dalam mematuhi perintah.

Devotion adalah film drama biografi Jesse Brown, pilot kulit hitam pertama di Angkatan Laut Amerika Serikat. Berdasarkan buku Devotion: An Epic Story of Heroism, Friendship and Sacrifice karya Adam Makos, film ini diarahkan oleh J.D. Dillard dan dirilis oleh Columbia Pictures pada 23 November 2022.

Apakah film ini bisa mengiringi kesuksesan film Top Gun: Maverick (2022) yang dirilis di tahun yang sama? Simak review berikut untuk mengetahui kualitas film yang merugi di tangga box-office ini.

Sinopsis

review devotion_sinopsis

Letnan Tom Hudner dipindahtugaskan ke Fighter Squadron 32 di mana dia bertemu dengan Letnan Muda Jesse Brown, satu-satunya pilot kulit hitam di Angkatan Laut Amerika Serikat.

Mereka diperkenalkan kepada pesawat baru F4U Corsair yang memiliki mesin lebih kuat namun dikenal bisa menyebabkan kecelakaan fatal apabila tidak dikendalikan dengan baik.

Persahabatan Tom dengan Jesse menjadi erat ketika mobil Jesse mogok dan Tom mengantarnya pulang ke rumah. Setelah melewati tes penerbangan dengan pesawat baru tersebut, mereka dikirim ke kapal induk USS Leyte di Laut Tengah untuk menghalangi serangan Uni Soviet.

Di perjalanan, rekan mereka Carol Mohring tewas saat latihan karena terbang terlalu rendah dengan tidak mengurangi kecepatan ketika hendak mendarat. Tom menyayangkan kesalahan yang dilakukan oleh Carol saat latihan, namun ditentang oleh Jesse yang membela Carol bahwa setiap orang bisa saja membuat kesalahan.

Merapat di Cannes, Jesse dan kesatuannya liburan untuk menangkan pikiran. Jesse bertemu Elizabeth Taylor secara tidak sengaja di pantai yang kemudian mengundangnya untuk hadir ke casino nanti malam.

Jesse dan rekan-rekannya memenuhi undangan. Namun, mereka hampir saja tidak diperbolehkan masuk karena sentimen rasis dari penjaga pintunya.

Setelah puas bermain di casino, mereka pindah ke bar kecil di tepi jalan. Selagi asyik menikmati waktu, seorang marinir dan temannya yang tidak suka dengan Jesse membuat keributan dan menimbulkan perkelahian. Jesse bilang kepada Tom untuk tidak membelanya, karena dia bisa membela dirinya sendiri.

Mereka kemudian mendapat perintah untuk turun ke medan Perang Korea membela Korea Selatan. Sesampai di perairan Korea, ternyata pasukan Cina datang membantu Korea Utara untuk mengusir pasukan Amerika di Korea Selatan.

Mereka ditugaskan untuk menghancurkan jembatan antara Cina dan Korea Utara di Sungai Yalu, namun hanya diizinkan menembak di pasukan Korea Utara saja. Jesse dan Tom bertarung di udara dengan sebuah pesawat MiG-15, sementara yang lain berusaha menembaki jembatan.

Dalam satu lintasan mereka menjatuhkan bom. Meski rusak, namun jembatan belum juga roboh. Tom memberikan perintah pada pasukannya untuk kembali karena ada tembakan darat dari pasukan Cina. Namun, Jesse nekat untuk mencoba sekali lagi merobohkan jembatan dengan menembakinya, dan usahanya berhasil.

Jesse kesal karena laporan Tom atas misi ini menyatakan dirinya mengabaikan perintah dan bisa menghambat kariernya di militer. Meski Tom sudah mengajukan revisi dengan pernyataan positif seluruh anggota pasukan, namun hal ini tidaklah berarti bagi karier Jesse.

Saat merenung di kapal, Jesse mendapat hadiah jam tangan dari para awak kapal berkulit hitam yang kagum kepadanya.

Misi selanjutnya, mereka ditugaskan untuk membantu pasukan marinir yang sedang bertempur di Waduk Chosin. Mereka datang di waktu yang tepat saat pasukan marinir dalam kondisi terjepit.

Namun, pesawat Jesse terkena tembakan dan mengalami kebocoran oli. Jesse harus mendarat darurat. Bersama Tom, dia mencari lokasi yang bisa dijadikan landasan.

Pesawat Jesse menabrak pepohonan sebelum akhirnya mendarat di tempat bersalju. Namun, dia tidak bergerak yang membuat Tom khawatir. Tom memutuskan untuk turun membantu.

Ternyata kaki Jesse terjepit bagian dalam pesawatnya. Mengingat pasukan Cina sedang bergerak menuju lokasi, Tom harus bergerak cepat menyelamatkan Jesse.

Berhasilkah Tom menolong Jesse dan membawanya pulang? Atau justru pilihan terburuk yang terjadi? Pastikan untuk menonton film ini hingga selesai untuk mendapatkan jawabannya. Dan di akhir film, kita diperlihatkan fakta sejarah setelah peristiwa ini terjadi.

Biografi dengan Cerita yang Lurus

review devotion_Biografi dengan Cerita yang Lurus_

Sebagai sebuah film biografi di masa kini, Devotion bisa dibilang terlalu standar dengan menghadirkan alur cerita yang lurus dan runut sesuai kronologis sejarah. Bahkan waktu dan tempat kejadian pun tertera di tengah layar dengan huruf besar pada setiap awal adegannya.

Dengan begitu, harapan kita untuk menguak misteri pribadi masa lalu tokoh utamanya sudah pupus dari awal. Satu-satunya yang membuat kita penasaran adalah sebab Jesse mengucapkan berbagai kalimat yang merendahkan kaum Afrika-Amerika.

Selain itu, kita hanya harus siap menyimak perjalanan Jesse dan rekan-rekannya dalam menjalani misi demi misi mereka.

Setengah awal film, kita disajikan latar belakang persahabatan Jesse dan Tom, mulai dari pertemuan hingga tercipta kedekatan.

Karena kisah persahabatan ini yang menjadi fokus utama film berdurasi 2 jam 19 menit ini, maka pondasi ini diperkuat secara intensif di setiap adegannya. Perpaduan akting Jonathan Majors dan Glen Powell memperkuat pondasi ceritanya dengan sangat baik.

Namun, karena belum ada misi yang harus mereka jalani, ritme film terasa datar dan hampir membosankan. Bahkan misi pertama mereka di Laut Tengah belum bisa membuat kita terkesan dan hanya memancing rasa sedih saat salah satu rekan mereka tewas dalam sebuah latihan.

Perang yang sebenarnya mereka hadapi baru hadir setelah setengah film berjalan. Sedikit terkesan terlambat, namun penggambaran perang yang ditampilkan dari udara dengan penampakan lanskap luas cukup mengagumkan.

Meski tidak terlihat begitu detail, namun keseruan pertempuran di udara dan satu adegan di darat cukup mengesankan.

Terlihat di sini hasil sinematografi yang cukup apik dari tangan Erik Messerschmidt dan editing dari Billy Fox, yang membuat adegan perang sederhana tersebut tampil sedikit mewah. Dari kerja mereka juga timbul kesan keintiman kita dengan para pilot ini beserta pesawatnya.

Saat di udara, kita dibuat seolah ikut terbang berkat peletakan kamera yang cermat sehingga seluruh badan pesawat bisa terlihat.

Menghadirkan Drama yang Berkesan

review devotion_Menghadirkan Drama yang Berkesan_

Jika adegan action dan pertempuran udaranya berada dalam level cukup mengesankan, maka sisi drama film ini tampil sangat mengesankan. Sejak awal film, memang terasa sekali kuatnya jalan cerita dengan bangunan kisah yang tertanam bagus berkat pondasinya yang kokoh.

Persahabatan dua pilot berbeda ras di masa segregasi ini memang seolah mengulangi kisah klise yang sudah sering ditampilkan. Film-film seperti The Defiant Ones (1958), Driving Miss Daisy (1989), dan Green Book (2018) memiliki kisah serupa.

Semuanya bercerita tentang persahabatan seorang kulit putih baik hati dan rekannya dari kaum Afrika-Amerika dengan kepribadian unik, yang menjadi sumber kisah ajaib yang mampu mengakhiri diskriminasi.

Baca juga: 10 Film Terbaik Tentang Rasisme yang Harus Ditonton

Tom Hudner adalah letnan lulusan akademi yang rendah hati dan sangat pengertian kepada Jesse Brown beserta semua rekannya. Sementara itu, Jesse Brown tidak pernah berhenti menampilkan keajaiban lewat aksi heroik dan kharismanya.

Di dalam kokpit, Jesse adalah pilot tempur yang taktis dan pintar melihat celah, meski harus sedikit mengabaikan perintah demi kesuksesan misi. Selain itu, dia adalah sosok family man yang dicintai oleh istri dan putrinya.

Dan di luar dua area tersebut, kharisma dan rasa percaya dirinya terpancar meski seringkali harus menerima sindiran atau ejekan bernada rasis.

Pertemuannya dengan Elizabeth Taylor di pantai hanyalah salah satu bukti pancaran kharismanya yang membuat sang aktris legendaris itu mengundang Jesse dan rekan-rekannya datang ke casino untuk menemuinya. Dan, tidak hanya sampai di situ kekaguman kita akan sosok Jesse Brown.

Saat sedikit diremehkan di pintu masuk casino, bukannya marah atau kecewa, Jesse justru membuat diam dua penjaga pintu itu dengan berbicara dalam bahasa Prancis yang fasih. Hal ini membuat dua penjaga itu memeriksa guest list dan menemukan namanya.

Penampilan Apik Dua Pemeran Utamanya

Penampilan Apik Dua Pemeran Utamanya___

Kesan drama kuat di film yang proses syutingnya hanya berlangsung di Amerika ini, tepatnya Georgia dan sekitarnya, tergambar dengan baik berkat performa apik dan perpaduan akting penuh sinergi dari dua aktor utamanya, Jonathan Majors dan Glen Powell.

Jonathan Majors membawakan karakter Jesse Brown dengan penuh penghayatan. Masa lalu Jesse yang penuh diskriminasi memang tidak pernah ditampilkan, namun cukup dengan melihat ekspresinya saja kita sudah mengerti betapa beratnya kejadian yang sudah dilaluinya.

Dalam satu adegan, Majors mengekspresikan semua perasaan itu dengan baik, penuh rasa amarah terpendam yang tak kuasa dia teriakkan. Hanya air mata menetes perlahan dari sudut matanya yang menggambarkan betapa perihnya rasa sakit hatinya itu.

Satu hal unik dari karakter ini adalah dia mencatat semua cemoohan itu dan diucapkan kembali pada diri sendiri sebagai pelecut motivasi.

Sementara Glen Powell tampil apik sebagai seorang perwira lulusan akademi yang rendah hati. Dia bisa dengan mudah beradaptasi dengan rekan-rekannya dan memimpin mereka dalam misi yang dijalani dengan sukses.

Jika kalian memperhatikan, Glen Powell sudah dua kali menjadi berperan sebagai pilot di tahun 2022 ini setelah sebelumnya hadir juga di film Top Gun: Maverick (2022).

Dengan bangunan cerita yang terstruktur rapi dari awal, setiap adegan yang menampilkan mereka berdua terasa tidak ada yang sia-sia dan mampu menggambarkan pasang-surut persahabatan karena tensi serta masalah yang terjadi.

Dan di saat kita sampai di adegan terakhir mereka bersama, kita berhasil dibuat tersedu-sedan atas sikap heroik dan patriotisme mereka.

Devotion memang bukanlah film perang dengan adegan pertempuran yang seru dan memacu adrenalin, tetapi film yang mendapat cap certified fresh dari Rotten Tomatoes ini adalah film drama tentang arti persahabatan.

Meski begitu, kesan patriotisme selalu terasa setiap kali mereka latihan dan mengenakan seragam. Dan pada akhirnya, kita juga disuguhkan adegan pertempuran yang cukup mengesankan.

Tetap setia dengan fakta sejarah yang disusun secara kronologis, film ini tetaplah memiliki beberapa kelemahan. Antara lain yang terlihat adalah eksekusi yang serba tanggung pada naskahnya.

Mengungkit tentang diskriminasi ras, tapi tidak diperlihatkan secara gamblang dan terasa sedikit lepas arah dengan tidak adanya penggambaran masa lalu Jesse sebagai objek penderitanya.

Selain itu, untuk film tentang pilot pesawat tempur, adegan aksi di udaranya cenderung minim, meski tidak seburuk film Red Tails (2012).

Satu faktor yang bisa membantu keseruan adegan tempur di udara tersebut adalah iringan musik gubahan Chanda Dancy, yang mampu memicu adrenalin dengan nada-nada penuh semangat patriotisme.

Dalam peredarannya di Amerika Utara, Devotion menelan kerugian yang cukup besar. Dengan bujet produksi sebesar $90 juta, film ini hanya meraup $20 juta saja.

Oleh karena itu, untuk distribusi secara internasional, pihak Sony Pictures menyerahkannya kepada Netflix dengan harapan bisa menjangkau penonton sedunia dan menambah pundi-pundi penghasilan mereka.

Tapi jangan patah semangat mendengar beberapa kekurangan dalam film ini, karena Devotion tetap layak untuk dinikmati oleh pecinta film drama dengan latar belakang perang. Tidak sempat ditayangkan di bioskop Indonesia, sekarang film ini sudah bisa disaksikan di Netflix. Jangan lupa untuk menontonnya, ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram