showpoiler-logo

Review & Sinopsis Dear David (2023), Kesalahan Imajinasi Liar

Ditulis oleh Suci Maharani R
Dear David
2
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dear David menjadi film terbaru Netflix Indonesia yang cukup banyak diperbincangkan di media sosial. Mengisahkan lika-liku kehidupan remaja dan imaginasi seksualnya yang liar, pembahasan ini berhasil menarik animo masyarakat.

Kali ini Shenina Cinnamon akan berperan sebagai Laras, seorang siswi teladan yang diam-diam memiliki fantasi liar pada sosok cowok bernama David. Kapten sepakbola yang terkenal tampan ini akan diperankan oleh Emir Mahira.

Sementara Caitlin North Lewis hadir sebagai Dilla, yaitu sahabat Laras yang ternyata seorang lesbian. Film ini disutradarai oleh Lucky Kuswandi yang berharap filmnya bisa menginspirasi anak muda. Menurutnya Dear David adalah kisah coming of age yang membuat remaja peduli soal self-love dan self-compassion.

Lalu bagaimana cerita fanfiction nakal buatan Laras bisa tersebar ke seluruh sekolah dan hampir membuatnya kehilangan beasiswa? Buat kamu yang penasaran, yuk intip sinopsis lengkap dan ulasan film Dear David hanya di Showpoiler!

Sinopsis

review dear david_Sinopsis_

Laras Susanto (Shenina Cinnamon) adalah seorang siswi berprestasi, makanya ia bisa mendapatkan beasiswa yang meringankan beban sang ibu yang seorang single mother. Di sekolah Laras dikenal sebagai murid teladan, apalagi ia adalah ketua Osis.

Siapa sangka di balik hari-harinya yang monoton, dian-diam Laras memendam perasaan pada kapten tim sepak bola sekolahnya yang bernama David (Emir Mahira). Sebenarnya Laras dan David bukanlah orang asing, keduanya sudah mengenal sejak lama karena beribadah di gereja yang sama.

Orang tua Laras dan David juga saling mengenal, bahkan ibu Laras terlihat sangat perhatian kepada ayah David yang ternyata seorang duda. Dibanding mencoba menarik perhatian David, Laras malah melampiaskan hasratnya lewat tulisan.

Laras membuat sebuah blog pribadi dan membuat banyak fanfiction yang menjadikan David sebagai objek utamanya. Ia mencurahkan cinta dan imajinasi seksualnya kepada David, lewat berbagai cerita nakal.

Suatu hari, Laras tidak sengaja menumpahkan minuman ke baju David. Dari sini imajinasi nakalnya kembali muncul dan Laras tidak bisa menahan pikiran kotornya saat kelas. Gadis ini membuka laman blognya, lalu menuliskan imajinasinya saat menjamah tubuh David di sana.

Tidak terasa bel kelas sudah berbunyi dan Laras pun terburu-buru mengeluarkan akunnya. Sialnya, gadis ini tidak memeriksa dengan teliti apakah blognya sudah benar-benar keluar atau tidak. Hingga keesokan harinya, blog bernama “Dear David” dan cerita-cerita nakalnya tersebar ke satu sekolah.

Hal ini membuat Laras panik dan ketakutan, ia buru-buru menghapus jejaknya di komputer sekolah. Ia tidak ingin kehilangan beasiswa dan masa depan cerahnya, karena kecerobohannya.

Di sisi lain, David mengenali setiap kalimat yang ada di blog tersebut. Ia mendatangi Laras dan menanyakan kenapa Laras bisa menjadikannya objek dalam cerita nakalnya.

Laras tidak bisa berkelit lagi, ia mengatakan bahwa dirinya yang menulis tapi tetap menutupi perasaannya. Berusaha meminta pengampunan dari David, pria itu malah membuatnya patah hati.

Pasalnya, David meminta Laras untuk mendekatkannya dengan Dilla (Caitlin North Lewis). Gadis ini memang orang asing, ia adalah mantan sahabat yang terkena kasus pornografinya di sekolah. Kira-kira, apa yang akan dilakukan Laras untuk memperbaiki kesalahannya?

Stuck di Satu Sudut Pandang Saja

dear david_Stuck di Satu Sudut Pandang Saja_

Dear David memang jadi salah satu tontonan yang sangat menarik. Apalagi yang dipromosikan adalah soal imajinasi liar dan nakal remaja, tentu banyak yang penasaran.

Namun, semakin saya menontonnya, alurnya jauh lebih kompleks dengan berbagai masalah remaja yang relate. Ada satu hal yang bikin greget, sutradara Lucky Kuswandi agaknya stuck di satu sudut pandang saja. Laras adalah fokus utamanya, tapi masih ada tiga bahkan empat karakter lain yang seharusnya dieksplor.

Memasukkan konflik persahabatan dan cinta, seharusnya karakter David dan Dilla bisa dieksplor dari sekedar plot cinta yang klasik. Apalagi David dan Dilla ternyata memiliki masalah pribadi masing-masing yang tidak kalah menarik dan worth untuk dikembangkan.

Contohnya soal David dengan panic attack-nya, hingga Dilla dengan rasa sukanya ke sesama jenis. Akan lebih emosional jika Lucky Kuswandi dari awal fokus ke tiga karakter utamanya.

Berikan ulasan soal David dan masa kecilnya bersama sang ibu. Lalu, berikan juga penjelasan soal kasus pornografi yang menimpa Dilla, karena ini modal utama yang menguatkan sebutan “pecun” padanya.

Hal lain yang saya sayangkan adalah kenapa karakter orang tua justru hanya dijadikan pemanis? Padahal isu yang diangkat seharusnya berkaitan erat dengan keluarga.

Sayang banget Lucky Kuswandi tidak menampilkan ekspresi kaget ibu Laras saat tahu bahwa anaknya yang menulis cerita tersebut. Belum lagi sosok ayah David yang entah masa bodoh atau tidak tahu dengan pelecehan seksual anaknya.

Mengupas Cangkangnya Saja, Konfliknya Terasa Dangkal

Mengupas Cangkangnya Saja, Konfliknya Terasa Dangkal___

Dalam sebuah wawancara, sutradara Lucky Kuswandi mengatakan kalau Dear David adalah film coming of age yang fokus membicarakan soal self-love dan self-compassion. Ia juga menambahkan, bahwa remaja kerap membandingkan dirinya dengan orang lain dan mendapatkan tekanan sosial dari masyarakat.

Saya setuju, para remaja harus diajarkan untuk lebih mencintai dan menghormati diri sendiri. Namun, teori tadi agaknya kurang ngena saat saya menonton Dear David.

Seperti yang saya katakan, background story untuk ketiga karakternya kurang kuat. Semua teori soal membandingkan diri sendiri dan tuntutan masyarakat, bagi saya terasa agak semu. Terasa seperti ada yang kurang, tekanan hidup yang ditampilkan rasanya kurang memiliki urgensi dan bikin frustasi.

Kampanye “self-love dan self-compassion” akan lebih ngena bila Lucky Kuswandi berani mengorek latar apa yang membuat Dilla jadi lesbian.

Saya juga geregetan kenapa pesan soal “imajinasi liar itu benar atau salah” justru dilupakan di bagian kedua. Padahal ide cerita satu ini yang paling saya nantikan, karena di kenyataan banyak anak-anak di bawah umur yang membuat fanfiction bergenre seksual.

Kenakalan Remaja Itu Normal?

Kenakalan Remaja Itu Normal___

Hanya mengupas konfliknya dari luar? Benar, itulah yang paling saya rasakan saat menonton Dear David. Sebenarnya film ini terlihat sangat menjanjikan, jika melihat trailer-nya saja. Tapi setelah menontonnya, ada banyak kritikan yang harus saya sampaikan.

Sutradara Lucky Kuswandi terlalu bernafsu untuk merangkul semua kompleksitas hidup para remaja, hingga lupa dengan konflik utama yang dipromosikan, yaitu soal imajinasi nakal seorang siswi SMA yang masih berusia 17 tahun.

Merujuk pada scene penutupnya, ada beberapa hal yang saya dukung dan tidak dukung. Sebuah dialog yang disampaikan oleh Shenina Cinnamon, bagi saya dialog tersebut memberikan arti semu jika didengar oleh para remaja.

“Saya adalah manusia muda yang punya gairah dan perempuan yang sedang jatuh cinta, emangnya itu salah? Saya rasa enggak!” itulah yang dikatakan Laras.

Saya setuju, meluapkan gairah dan cinta tidak ada salahnya. Tapi gairah seksual tanpa adanya seks edukasi dan usia legal, malah membuat bad influence. Hal ini jelas tidak boleh dianggap lumrah dan normal, apalagi sebagai kebebasan berekspresi.

Baik pembuat maupun penyebar sama-sama salah, apalagi objeknya malah beneran bisa mendapatkan pelecehan seksual secara fisik setelahnya.

Akan lebih seru jika panic attack yang menimpa David ternyata datang dari pelecehan seksual secara tidak langsung, saat orang-orang memandangnya. Hal lain yang saya sukai yaitu kritik soal institusi pendidikan yang selalu memihak orang-orang dengan kekuasaan.

Monoton, Hanya Opening yang Terlihat Luar Biasa

Monoton, Hanya Opening yang Terlihat Luar Biasa__

Beralih ke kualitas filmnya, Dear David sebenarnya terlihat cukup menjanjikan, apalagi di bagian pembukanya. Visualisasi dari kisah “Manusia Harimau” buatan Laras, benar-benar selaras dengan fairytale dan impian anak muda saat membaca fanfiction atau wattpad.

Set yang dipakai, efek suara, hingga makeup dan wardrobe yang digunakan benar-benar luar biasa. Adegan fantasi itu selalu lekat dengan warna fuchsia, yaitu warna turunan merah dan ungu.

Menelisik dari sisi psikologi, Kompas menyebutkan kalau warna ini memiliki arti kepercayaan diri, keyakinan dan kedewasaan. Warnanya yang cenderung cerah, dianggap penuh semangat dan cocok untuk menggambarkan momen-momen bahagia.

Sayangnya, sinematografi dan visual indah ini tidak bertahan lama karena memasuki paruh kedua hingga akhir semuanya berubah.

Bagi saya, tidak banyak shot-shot yang terasa hebat dan spesial. Semuanya terasa monoton, skoringnya juga hanya menarik di bagian pembukanya saja. Selebihnya saya tidak menemukan hal yang menarik selain dialog yang memang kekinian tanpa terkesan murahan dan dangkal.

Emir Mahira Berhasil Mencuri Perhatian

dear david_Emir Mahira Berhasil Mencuri Perhatian_

Dibintangi oleh aktor muda Indonesia, bisa saya katakan mereka tampil sangat meyakinkan. Shenina Cinnamon memang jadi daya tarik utamanya. Aktris kelahiran 1999 ini memang tidak pernah mengecewakan.

Akting dan penjiwaan karakternya sebagai Laras, sebenarnya memuaskan. Tapi tidak ada yang spesial dari karakternya, karena semakin lama energi Laras terasa makin melempem.  

Jika membandingkan dengan karakternya Suryani di Penyalin Cahaya, jelas penampilannya di Dear David tidak ada apa-apanya. Justru yang membuat kaget adalah penampilan memukau dari Emir Mahira yang perlahan-lahan meningkatkan emosi dan aktingnya.

Di paruh pertama, secara jujur saya katakan, karakternya bisa dikatakan lemah dan kurang menarik. Tapi memasuki paruh ketiga, secara perlahan Emir Mahira mulai bisa berteman dengan karakter David. Akting, emosi dan development karakternya lebih menarik dibandingkan karakter utamanya.

Sementara Caitlin North Lewis, mau bagaimanapun ada banyak yang harus diperbaiki. Di antara yang lainnya, akting Caitlin adalah yang paling mentah dan tidak terkendali.

Inilah ulasan saya mengenai Dear David, film original Netflix Indonesia yang menunjukkan kompleksitas kehidupan remaja. Apakah kamu tertarik untuk menonton filmnya? Kalau iya, jangan lupa bagikan kesan-kesan kamu setelah menonton filmnya di bawah ini!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram