showpoiler-logo

Sinopsis & Review Bohemian Rhapsody yang Fenomenal

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Bohemian Rhapsody
3.1
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Seorang pemuda imigran asal Zanzibar memiliki mimpi dan talenta untuk menjadi seorang rockstar dimana kemudian dia bertemu dengan rekan-rekan musisi yang bisa berlayar bersama mengarungi karir musiknya. Konflik muncul saat keegoisan mengemuka hingga dia berada pada titik terendah hidupnya dan membuatnya kembali kepada “keluarga”-nya. Dia adalah Freddie Mercury dan band-nya, Queen.

Bohemian Rhapsody adalah film drama biografi tentang Freddie Mercury yang menceritakan awal karirnya membentuk Queen hingga penampilan mereka di acara Live Aid di tahun 1985. Film karya Bryan Singer, yang dipecat dan diselesaikan oleh Dexter Fletcher ini, dirilis oleh 20th Century Fox pada 2 November 2018 dan menghasilkan pendapatan sebesar $216 juta.

Film ini berjaya di berbagai ajang penghargaan film internasional, terutama karena performa akting Rami Malek. Sayangnya, mayoritas kritikus justru tidak begitu suka dengan hasil akhirnya. Kira-kira kenapa ya? Simak review kami berikut ini untuk mengetahui jawabannya.

Sinopsis

film-bohemian-rhapsody-1_

Film dibuka dengan persiapan penampilan Queen di konser amal Live Aid di tahun 1985. Cerita kemudian berpindah ke awal mula terbentuknya Queen di tahun 1970, dimana Farrokh Bulsara menonton penampilan band Smile di sebuah pub. Seusai acara, Farrokh bertemu dengan Mary Austin di backstage untuk bertemu dengan personil band Smile, yaitu Brian May dan Roger Taylor.

Ternyata, mereka baru saja ditinggal pergi oleh vokalis mereka. Freddie, nama alias Farroukh, mengambil kesempatan ini dan menawarkan dirinya untuk menjadi vokalis mereka dengan menyanyikan sebaris lirik lagu yang langsung diberikan harmonisasi oleh Brian. Dan mereka pun setuju untuk mencari bassist demi melengkapi formasi dan bertemu dengan John Deacon.

Freddie menemui Mary di tempat kerjanya, yaitu sebuah butik wanita. Mary mendandani Freddie yang nantinya akan menjadi gaya fashion-nya setiap berada di panggung. Mereka mulai tampil di panggung-panggung kecil di Inggris, tapi Freddie tidak puas dengan pencapaian ini dan berniat untuk maju lebih jauh lagi, yaitu membuat rekaman. Mereka pun menjual mobil van untuk membiayai rekaman.

Rupanya, salah seorang produser dari EMI mendengar rekaman itu dan meminta mereka untuk menjadi artis bagi major label tersebut. Di bawah manajemen John Reid, yang juga manajer Elton John, Queen melakukan tur di Amerika dan tampil di acara Top of the Pops dengan hits single “Killer Queen”. Freddie secara resmi mengubah namanya menjadi Freddie Mercury.

Di tahun 1975, eksekutif EMI menginginkan Queen membuat lagu seperti “Killer Queen” lagi, tapi justru Freddie menawarkan konsep album rock yang berbeda, yaitu dengan sentuhan opera. Mereka kemudian menghabiskan waktu di studio untuk merekam lagu-lagu di album ini, salah satunya adalah mahakarya “Bohemian Rhapsody”. Tetapi setelah selesai, eksekutif EMI justru menolak lagu ini.

Queen tidak terima dengan keputusan yang diambil eksekutif EMI dan memilih keluar dari major label tersebut. Freddie kemudian meminta salah satu radio untuk memutar lagu itu yang kemudian menjadi hits single yang fenomenal dan menjadikan Queen sebagai salah satu band rock terkenal di dunia. Dengan rangkaian tur yang melelahkan, Freddie terlibat asmara sesama jenis dengan Paul.

Setelah Mary yang sudah bertunangan dengan Freddie tahu, dia membatalkan pertunangan mereka, tetapi tetap menjadi teman dekatnya, bahkan saat Freddie membeli rumah, Mary pun dibelikan rumah di sebelahnya.

Memasuki era 1980an, arah musik mereka mulai terinspirasi oleh disco. Tensi di dalam band juga semakin tinggi karena pengaruh Paul terhadap Freddie yang membuatnya renggang dengan personil lain. Paul meminta John Reid untuk menawarkan kontrak album solo bagi Freddie yang didapatnya, tetapi Freddie justru marah dan memecat John Reid.

Hubungan Freddie dengan band semakin renggang ketika video klip “I Want to Break Free” menuai kritikan pedas, dan semua mengarah kepadanya. Freddie memutuskan untuk membuat album solo di Munich, dimana dia semakin tenggelam dalam dunia yang diciptakan Paul dan lepas dari keluarga, band dan teman-teman yang mencintainya.

Hingga suatu hari Mary datang dan memberitahu Freddie bahwa Bob Geldof mengundang Queen untuk tampil di konser amal Live Aid, dan dia sudah menginfokan sebelumnya kepada Paul. Freddie marah kepada Paul dan memecatnya lalu kembali ke Inggris. Paul kemudian tampil di sebuah acara TV yang membongkar sisi kehidupan pribadi Freddie ke publik.

Freddie meminta maaf kepada rekan-rekannya di Queen sekaligus memberitahukan kepada mereka bahwa dia mengidap AIDS. Queen kemudian fokus untuk tampil di konser amal dan Freddie berusaha untuk mengembalikan performa vokalnya yang menurun. Di backstage Live Aid, Mary dan suaminya datang memberi dukungan. Lalu bagaimana penampilan Queen di konser itu? Tonton filmnya sampai habis, ya!

Penuh Lagu-Lagu Hits Queen

film-bohemian-rhapsody-2_

Dari judulnya saja, kita sudah tahu bahwa lagu andalan dari deretan single hits Queen yang ditampilkan di film ini adalah Bohemian Rhapsody, dimana lagu ini dinyanyikan dua kali, salah satunya adalah di konser amal Live Aid, bahkan juga ditampilkan bagaimana proses rekaman yang mereka lalui, meski disajikan secara singkat dan cepat.

Dengan rapi, Bryan Singer menempatkan lagu demi lagu hits Queen secara proporsional. Beberapa diantaranya diselipkan cerita yang ada di balik lagu tersebut, meskipun itu fiktif dan hanya dipergunakan untuk mendramatisir adegan. Salah satunya adalah lagu “Love of My Life” yang menjadi latar pengakuan Freddie kepada Mary tentang penyimpangan seksualnya.

Sebagai fans Queen, tentunya kita akan ikut sing-a-long dengan lagu-lagu yang disuguhkan di dalam film berdurasi 2 jam 14 menit ini. Mulai dari “Killer Queen” hingga “We Are the Champions”, semua dibawakan di dalam film. Sedangkan, “Don’t Stop Me Now” mengisi credit title. Hanya “Somebody to Love” yang tidak dihadirkan secara khusus dan hanya menjadi lagu latar saja.

Beberapa lagu diantaranya ditampilkan juga proses menciptanya, seperti “We Will Rock You” dan “Another One Bites the Dust”. Bagi yang tidak begitu hafal, tidak usah bingung, Netflix menyediakan subtitle lengkap dengan lirik setiap lagunya.

Naskah yang Terlalu Formulaic

film-bohemian-rhapsody-3_

Sebuah film biografi biasanya memang merangkum kisah tokoh yang diceritakan, tapi ada juga yang mengambil konsep dan penyuguhan yang berbeda dari biasanya. Sebagai contoh, film Get on Up (2014) menceritakan biografi James Brown secara lengkap dengan alur non-linear, sedangkan film Love & Mercy (2014) menekankan sisi psikologis Brian Wilson dari The Beach Boys dibandingkan musiknya.

Bohemian Rhapsody sendiri berada pada jalur yang sesuai formula film biografi pada umumnya. Pembukaan film yang membuat kita dibawa ke dalam flashback hanyalah menjadi pemancing supaya kita tetap fokus menyimak hingga cerita membawa kita kembali ke adegan pembuka. Sedangkan diantara itu, kita akan melihat kisah perjalanan karir Freddie dan Queen secara cepat dan ringkas.

Sebagai penulis naskah, Anthony McCarten hanya membawa kita mengetahui psikologis Freddie, terutama tentang kehidupan seksualnya. Tapi sayangnya, semua itu hanya berada di permukaannya saja, tidak sedalam yang kita kira. Berhubung rating film ini PG-13, konteks seksual ditampilkan secara halus, bahkan banyak dialog seputar itu yang terhenti tanpa adanya tindak lanjut.

Padahal tagline film ini ialah “The only thing more extraordinary than their music is his story” yang sudah jelas akan membuat kita berharap sebuah cerita yang mendalam tentang sosok frontman band rock terbaik ini, salah satunya adalah tentang penyakit AIDS yang diidapnya. Sayangnya, ritme film yang terlalu cepat membuat adegan dimana dia menyatakan terkena AIDS tidak terasa mengharukan.

Banyak Adegan yang Tidak Sesuai Fakta

film-bohemian-rhapsody-4_

Selain sisi drama yang kurang menyentuh, film yang sinematografinya baru terlihat mencengangkan ketika adegan konser amal di Stadion Wembley ini juga menampilkan banyak adegan yang tidak sesuai fakta sebenarnya. Pasti alasannya lagi-lagi demi dramatisasi cerita. Alasan klise tapi berulang-kali diterapkan.

Beberapa fakta yang kurang akurat justru ada di puncak cerita film, yaitu konser amal Live Aid. Di konser sebenarnya yang berlangsung selama 22 menit, Queen menampilkan 6 lagu, tidak 4 lagu seperti di dalam film. “Crazy Little Thing Called Love” dan “We Will Rock You” tidak diikutsertakan. Selain itu, Queen tidak menjadi band terakhir yang mendaftar. Sebaliknya, mereka adalah band pertama yang setuju.

Lalu, konser amal ini bukanlah penampilan comeback Queen setelah lama vakum, justru tur untuk album ke-11 mereka, The Works (1984), baru saja usai 8 minggu sebelum konser Live Aid, dan latihan untuk persiapan konser amal ini dinyatakan sebagai “extremely well-rehearsed” yang artinya mereka sangat siap untuk tampil di konser tersebut.

Dengan penyelewengan banyak fakta dari sejarah Queen, membuat kita merasa dikhianati dan mengurangi kenikmatan kita dalam menonton film ini, terutama bagi fans sejati Queen yang pasti sudah hafal dengan berbagai cerita tentang band idola mereka ini.

Bohemian Rhapsody beruntung memiliki Rami Malek dalam performa terbaiknya sebagai Freddie Mercury. Padahal, sebelumnya peran ini akan dibawakan oleh Sacha Baron Cohen yang mundur dari proyek di tahun 2013. Jika bukan karena Malek, rasanya film ini hanya akan menjadi film biografi tanpa tenaga dengan alur Wikipedia, seperti The Dirt (2019).

Jadi, wajar saja jika Malek kemudian membawa pulang Oscar sebagai Best Actor. Selain itu, film ini juga berhasil menang di kategori Best Film Editing, Best Sound Editing, dan Best Sound Mixing, serta nominasi di kategori Best Picture. Setidaknya, dengan berjayanya film ini di Academy Awards dan beberapa ajang penghargaan film lainnya bisa menutupi berbagai kelemahan dalam naskahnya.

Film ini memang sudah dinanti sejak lama dan sebenarnya sudah dicanangkan sejak tahun 2010 silam, tapi berbagai kendala menerpa proses pra-produksinya dan baru bisa berjalan kembali di tahun 2017. Itu pun masih bermasalah dengan dipecatnya sutradara Bryan Singer setelah dua bulan syuting. Dexter Fletcher, yang awalnya akan mengarahkan film ini, direkrut untuk menyelesaikannya.

Meski Fletcher menyempurnakan sepertiga film tersisa, kredit sutradara tetap diberikan kepada Bryan Singer dan Fletcher diposisikan sebagai produser eksekutif. Begitu dirilis, film ini langsung meledak dan menjadi box-office kemudian meraih banyak penghargaan. Jadi bagi yang belum menontonnya dan tidak mau ketinggalan, film ini sudah tersedia di Netflix. Bagi fans sejati Queen, wajib nonton ulang, ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram