showpoiler-logo

Sinopsis & Review Dear Nathan Hello Salma, Cinta vs Keluarga

Ditulis oleh Suci Maharani R
Dear Nathan, Hello Salma
2.7
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ada banyak hal yang membuat seseorang merasa sendiri, salah satunya adalah tekanan dari orang tua. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat teraman, malah terasa begitu menyesakkan bagi Salma.

Dituntut harus bisa masuk ke UI hingga dilarang berpacaran, Salma benar-benar kehilangan dirinya. Inilah ujian cinta bagi Salma dan Nathan, ketika mereka berdua harus memilih antara cinta atau keluarga.  

Kembali menyapa fans dengan kisah yang lumrah di kalangan remaja, Dear Nathan Hello Salma (2018) memiliki impact tersendiri. Apalagi kehadiran Susan Sameeh dalam film ini, berhasil membuat kisah Salma dan Nathan semakin bergejolak.

Hasilnya film ini berhasil mendapatkan rating hingga 7.8/10 di iMDb dan menggaet hingga lebih dari 650.000 penonton hanya dalam 10 hari saja. Seperti apa kisah Nathan dan Salma kali ini? Baca terus ulasannya sampai habis ya!

Sinopsis

dear-nathan-hello-salma-1_

Sedang berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, Nathan (Jefri Nichol) meninggalkan berbagai kebiasaan buruknya terdahulu. Tapi hal ini malah membuatnya jadi olokan, hingga Nathan tidak bisa menahan emosinya ketika salah satu temannya merendahkan Salma (Amanda Rawles).

Perkelahiannya kali ini, membuat Nathan harus pindah ke sekolah lain dan berpisah dari Salma. Bedanya perpisahan ini bukanlah kisah long distance relationship, tetapi kisah cinta keduanya yang benar-benar berakhir.

Salma marah melihat Nathan yang tidak bisa mengendalikan emosinya, tanpa pikir panjang ia meminta putus. Sementara Nathan yang belum sempat menjelaskan apapun, tidak bisa berkata apa-apa selain mengindahkan keinginan perempuan yang dicintainya.

Menjalani kehidupan di sekolah barunya, Nathan tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis yang memiliki banyak masalah. Gadis itu bernama Rebecca (Susan Sameh), yang kini sedang bermasalah dengan salah satu orang populer di sekolah.

Tak rela melihat sekumpulan pria merendahkan Rebecca, Nathan nekat bertarung dengan juara ilmu bela diri tersebut.

Untungnya perkelahian Nathan kali ini tidak sampai ke ruang BP, malah hal ini membuat Rebecca merasa iba dan bersalah.

Gadis ini heran, kenapa Nathan mau menolongnya? Padahal mereka tidak pernah bertemu atau mengenal sebelumnya. Nathan pun menjawab, bahwa dirinya yang dulu sama seperti Rebecca, hanya saja ia tidak pernah berpikir untuk bunuh diri.

Perkataan Nathan membuat Rebecca tertegun, apalagi semenjak hari itu keduanya terlihat semakin akrab. Kali ini Nathan ingin membantu Rebecca dan menunjukkan pada gadis itu bahwa ia tidak sendirian di dunia ini. Namun Rebecca salah mengartikan niat baik Nathan, hingga pria itu mengatakan bahwa ia tidak bisa memaksakan cintanya untuk Rebecca.

Di sisi lain, Salma sedang berada di bawah pengawasan ketat sang ayah yang menginginkannya masuk ke jurusan kedokteran UI. Bahkan ayahnya sengaja mendekatkan Salma dengan Ridho agar gadis itu tidak kembali dengan Nathan.

Tekanan sang ayah telah merenggut semua impiannya. Salma pun semakin terpuruk ketika ia gagal lolos SNMPTN ke UI. Hal ini membuat Salma sangat depresi, hingga ia dipertemukan dengan Rebecca yang membuka ruang untuk mereka yang depresi.

Berkat Rebecca, Salma secara perlahan bisa meluapkan emosinya ketika ia merasa tidak percaya diri dan kehilangan dirinya. Berkat Rebecca juga, Salma akhirnya dipertemukan kembali dengan  sang mantan kekasih yaitu Nathan.

Sayangnya, kehadiran Ridho dan tidak adanya restu dari sang ayah, membuat hubungan Nathan dan Salma terasa mustahil. Bahkan Nathan sampai ditahan di kantor polisi, karena dituduh telah menculik Salma yang sebenarnya kabur dari rumah.

Berada diantara pilihan yang sulit, apakah Salma dan Nathan bisa kembali bersama atau semua ini adalah akhir dari kisah cinta mereka?

Premisnya Dekat Dengan Realita, Tapi Alurnya Terburu-Buru

dear-nathan-hello-salma-2_

Setelah menonton Dear Nathan Hello Salma (2018), saya menyukai ujian cinta Salma dan Nathan yang bertentangan dengan keluarga. Bahkan ada variasi premis baru yang membuat film ini tidak terasa picisan seperti kebanyakan film romance. Mereka memasukan isu mental health yang diderita oleh anak remaja, yang ternyata diakibatkan oleh keluarga.

Sayangnya ide ini tidak diimbangi dengan kualitas ceritanya, sehingga bagaimanapun film ini kembali terasa sangat klise. Realita yang seharusnya diperlihatkan, terganggu dengan plotnya yang bagi saya terlalu terburu-buru dan banyak dipecah. Dari awal hingga akhir, saya merasa banyak potongan cerita yang terasa kagok dan tiba-tiba terjadi.

Pertama dari putusnya hubungan Nathan dan Salma. Alur ini terlihat ngebut untuk mengejar screentime antara Nathan dan Rebecca. Tetapi di bagian Rebecca juga tidak total.

Kisah mengenai depresinya tidak diperlihatkan secara gamblang dan langsung sembuh begitu saja. Belum lagi plot ketika ayah Salma tiba-tiba pulang dari Kanada dengan sikapnya yang arogan.

Mungkin penulis ingin menunjukkan labilnya pemikiran dan emosi para remaja ini, tetapi potongan gambarnya tidak memiliki flow. Sehingga Dear Nathan Hello Salma (2018) nampak seperti sekumpulan ingatan antara Salma dan Nathan ketika hubungan mereka diterpa masalah.

Meski begitu saya lebih menyukai sinematografi Dear Nathan Hello Salma (2018) dibandingkan dengan film pertamanya. Potret perkotaan yang sibuk saat Salma dan Nathan mengendarai bajaj hingga keindahan pulau berbentuk hati. Saya menyukai gambar-gambar tadi, sehingga terbesit di kepala saya untuk mendatangi pulau tersebut.

Tipikal Film Klise Yang Dangkal Development Karakter

dear-nathan-hello-salma-3_

Meksipun memiliki premis yang menarik, sayangnya film ini tidak berhasil mengeksplor ceritanya yang klise ini untuk lebih menyentuh. Ketidak berhasilan atau ketidak inginan pihak Rafi Film untuk memperdalam premisnya sangat berpengaruh pada development karakternya.

Bagi saya, seluruh karakter yang ada dalam film ini terlihat sangat minim berkembang, padahal durasinya sekitar 102 menit.

Pertama saya ingin membahas soal karakter Nathan yang diperankan oleh Jefri Nichol dan Salma yang diperankan Amanda Rawles.

Sejujurnya saya merasa bosan dengan karakter mereka yang sangat klise, bahkan kualitas aktingnya juga terasa biasa saja. Saya melihat usaha Jefri Nichol untuk menunjukkan sisi lembut Nathan, sayangnya hal ini masih kurang mengena.

Sementara bagi Amanda Rawles, ada adegan dimana Salma mengalami depresi karena tuntutan dan kekangan ayahnya.

Saya bisa merasakan hal ini, tapi durasi mengenai isu ini terasa sangat kurang sehingga karakter Salma yang ini tidak bisa terekspos dengan baik. Alhasil pengembangan karakter keduanya terasa setengah-setengah dan kurang maksimal.

Hal ini juga senada dengan karakter Rebecca yang diperankan oleh Susan Sameh. Background story-nya kurang terbangun dengan kuat. Saya tidak bisa merasakan perasaan depresi yang sedang dialaminya, kecuali dari makeup mata dan tubuhnya yang kurus.

Sementara itu, ada karakter lain yang agak mengganggu yaitu Ridho. Karakter ini tiba-tiba menjadi abusive, lalu datang dan hilang begitu saja.

Karakter Ayah Salma yang diperankan oleh Gito Gilas juga tidak kalah tanggung. Sang ayah tiba-tiba hadir dengan sisi kerasnya. Sikap ayah Salma pada Nathan terasa agak berlebihan. Tidak ada background story yang kuat diantara keduanya, sehingga sulit bagi saya untuk merasakan tensi diantara keduanya.

Isu Depresi yang Kurang Diperdalam

dear-nathan-hello-salma-4_

Berbeda dengan kisah Nathan di musim pertama, saya sangat enjoy menonton kisah Rebecca dan Salma di film keduanya. Film ini mengangkat isu yang cukup santer di kalangan anak muda yakni depresi. Tapi seperti yang saya katakan sebelumnya, film ini hanya memperlihatkan lapisan terluar dari fenomena ini.

Hal ini menjadi salah satu yang paling saya sesalkan ketika menonton Dear Nathan Hello Salma (2018). Padahal jika pihak penulis atau rumah produksi mau menelaah soal isu ini lebih dalam lagi, saya yakin film ini akan jadi lebih menarik.

Isu depresi dalam film ini bisa memberikan kesadaran pada banyak orang bahwa keluarga bisa saja menjadi sumber utama yang membuat anak-anak mengalami depresi. Saya yakin kisah anak-anak broken home sudah sangat lumrah, anehnya kenapa mereka menganggap ini lumrah.

Sebagai contoh ada Salma yang berada di bawah tekanan untuk mewujudkan impian ayahnya yakni masuk ke fakultas kedokteran UI. Tentu orang akan berkata hal ini sangat mudah, toh Salma dikenal sebagai siswi yang pintar dan cerdas.

Namun ketika gadis ini gagal masuk ke UI, apa yang terjadi? Ternyata Salma sedang berusaha bertahan di bawah tekanan ayahnya untuk menggapai hal yang tidak diinginkannya. Hal ini membuat Salma stres, sampai-sampai gadis ini kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri.

Masalah ini seharusnya bisa ditelaah lebih dalam, karena toh di dunia nyata banyak anak yang menjadi korban. Menggabungkan kisah cinta remaja dengan isu mental health, Dear Nathan Hello Salma (2018) memang cukup menarik untuk ditonton.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram