showpoiler-logo

Sinopsis & Review Death at a Funeral, Masalah di Waktu yang Salah

Ditulis oleh Aditya Putra
Death at a Funeral
3.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Setiap makhluk yang hidup, pasti akan meninggal. Ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi tentu akan meninggalkan luka. Ingatan akan sosoknya untuk beberapa waktu ke depan, akan terus terbayang.

Hal itulah yang menjadi bagian terberat bagi orang-orang yang ditinggalkan selain harus kembali melanjutkan hidup dalam kondisi yang nggak sama lagi.

Untuk melepas kepergian orang yang meninggal, diadakan acara pemakaman sebagai penghormatan terakhir. Keluarga besar, kerabat serta teman merupakan orang-orang yang diundang ketika acara pemakaman.

Bagaimana jadinya apabila justru muncul berbagai masalah ketika acara pemakaman baru saja selesai? Hal itu yang terjadi di film Death at a Funeral. Simak ulasannya berikut ini yuk!

Baca juga: Inilah Review dan Sinopsis Film Jumanji: The Next Level

Sinopsis

Sinopsis

Cynthia Barnes adalah seorang wanita paruh baya yang baru ditinggal mati oleh suaminya. Aaron, anak pertamanya, menjadi orang yang dipercaya untuk melangsungkan acara pemakaman.

Dia harus memikirkan bagaimana caranya melangsungkan acara dengan baik serta bertemu dengan keluarga besar yang dia perkirakan akan mendatangkan banyak masalah.

Aaron khawatir akan mendapat banyak pertanyaan dari keluarga besar. Terlebih hidupnya bersama sang istri, Michelle, belum juga berhasil bahkan masih harus hidup bersama orang tua Aaron.

Belum lagi, Aaron harus bertemu dengan adiknya, Ryan, seorang penulis sukses yang sering mengagung-agungkan karyanya. Terlebih, Ryan enggan membantunya mengurusi biaya upacara pemakaman.

Elaine, sepupu dari Aaron dan Ryan akan datang ke acara pemakaman bersama tunangannya, Oscar. Elaine berniat pergi bersama sang adik, Jeff. Oscar yang ketakutan bertemu keluarga Elaine, diberi obat yang ditemukan Elaine di lemari Jeff. Tulisan di botol obat adalah Valium.

Jeff kemudian memberi tahu bahwa obat itu adalah obat-obatan yang dia buat bersama temannya. Tapi peringatan Jeff terlambat dilakukan karena Oscar sudah mengonsumsi obat tersebut.

Sesampainya di rumah Aaron, Oscar mulai berhalusinasi bahwa peti mayat bergerak sendiri. Dia pun mendorong peti sampai-sampai mayat terjatuh keluar dari peti.

Aaron didekati oleh seorang tamu bernama Frank. Frank mengatakan bahwa dia adalah kekasih simpanan dari ayah Aaron. Untuk membuktikannya, Frank menyatakan sudah membawa beberapa foto.

Frank mencoba memeras Aaron bahwa dia akan menunjukkan foto itu pada Cynthia kecuali Aaron membayar uang sebesar 30.000 USD. Karena kebingungan, Aaron meminta bantuan pada Ryan.

Ryan menyarankan agar Aaron membayar Frank sesuai dengan kemauannya. Tapi Ryan nggak mau mengeluarkan uang dengan alasan dia sedang banyak utang.

Aaron dan Ryan setuju membayar Frank. Ketika akan memberikan uang, Frank mengejek kemampuan Aaron yang selalu gagal menulis novel. Aaron yang tersinggung, menolak untuk memberikan uang.

Frank pun membuat kekacauan. Sebelum diketahui oleh orang lain, Aaron dan Ryan berhasil menyekap Frank dan mengikatnya di kursi di sebuah ruangan.

Norman, salah satu kerabat keluarga Barnes masuk ke dalam ruangan berisi Frank yang terikat. Dia yang menemukan botol obat bertuliskan Vallium, memberi obat itu pada Frank untuk memberi rasa tenang.

Jeff pun masuk ke dalam ruang yang sama. Dia menyatakan bahwa obat itu bukan vallium melainkan obat yang membuat Oscar berhalusinasi.

Selagi banyak tamu, Aaron dan Ryan meminta Norman dan Jeff untuk mengawasi Frank. Russell, paman dari Aaron dan Ryan, memaksa masuk ruangan.

Karena Norman dan Jeff teralihkan, Frank berhasil lepas dari ikatan tapi kepalanya menghantam meja. Aaron, Ryan, Norman dan Jeff merasa Frank sudah mati dan akan memasukkannya ke dalam peti.

Oscar naik ke atap rumah sambil telanjang dan berteriak bahwa dia pernah melihat Elaine berciuman dengan Derek, mantan kekasihnya.

Karena tamu yang lain memperhatikan Oscar, Aaron bersama Ryan memasukkan Frank ke dalam peti. Ketika membacakan eulogi, ada suara ketukan dari dalam peti dan ternyata Frank masih hidup. Akankah rahasia terbongkar?

Cerita yang Relatable

Cerita yang Relatable

Death at a Funeral mengangkat tema yang relatable dengan premis kekacauan di acara pemakaman. Kekacauan itu bukan berasal dari pihak luar, melainkan dari pihak internal keluarga.

Interaksi dalam acara yang mengundang keluarga besar yang kadang meletupkan masalah, coba diangkat lewat film ini dengan pendekatan komedi.

Cerita relatable bukan hanya satu-satunya menjadi keunggulan film ini. Cerita yang relatif bisa diprediksi ini bisa dibuat sedemikian rupa hingga tetap menarik sampai akhir.

Kecemerlangan itu nggak terlepas dari solidnya skenario. Walau diadaptasi dari film Inggris dengan judul serupa yang dirilis tahun 2007, Death at a Funeral ini nggak terasa menurun kualitasnya.

Baca juga: Butuh Hiburan? 10 Film Terbaik Kevin Hart Ini Boleh Dicoba!

Karakter Dibagi Secara Proporsional

Karakter Dibagi secara Proporsional

Mengangkat tema upacara kematian, Death at a Funeral berpotensi menciptakan kebingungan sebagaimana cerita akan memuat banyak karakter.

Kehadiran anggota keluarga besar, kerabat serta teman sang ayah yang meninggal, praktis membuat karakter di film ini menjadi banyak. Tapi itu bukan menjadi masalah karena pembagiannya berhasil diatur secara proporsional.

Ada Aaron yang merasa tertekan karena kesuksesan Ryan, Michelle mencoba mencari cara untuk bisa berduaan dengan Aaron, dan Ryan berpura-pura sukses padahal kesulitan secara ekonomi.

Semua dilengkapi dengan masalah karena anggota keluarga serta kerabat lainnya dan juga Frank yang menjadi antagonis. Dengan kata lain, pendalaman karakter di film ini cukup mumpuni untuk konflik di dalam cerita.

Di luar karakter utama, karakter-karakter pendukung pun kemunculannya nggak hanya sebagai penghias. Mereka hadir membawa masalah masing-masing yang berpengaruh pada plot utama.

Sebagai contoh Uncle Russell yang masuk ke ruangan yang di dalam ada Frank terikat ketika mencari toilet. Atau subplot Elaine yang seperti acak tapi bisa memuluskan rencana Aaron dan Ryan memasukkan Frank ke dalam peti.

Komedi lewat Dialog dan Slapstick

Komedi lewat Dialog dan Slapstick

Hal paling  mengesankan dari Death at a Funeral ini adalah komedinya yang terasa effortless. Komedi yang berasal dari dialog maupun slapstick dikemas dengan sangat baik. Tentu saja Chris Rock sebagai Aaron yang punya pengaruh paling besar.

Secara sinematografi, film ini nggak menghadirkan sesuatu yang menonjol. Mid shot banyak menjadi andalan terlebih dalam dialog-dialog yang menjadi salah satu elemen komedi andalan.

Film karya sutradara Neil LaBute ini bisa membuat upacara kematian yang biasanya begitu gelap, menjadi komedi yang menyenangkan.

Mungkin agak nggak etis bagi sebagian orang karena mengambil tema upacara kematian, tapi inti dari film ini adalah pada masalah keluarga. Masalah itu juga yang kadang terlewat untuk didiskusikan ketika anggota keluarga masih lengkap.

Death at a Funeral merupakan gabungan dari cerita yang ringan serta komedi yang menyenangkan. Durasi yang pas di angka 92 menit cukup untuk memberi solusi dari konflik dengan memuaskan.

Selain itu, film ini juga bertaburan aktor-aktor kelas atas keturunan Afrika-Amerika yang masing-masing punya peran penting dalam cerita secara keseluruhan. Ada aktor idolamu yang main di film ini? Coba sebutkan di kolom komentar, guys!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram