showpoiler-logo

Sinopsis & Review Dark Waters; Hukum, Lingkungan, & Keadilan

Ditulis oleh Aditya Putra
Dark Waters
4.3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Kisah David melawan Goliath yang terjadi ribuan tahun lalu masih dikenang sampai saat ini. Fisik besar Goliath yang di atas kertas akan mengungguli David ternyata bisa diputarbalikan dengan kemenangan David di akhir.

Nggak mengherankan kalau cerita itu dijadikan penggambaran sekaligus motivasi untuk berani melawan hal-hal yang dianggap mustahil.

Ada banyak parameter yang bisa dijadikan alat ukur sesuatu lebih superior dibanding yang lain. Bisa lewat jabatan, kekayaan atau status sosial.

Sisi inferior menganggap dirinya underdog yang tanpa beban tapi tetap mau berjuang. Hal itu digambarkan dalam film Dark Waters yang mengangkat upaya yang nyaris mustahil melawan korporasi besar.

Sinopsis

Robert Billott adalah seorang pengacara di firma hukum Taft Stettinius & Hollister di Cincinnati, Ohio. Dia biasa mewakili korporasi dalam menangani kasus-kasus hukum.

Wilbur Tennant, seorang petani yang mengenal nenek dari Robert, meminta bantuan untuk menyelidiki kasus kematian hewan yang nggak terpecahkan di Parkersburg, West Virginia.

Tennant menganggap perusahaan kimia bernama DuPont sebagai pihak yang bertanggung jawab. Dia pun mengirim beberapa bukti pada Robert. Robert datang ke ladang milik Tennant dan ternyata ada 130 sapi mati dalam kondisi yang nggak wajar.

Robert menanyakan hal tersebut pada pengacara DuPont, Phil Donnelly. Phil mengatakan nggak mengetahui mengenai masalah itu tapi berjanji akan membantu Robert sebisanya.

Robert mengajukan gugatan agar bisa mendapat informasi lebih tentang pembuangan limbah dari DuPont. Upayanya nggak memberi hasil memuaskan setelah limbah itu belum dikategorikan berbahaya oleh pihak yang berwenang.

Robert yang bertemu Phil dalam sebuah acara lingkungan menanyakan tentang limbah. Phil nggak menyambut baik upaya Robert dan mereka bertengkar.

Robert menemukan limbah buangan DePont mengandung zat yang biasa digunakan untuk membuat teflon dan digunakan untuk membuat alat dapur yang nggak lengket dengan bahan makanan.

Ternyata DuPont sedang menguji efek dari zat itu selama beberapa dekade dan zat itu bisa menimbulkan kanker dan kecacatan. Tapi hasil tes itu nggak diungkap ke publik.

DuPont membuang limbah berbahaya ke wilayah penduduk dekat dengan tanah milik Tennant. Limbah itu merupakan jenis limbah yang nggak akan hilang serta semakin lama akan berakumulasi dan akibatnya semakin parah.

Tennant yang mengajukan gugatan mendapat tentangan dari penduduk lain karena merasa gugatannya itu nggak akan berakhir baik. Apalagi yang dilawan adalah korporasi besar.

DuPont mengajukan upaya damai dengan memberikan sejumlah uang untuk Tennant. Robert membujuk Tennant untuk menerima tawaran dari DuPont. Tennant menolak karena yang dia inginkan adalah keadilan.

Dia kemudian mengatakan bahwa dirinya dan sang istri menderita kanker. Robert pun mengajukan gugatan ke Enviromental Protection Agency. DuPont dihukum dengan harus memberi ganti rugi sebesar 16,5 juta USD.

Robert belum merasa puas dengan hukuman yang dijatuhkan pada DuPont karena penduduk di Parkesburg akan mendapat imbas di masa depan.

Dia mengusulkan agar penduduk Parkesburg dicek secara medis. Hasil medis itu kemudian dikumpulkannya untuk dijadikan bukti agar para penduduk bisa mengajukan gugatan class-action.

DuPont mengirim surat yang menyatakan bahwa limbah mereka akan tetap ada hanya mereka akan mengurangi jumlahnya. Mereka berjanji akan mengambil tindakan lebih lanjut dalam waktu sebulan.

Robert yang nggak puas terus mencari cara agar DuPont mencari cara lain dalam membuang limbah. Bahkan dia mendorong penduduk untuk menguji darah mereka supaya diteliti lebih lanjut.

Tujuh tahun kasus DuPont belum menemui titik terang. Tennant meninggal dan penghasilan Robert berkurang. Pemotongan gaji Robert dilakukan karena dia fokus pada kasus DuPont.

Kondisi rumah tangga Robert pun mulai terusik. Bisakah Robert pada akhirnya mengalahkan DuPont? Ataukah kekuasaan DuPont akan terus mencelakakan penduduk?

Visual Dark Waters

Dark Waters menampilkan dua era sepanjang cerita. Dimulai dari era 90-an ketika limbah buangan DuPont mulai menarik perhatian Robert. Serta era 2000-an ketika Robert sudah memperjuangkan hak-hak penduduk lewat jalur hukum.

Secara visualisasi, kedua era tersebut berhasil ditampilkan berbeda dengan transisi yang apik. Selain visual dua dekade berbeda, ada juga adegan-adegan yang memperlihatkan nuansa kelam.

Ada adegan yang menampilkan kuburan sapi-sapi yang mati dibakar karena keracunan, sapi menggila sampai dampak limbah buangan DuPont pada manusia yang menyebabkan gangguan pada mata.

Adegan-adegan itu menunjukkan betapa parahnya akibat tindakan DuPont sekaligus menjadi penggerak yang kuat bagi Robert untuk terus berjuang melawan DuPont.

Mengangkat Unsur Lingkungan dan Hukum

Ada dua unsur yang diangkat ke dalam cerita di film Dark Waters yaitu lingkungan dan hukum. Alhasil film ini banyak menyajikan istilah-istilah yang nggak umum.

Kandungan dalam limbah buangan DuPont yaitu PFOA atau perfluorooctanoic acid sering diangkat dari mulai untuk apa biasanya digunakan sampai ke dampaknya.

Dampak pembuangan limbah DuPont membuat adanya penyakit medis bagi penduduk sekitar. Hal itu mengakibatkan adanya istilah-istilah medis yang disebutkan dalam dialog tapi nggak terlalu banyak.

Terlebih dengan adanya adegan yang menunjukan dampak medis membuat istilah-istilah itu relatif mudah dimengerti. Istilah-istilah hukum seperti medical monitoring class-action dimasukan dalam film ini.

Bagi penonton awam, banyaknya istilah yang nggak dimengerti berpotensi menjadi gangguan. Tapi, keputusan menggunakan istilah-istilah itu di sisi lain berhasil membuat cerita tampak akurat dari berbagai sudut pandang ilmu.

Penampilan Mark Ruffalo

Dark Waters mengambil cerita dari kisah nyata yang dimuat dalam artikel di koran New York Times. Oleh karena itu, film ini terasa seperti biopik perjalanan Robert Billott.

Di sisi karir, dia harus berjuang melawan DuPont yang secara kelas berada di atas jangkauannya. Intrik bersama rekan serta konspirasi politik menjadi rintangan yang harus dilewati oleh Robert.

Secara personal, kehidupan Robert pun terganggu. Sang istri, Sarah mulai komplain karena Robert nggak punya waktu lagi untuk keluarga saking sibuknya mengurusi kasus melawan DuPont.

Selain itu, gaji Robert pun mengalami pemotongan yang juga berimbas pada hubungannya dengan Sarah. Karakter Robert yang menjadi underdog melawan korporasi besar ini bisa diperankan dengan baik oleh Mark Ruffalo.

Ekspresinya ketika mulai merasa lelah karena upayanya seperti sia-sia layak diacungi jempol. Terlebih ketika dia terlihat khawatir karena ada kemungkinan DuPont menempuh cara keras seperti menanam bom di mobil, Ruffalo bisa membuatnya tampak meyakinkan.

Di satu sisi Ruffalo bisa menunjukkan bagaimana semangat bajanya, di sisi lain bisa membuat kita merasa simpati. Secara keseluruhan, Dark Waters merupakan film berdurasi 126 menit yang cukup berat karena mengangkat tema hukum dan lingkungan.

Tapi kesan berat itu bisa sirna ketika melihat perjuangan Robert. Bagi penggemar thriller dengan cerita berat, film arahan sutradara Todd Haynes ini terlalu bagus untuk dilewatkan. Cukup menarik buat kamu? Ayo bagikan pendapatmu di kolom komentar, teman-teman!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram