Sinopsis & Review 12 Mighty Orphans, Kerja Sama Tim Panti Asuhan


Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.
Datang ke sebuah panti asuhan, seorang veteran perang mendedikasikan hidupnya untuk memajukan tempat itu melalui olahraga football.
Kesulitan menyatukan tim hanyalah salah satu diantara rintangan yang harus dihadapi, tapi dengan beberapa inovasi dalam skema permainan, mereka menjelma menjadi tim kuda hitam dalam kompetisi football antar SMA.
12 Mighty Orphans adalah film drama olahraga karya Ty Roberts yang dirilis oleh Sony Pictures Classics pada 18 Juni 2021.
Berdasarkan kisah nyata, film ini mengambil sumber ceritanya dari buku non-fiksi karya Jim Dent berjudul Twelve Mighty Orphans: The Inspiring True Story of the Mighty Mites Who Ruled Texas Football.
Memang sudah banyak sekali film dengan tema olahraga football, tapi apa yang membedakan film ini dengan yang lainnya? Simak review berikut untuk mengetahuinya lebih lanjut.
Baca juga: 10 Film Tentang Kerasnya Olahraga American Football
Sinopsis

Tahun Rilis | 2020 |
Genre | History, Sport |
Sutradara | Ty Roberts |
Pemeran | ∙ Luke Wilson ∙ Vinessa Shaw ∙ Wayne Knight ∙ Martin Sheen ∙ Jake Austin Walker ∙ Scott Haze |
Review | Baca di sini |
Texas, 1938. Rusty Russell, seorang veteran perang, datang ke sebuah panti asuhan di Fort Worth. Dia bersama istrinya adalah guru baru di tempat itu dan merangkap sebagai pelatih football.
Menyatukan hati para pemuda yang berjiwa pemberontak adalah kendala pertama yang dihadapi oleh Rusty. Namun, dia dibantu dengan kehadiran Doc Hall, dokter sekaligus asisten pelatih dan tim medis.
Mereka berdua melakukan seleksi dari seluruh pemuda di panti asuhan Masonic Home itu dan berhasil mendapatkan beberapa orang yang dianggap pantas masuk dalam tim.
Saat sedang membangun kekompakan dan melatih skill bermain timnya, Rusty dihadapkan pada peraturan baru yang mewajibkan para pemainnya memiliki nilai yang baik dalam pelajaran.
Rusty dan istrinya, Juanita, memotivasi mereka untuk lebih giat belajar. Dan hasilnya hanya menyisakan 12 orang yang lulus dengan nilai yang sesuai standar pemerintah.
Mereka juga belum memiliki perlengkapan yang cukup, hingga datang donasi berupa perlengkapan bekas. Bahkan bola yang dipakai untuk latihan dibuat sendiri oleh Juanita dari karung tepung.
Mereka sempat hampir tidak bisa mendaftar untuk ikut berkompetisi di tingkat SMA. Tapi berkat voting dari para pelatih dan tidak adanya peraturan khusus yang menghalangi, tim panti asuhan ini berhasil turun di kompetisi tersebut.
Pertandingan pertama mereka bukanlah sesuatu yang ingin diingat. Mereka hancur lebur di tangan tim rival tanpa bisa mencetak gol satupun.
Saat Rusty melihat coretan formasi tim milik putrinya, dia mendapat ide skema permainan yang baru. Dengan beberapa latihan intensif, mereka mulai memetik hasil positif dan menang di pertandingan selanjutnya.
Kemenangan demi kemenangan berhasil mereka raih dan membuat mereka terkenal, bahkan hingga sampai ke telinga Presiden Amerika Serikat.
Beberapa masalah pribadi hampir menghentikan langkah mereka. Temperamen tinggi Hardy Brown, indisipliner mereka dengan pergi dari panti asuhan tanpa izin, dan tindak kekerasan yang dilakukan oleh salah satu staf hanyalah beberapa diantaranya.
Tidak hanya dari dalam, dari pihak luar pun datang menyerang. Salah satunya dugaan pemalsuan umur hingga membawa mereka ke pengadilan.
Tapi bahkan dengan adanya kesalahan bukti, mereka tetap dianggap gugur dan tidak bisa berkompetisi lagi. Namun setelah pimpinan kompetisi mendapat telepon langsung dari Presiden Roosevelt, mereka tetap bisa melanjutkan kompetisi.
Di pertandingan final, mereka berhadapan dengan lawan yang sangat kuat. Sebagian besar dari mereka mengalami luka-luka yang cukup serius selama babak pertama berlangsung.
Bisakah mereka memenangi kompetisi ini? Atau justru kalah? Dapatkan jawabannya dengan menonton film ini sampai selesai. Setelah adegan terakhir, kita akan disuguhkan profil dari seluruh tim dan pencapaian mereka setelahnya.
Sebuah Asa di Masa Resesi

Sebagai negara maju, Amerika Serikat pernah juga mengalami masa suram dalam perekonomian. The Great Depression yang terjadi pada tahun 1929-1941 meluluhlantakkan kehidupan mayoritas warga Amerika, terutama dari kalangan menengah ke bawah.
Dengan kehidupan yang serba sulit, sebuah berita pemicu motivasi mampu membangkitkan semangat bangsa yang sedang terpuruk. Salah satu berita positif tersebut ialah munculnya tim panti asuhan di kompetisi football SMA yang awalnya dianggap tim underdog.
Perlu kita ketahui juga, banyak kisah menarik pada masa resesi ini yang telah difilmkan oleh Hollywood, dan semuanya sangat menginspirasi.
Film Bonnie and Clyde (1967) dan Public Enemies (2009) menyorot kisah kriminal yang menjadikan sosok penjahat layaknya idola masyarakat.
Sementara Seabiscuit (2003) dan Cinderella Man (2005) membangkitkan semangat warga Amerika secara positif lewat kegemilangan mereka di bidang olahraga.
Dan film berdurasi 1 jam 58 menit ini mencoba mengikuti jejak kedua film tersebut. Siapa yang tidak tergugah hatinya menyimak kisah kemenangan tim underdog dari kalangan miskin yang berjaya dengan segala keterbatasannya?