10 Film Jepang Terbaik yang Bisa Kamu Tonton di Netflix

Love Like the Falling Petals adalah sebuah film original Netflix yang diadaptasi dari novel karangan Keisuke Uyama yang diterbitkan pada tahun 2017. Ceritanya mengeksplorasi premi romantis yang mengharukan antara dua tokoh utamanya, Asakura Haruto dan Ariake Misaki.

Haruto, seorang fotografer yang hampir menyerah pada impian fotografinya, mendapatkan semangat baru setelah bertemu dengan Misaki, seorang penata rambut yang ia temui di salon. Haruto memutuskan untuk mengajak Misaki kencan, dan awalnya kisah cinta mereka berjalan dengan lancar dan penuh kebahagiaan.

Namun, suatu ketika, Misaki mendapat diagnosis penyakit langka dan fatal yang membuat sel-sel tubuhnya menua dengan cepat. Kasus Misaki bahkan sangat ekstrem, diperkirakan bahwa dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, ia mungkin tidak akan lagi berada di dunia ini.

Meski dihadapkan dengan kenyataan yang sulit diterima, Haruto dan Misaki terus berjuang untuk memahami dan merangkul arti sejati dari cinta.

Sebagai film yang mengangkat tema gangster, Yakuza and The Family atau yang juga populer sebagai A Family memiliki formulasi unik karena memadukan unsur keluarga ke dalam ceritanya. Kisahnya dimulai dari kemalangan hidup Kenji Yamamoto (Go Ayano).

Ketika ayahnya bunuh diri karena pengaruh narkoba, kehidupan Kenji mulai ambruk. Dalam keadaan putus asa, perasaan benci terhadap narkoba pun tumbuh dalam dirinya. Kebencian ini memicu Kenji untuk berkelahi dengan para drug dealers.

Berniat untuk menjalani hidupnya dengan baik, Kenji malah ditawari untuk bergabung dengan kelompok yakuza yang dipimpin oleh Hiroshi Shibasaki (Hiroshi Tachi). Shibasaki yang karismatik dan bijaksana pun berhasil menarik perhatian Kenji yang sudah lama kehilangan sosok ayah.

Bagi Kenji, Shibasaki adalah mentor sekaligus panutannya yang membawa kembali keteguhan dan tujuan hidup. Namun, tentu saja, kehidupan dalam dunia yakuza selalu dipayungi bayang-bayang bahaya dan intrik. Kenji pun harus siap menghadapi berbagai tantangan dan konflik.

Karena berkeinginan untuk menjelajahi dunia, Little Red Riding Hood (Kanna Hashimoto) memulai perjalanannya. Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang Peri yang memberikannya sebuah sepatu kaca. Setelah itu, ia juga bertemu dengan Cinderella (Yuko Araki) dan memberikan sepatunya pada sang putri.

Cinderella berencana pergi ke pesta untuk bertemu pangeran, dan ia mengajak Little Red Riding Hood untuk ikut. Namun, dalam perjalanan menuju pesta dansa, kereta labu yang mereka tumpangi tidak sengaja menabrak seorang pria yang tampaknya sudah tewas.

Meskipun panik, keduanya menyembunyikan mayat tersebut dan melanjutkan perjalanan. Sesampainya di pesta, mereka sementara melupakan kejadian tadi. Cinderella bahkan berhasil bertemu dengan Pangeran. Sayangnya, pesta terganggu ketika mayat itu ditemukan oleh pihak Kerajaan. Kini, Cinderella dan Little Red Riding Hood berada dalam masalah.

Once Upon A Crime akan membawa kita pada kisah negeri dongeng yang dikemas ala film detektif. Film berdurasi 1 jam 45 menit ini menampilkan sisi berbeda dari para tokoh utama kita, Little Red Riding Hood dan Cinderella.

Setelah sukses dengan manga dan anime-nya, kisah Fullmetal Alchemist akhirnya resmi dirilis dalam versi live-action pada tahun 2017. Selama dua jam, kita diajak untuk berpetualang dengan dua saudara, Edward "El" Elric dan Alphonse "Al" Elric, dalam menemukan batu bertuah yang diyakini bisa memperbaiki kemalangan yang mereka alami.

Awalnya hidup Ed dan Al bahagia bersama ibu mereka, sampai suatu waktu keduanya menemukan sang ibu tewas. Merasa tak rela, keduanya memanfaatkan pengetahuan yang mereka miliki tentang ilmu alkemi untuk menghidupkan kembali sang ibu. Namun langkah mereka terlalu ekstrim karena menggunakan Ilmu alkemi yang terlarang.

Alhasil, eksperimen tersebut gagal dan malah membuat Ed kehilangan tangan dan kakinya, sementara Al kehilangan tubuhnya. Ed lalu memasangkan baju zirah pada Al untuk menjaga jiwa adiknya tetap hidup. Ia sendiri menggunakan tangan dan kaki palsu dari logam yang dibuat oleh temannya, Winry.

Ketika mendapatkan informasi mengenai batu betuah yang diapat digunakan untuk mengembalikan jiwa Al, keduanya memutuskan untuk mencarinya. Petualangan dua saudara ini mengarungi seluruh dunia demi batu betuah itu pun dimulai.

Bukan Jepang namanya bila tidak mengemas kisah kehidupan yang sederhana menjadi penuh makna dan kaya pembelajaran, dan We Couldn’t Become Adults adalah contoh film yang dimaksud. Film ini ditulis oleh Ryou Takada dan disutradarai Yoshihiro Mori.

Highlight kisahnya sangatlah sederhana: seorang pria yang mencoba mengingat kembali kehidupan lamanya untuk memperbaiki kehidupannya di masa sekarang. Meski begitu, alur mundur yang disajikan film ini sangat menarik, berbalut sejarah distrik Shinjuku yang menjadi latar tempat sang protagonis menemukan banyak makna kehidupan.

Sato adalah seorang desainer grafis berusia 46 tahun yang merasa hidupnya membosankan. Pekerjaan adalah satu-satunya pelarian saat bosan dengan hubungan yang dijalaninya dengan seorang wanita. Sato lalu mencoba mengingat pernah diberikan undangan pertemanan oleh seorang mantan kekasihnya, Kaori, di facebook beberapa tahun lalu.

Kaori sendiri sudah menikah dan menjadi seorang ibu. Dari situ, Sato pun penasaran dengan kehidupan para mantan kekasihnya yang lain. Ia lalu melakukan perjalanan untuk menyusuri tempat-tempat yang pernah ia kunjungi dulu bersama para mantannya.

In Love and Deep water adalah film misteri romantis mengisahkan suatu kasus pembunuhan yang terjadi di sebuah kapal pesiar. Kapal pesiar mewah MSC Berllisma tengah dalam perjalanan menuju laut Aegean saat peristiwa itu terjadi.

Cerita dimulai ketika Suguru Ubukata (Ryo Yoshizawa), seorang pelayan berdedikasi di kapal, bertemu dengan seorang penumpang bernama Chizuru (Aoi Miyazaki). Chizuru mengungkap bahwa kekasihnya sedang berselingkuh dengan kekasih Suguru, dan karena itu, Chizuru mendesaknya untuk menghentikan perjalanan kapal dan kembali ke Jepang.

Tentu saja Suguru kebingungan dengan berita dari Chizuru. Namun kebingungan tersebut tidak ada apa-apanya dibanding peristiwa yang terjadi di kapal selanjutnya. Mereka berdua dan beberapa penumpang lainnya tiba-tiba melihat seorang mayat di kolam renang.

Dari situlah, Suguru dan Chizuru bekerja sama untuk mengungkap kasus kematian penumpang tersebut, yang secara perlahan membawa mereka lebih dekat dan mengembangkan perasaan satu sama lain.

Diadaptasi dari sebuah lagu dan autobiografi novel karya Kitano Takeshi, Asakusa Kid mengambil latar pada tahun 1965 dengan cerita yang berpusat pada dua protagonis utamanya yakni Kitano Takeshi dan Fukami Senzaburo.

Diceritakan bahwa Takeshi memutuskan untuk keluar dari universitas dan bergabung dengan Asakusa France Za, sebuah pertunjukan teater terkenal. Di sana, ia mendapatkan kesempatan untuk bekerja sebagai pemagang di bawah bimbingan Fukami, seorang entertainer legendaris yang dikenal sebagai Senzaburo.

Walau pada saat itu sudah banyak orang beralih ke hiburan yang ditayangkan di televisi, Takeshi memilih menghabiskan masa mudanya di dunia teater bersama Senzaburo dan rekan-rekan pemagang lainnya.

Perjalanan Takeshi dalam membangun hubungan dan pengalaman berharga bersama Senzaburo di tengah pesatnya perubahan tren hiburan pada masa itu pun dimulai.

The Forest of Love bukanlah sekadar film fiksi biasa. Film karya Sion Sono ini terinspirasi dari kisah nyata yang mengerikan dari pembunuh kejam Futoshi Matsunaga pada pertengahan tahun 1990an hingga awal tahun 2000an di Kyushu, Jepang.

Menampilkan gambaran kelam tentang manipulasi dan obsesi, film ini membawa kita ke dunia sekelompok anak muda yang terjerat dalam pengaruh Joe Murata, seorang serial killer sekaligus penipu ulung.

Murata tak cuma ahli menguras harta, tapi juga manipulator emosi orang lain. Salah satu korbannya adalah sekelompok anak muda yang berkeinginan untuk membuat sebuah film yang bagus. Terpesona oleh aura misterius Murata, mereka pun memutuskan membuat film tentang kehidupannya.

Namun, keputusan ini menjadi awal petaka. Murata yang haus kekuasaan perlahan-lahan mengambil alih kendali produksi film. Dari sutradara bayangan, ia berubah menjadi manipulator ulung, memaksa anak-anak muda ini melakukan tindakan-tindakan tercela demi "kesempurnaan" filmnya.

Hidup seorang wanita tuna susila, Chihiro (Kasumi Arimura), mengalami perubahan ketika ia singgah di sebuah kedai bento (kotak bekal). Karena sangat menyukai bento yang disajikan, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan lamanya dan bekerja di toko tersebut.

Kini, ia resmi bekerja sebagai penjaga toko bento dan mulai menyapa para pelanggannya dengan ramah. Para pelanggan ini sering berbagi masalah dengan Chihiro. Chihiro sendiri tak ragu mengungkapkan masa lalunya bila sang pelanggan membutuhkan motivasi.

Ternyata, di balik ketegaran dan kehangatan Chihiro, wanita itu menyimpan rasa kesepian sejak kecil. Bertemu dan berbagi cerita dengan pelanggan adalah cara Chirio untuk belajar mengatasi kesendiriannya.

Meski slow-paced, film ini mengajarkan banyak nilai kehidupan lewat interaksi toko utama kita, Chihiro, dengan para pelanggannya. Semua permasalahan yang menimpa para karakter dalam film juga tidak terlalu didramatisasi, sehingga kita tidak akan merasakan tensi emosi yang terlalu tinggi saat menyaksikannya.

Penasaran dengan akting Kiko Mizuhara sebagai seorang penyuka sesama jenis? Bila kamu salah satu die-hard fans aktris cantik tersebut, maka akan sayang bila melewatkan performanya dalam Ride or Die. Film ini merupakan adaptasi dari manga karya Nakamura Ching berjudul Gunjo.

Dalam film ini, Kiko memerankan tokoh Rei, seorang wanita lesbian yang terlibat dalam prahara rumah tangga temannya, Nanae, yang menjadi korban KDRT.

Keduanya adalah teman di SMA, dan pada saat itu, Rei sudah jatuh hati pada Nanae. Ketika mereka bertemu kembali, Rei terkejut mengetahui tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suami Nanae.

Demi melindungi Nanae dan membuktikan cintanya, Rei bersedia melakukan segala hal, termasuk membunuh suami temannya itu. Setelah peristiwa itu, keduanya pun berusaha maju bersama untuk menghadapi konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan demi kebebasan dan kebahagiaan mereka.