showpoiler-logo

Sinopsis & Review Choose or Die, Misteri Video Game yang Terkutuk

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Choose or Die
2
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Hidup Kayla, seorang mahasiswi pekerja keras, yang datar dan suram berubah drastis menjadi lebih mencekam setelah dirinya terjebak di dalam video game retro. Dengan bantuan Isaac dia berusaha melacak permainan yang mengorbankan jiwa orang-orang terdekatnya.

Choose or Die adalah film horror thriller produksi Inggris karya debut sutradara Toby Meakins yang dirilis sebagai original film Netflix pada 15 April 2022. Mengangkat tema horror dalam sebuah video game, film ini awalnya mengusung judul CURS>R.

Didukung oleh akting Asa Butterfield, apakah film ini bisa menghadirkan nuansa mencekam sesuai harapan penggemar film horror? Simak review berikut terlebih dahulu sebelum menontonnya.

Baca juga: Sinopsis & Review Film Horror Things Heard and Seen (2021)

Sinopsis

Sinopsis

Kayla, seorang mahasiswi pekerja keras, pulang dari bekerja sebagai petugas kebersihan di gedung sebuah perkantoran. Dia juga merawat ibunya yang mengalami trauma setelah kematian adiknya. Kayla sering memberikan perangkat teknologi lama kepada Isaac, temannya yang penggila komputer.

Kayla menemukan sebuah video game lama berjudul CURS>R yang menjanjikan hadiah berupa uang dalam jumlah banyak jika berhasil memenangkannya. Sambil menunggu kedatangan Isaac di sebuah cafe, Kayla memulai permainan yang berdasarkan tanya jawab itu.

Kayla tidak menduga sama sekali jika permainan ini menuntut jiwa seseorang. Akibat dari jawabannya, seorang pelayan café tewas karena memakan pecahan gelas. Sebelumnya dia mencoba menutup laptop, tapi justru dihantui oleh bayangan mendiang adiknya.

Dan setelah kejadian itu, dia terbangun di kamarnya. Pagi itu dia menghancurkan kasetnya dan menceritakan kejadian ini kepada Isaac.

Malamnya, ketika Kayla sedang bekerja, mendadak permainan itu hadir di sebuah TV di kantor itu. Ibunya menghubunginya karena ketakutan akan serangan tikus di rumah.

Ternyata kejadian itu terhubung dengan permainan maut ini. Kayla berusaha mencarikan jalan keluar untuk ibunya, tapi justru membuat ibunya terjatuh dari jendela apartemen. Beruntung ibunya masih hidup dan dirawat di rumah sakit.

Kayla mendatangi Isaac lagi untuk membongkar misteri di balik video game ini. Isaac mencoba masuk ke dalam program dan hanya menemukan berbagai simbol yang tidak mereka mengerti.

Malam mendekat dan Isaac harus terlibat dalam permainan maut ini. Setelah memilih salah satu pintu, mereka berada di kolam renang dimana adik Kayla, Ricky, dahulu mati tenggelam.

Isaac diserang oleh hantu Ricky dan mereka berdua terkapar di dasar kolam. Kayla harus memilih Isaac atau Ricky. Karena memilih Isaac, hantu Ricky menyerang Kayla.

Dengan sangat terpaksa, Kayla mencekik hantu Ricky hingga tak berdaya. Permainan berakhir dan mereka berdua kembali berada di apartemen Isaac.

Mereka kemudian melacak nomor telepon yang dihubungi Kayla untuk memulai permainan ini. Setelah menemukan alamatnya, mereka langsung menuju ke lokasi tersebut.

Ternyata mereka hanya menemukan rekaman suara dari perekam otomatis. Masuk semakin dalam, mereka menemukan sebuah ruangan lain. Mereka memutar sebuah video yang merupakan rekaman awal dari video game terkutuk ini.

Permainan dimulai lebih cepat dari biasanya. Isaac terjebak di dalamnya setelah mencoba memutus arus listrik komputer. Atas pilihan Kayla, Isaac tewas setelah mengeluarkan lembaran roll film yang sangat panjang dari mulutnya. Kayla lolos lagi dari level ini dan berhak untuk berhadapan dengan bos besar.

Siapakah bos besar yang dimaksud? Bagaimanakah cara Kayla mengalahkannya? Teruskan menonton film ini hingga usai untuk mengungkap misteri di balik video game mencekam tersebut.

Horror Modern Bernuansa Nostalgia

Horror Modern Bernuansa Nostalgia

Choose or Die sebenarnya adalah film horror dengan seting waktu di masa kini, tapi kesan nostalgia nya, terkhusus era 1980an, sangat terasa sekali. Teknologi komputer yang digunakan Isaac terlihat usang.

Padahal di adegan pembuka, Hal memiliki komputer yang lebih canggih meskipun dia sudah berusia tua dan menyukai hal-hal dari era 1980an.

Bisa dimengerti, karena mungkin saja Isaac memang penggila komputer tapi dia bukanlah orang kaya seperti Hal, sehingga kecanggihan komputer yang dimilikinya terbatas.

Dan Isaac juga adalah pencinta era 1980an, yang bisa dilihat dari jaket yang dikenakan dan mobil yang dikendarainya.

Suasana modern pinggiran kota London yang ditampilkan cukup apik sebagai bagian dari sinematografinya, seolah tertutup oleh atmosfer retro yang diciptakan.

Kesan ini kemudian menimbulkan ambigu terhadap seting waktu, apakah kisah ini berada di era 1980an atau masa kini.

Nuansa horror yang dibangun dalam film berdurasi 1 jam 24 menit ini sangat terinspirasi oleh film A Nightmare on Elm Street (1984).

Terutama dalam tampilan halusinasi yang diciptakan oleh video game tersebut bagi para pemainnya. Kekuatan inspirasi ini dikuatkan lagi dengan hadirnya suara Robert Englund, pemeran Freddy Krueger, pada mesin penjawab telepon otomatis.

Video game ini mengerti dengan baik psikologis para pemainnya, salah satunya adalah Kayla, meski penjabaran akan misteri ini tidak dijelaskan dengan baik.

Memang ada video lawas tentang percobaan pertama permainan CURS>R ini yang Kayla dan Isaac tonton, tapi itu pun tidak begitu menjelaskan bagaimana simbol-simbol itu bisa mengerti kejiwaan para pemainnya.

Banyak Menukil dari Film-Film Horror Lawas Bertema Teknologi

Banyak Menukil dari Film-Film Horror Lawas Bertema Teknologi

Ada alasan bagi sutradara Toby Meakins mengapa mengambil nuansa 1980an untuk menciptakan atmosfer horror bertema teknologi ini.

Tema seperti ini memang populer di era 1980an hingga awal 1990an. Selain A Nightmare on Elm Street, ada beberapa film lain yang elemennya diambil sebagai referensi film ini.

Dreamscape (1984), Shocker (1989), Ghost in the Machine (1993) dan Brainscan (1994) adalah beberapa film yang memiliki elemen yang sama.

Teknologi yang bisa memanipulasi pikiran manusia, menciptakan halusinasi dan teror yang tampil di berbagai perangkat elektronik adalah beberapa elemen tersebut.

Dan video game CURS>R sendiri memang adalah jenis permainan teks yang menunggu jawaban dari pemainnya untuk melanjutkannya.

Diceritakan bahwa dengan mengikuti permainan ini, pemain utama bisa mendapatkan kesembuhan dari orang yang menjadi korban permainannya.

Meski berdasarkan kutukan, film ini masih tidak memberikan penjelasan secara gamblang tentang hal tersebut. Pemain yang sudah terjun dalam permainan tidak bisa menghentikannya begitu saja dan harus mengakhiri permainan dengan menjawab pertanyaan.

Pada akhirnya, tetap saja ada korban yang mati. Kayla melanjutkan tahap demi tahap permainan hingga berhadapan dengan Hal, pemain yang diceritakan di pembukaan film.

Di pertarungan final ini, ditampilkan hal yang menarik, yaitu lawannya akan terluka jika sang pemain melukai dirinya sendiri. Cukup seru dan inovatif, serta melibatkan kejiwaan dan masa lalu pemainnya.

Tapi apakah teror permainan ini berhenti ketika Kayla memenangi pertarungan dengan Hal? Sedikit spoiler, teror tak pernah berhenti dan Kayla menggunakannya untuk kepentingan dirinya sendiri.

Karakter yang Tidak Melekat

Karakter yang Tidak Melekat

Teror yang ditampilkan di film ini memang cukup mencekam, karena dia bisa masuk ke perangkat teknologi dimana saja pemainnya berada. Bisa di komputer, laptop, TV, bahkan ponsel. Meski perangkat itu dicabut dari aliran listrik dan internet, permainan ini bisa tetap berjalan.

Namun karena naskah yang kurang mendalam membuat cerita menjadi dangkal dan para karakternya hanya tampil di permukaan. Hanya karakter Kayla saja yang mendapat cukup latar belakang, sedangkan karakter lain hanya sebagai aksesoris yang mudah dilupakan.

Contohnya karakter Isaac. Dibawakan dengan cukup baik oleh Asa Butterfield, nyatanya karakter ini nyaris tidak berfungsi dalam upaya Kayla menuntaskan misteri.

Isaac harus tewas ketika Kayla bermain di level 4. Padahal pastinya kita berharap Isaac, dengan pengetahuan komputernya yang baik, bisa menemani Kayla membongkar dan menghentikan teror permainan ini.

Semua hal inilah yang membuat premis film Choose or Die yang menarik tidak bisa tampil lebih baik. Nuansa retro yang kental memang bisa menciptakan atmosfer mencekam.

Tapi karena naskah yang dangkal dan karakter yang kurang mendalam, membuat kita tidak bisa terikat kepada ceritanya. Pada akhirnya, film ini tidak bisa tampil lebih baik dari film-film yang menjadi referensinya.

Film ini sangat cocok bagi para penikmat kisah horror yang menebar teror lewat teknologi, terutama para fans horror era 1980an. Film ini sudah bisa ditonton di Netflix sekarang juga, ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram