showpoiler-logo

Ini Dia 10 Film Terbaik dari Sutradara Darren Aronofsky

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
ARTIKEL INI ADA VERSI INGGRISNYA!
Jika meng-update artikel ini, WAJIB tulis link-nya di sheet ini

Darren Aronofsky adalah sutradara lulusan Universitas Harvard jurusan Film dan Antropologi Sosial yang lahir di New York pada 12 Februari 1969. Setelah itu dia belajar menyutradarai film di AFI Conservatory dan mulai membuat proyek film-film pendek.

Darren dikenal sebagai sutradara yang piawai mengangkat tema psikologis secara mendalam dengan visualisasi bergaya surealisme, sehingga penonton sulit untuk menebak antara kenyataan dengan mimpi atau halusinasi. Keahliannya ini selalu disajikannya dengan apik, baik dalam film indie juga mainstream.

Darren Aronofsky

Tidak pernah terburu-buru dalam menggarap film, Darren Aronofsky selalu menjalani riset terlebih dahulu demi kedalaman cerita yang akan ditampilkannya. Jadi sangat wajar apabila filmography-nya belumlah banyak, namun berkualitas.

Mau tahu seluruh film besutannya? Berikut ini akan kami bahas dalam artikel yang sangat patut kalian baca.

1. The Wrestler

The Wrestler

Robin “The Ram” hanyalah seorang pegulat yang mencoba bertahan hidup di bawah bayang-bayang kesuksesan masa lalunya.

Robin bekerja sebagai tukang daging di swalayan sambil terus bertarung di atas ring secara independent. Dia mengharapkan cinta dari seorang stripper bernama Cassidy selagi dia mencoba dekat dengan putrinya yang selama ini tidak mengenalnya.

Tidak mudah bagi Robin untuk menjalani hidupnya di atas semua masalah yang dihadapinya. Apalagi di usia yang sudah semakin menua, dia divonis oleh dokter tidak boleh bertarung lagi jika masih ingin hidup lebih lama. Tapi jiwanya memang berada di atas ring, dan jawaban atas semua masalah itu terpusat di arena yang menjadi nyawanya tersebut.

Film drama dengan tema olahraga gulat ini menampilkan performa prima Mickey Rourke dan menjadi jalan baginya untuk kembali ke jalur popularitas. Darren Aronofsky tidak menampilkan gaya surealismenya, namun lebih terkesan realistis seolah kita berada sangat dekat dengan karakter Robin.

Dengan penggalian karakter yang apik, tidak hanya Mickey Rourke saja yang berhasil merasuki perannya, tetapi juga Marisa Tomei sebagai Cassidy, stripper yang disukai oleh Robin. Mereka berdua berhasil masuk menjadi nominee Oscar yang membuktikan kualitas pengarahan dari sutradara Darren Aronofsky di film ini.

2. Black Swan

Black Swan

Mendapat peran utama di pentas balet populer berjudul Swan Lake, membuat perasaan Nina tertekan. Tidak hanya karena dia mendapat tekanan dari orang lain, tapi di dalam dirinya juga terdapat masalah jiwa yang terkadang membuatnya panik dan berhalusinasi.

Apalagi ketika Nina menyadari sutradara Thomas memasukkan Lily sebagai cadangan bagi dirinya yang memang masih belum sempurna memerankan Black Swan. Di pentas ini, seharusnya peran White Swan dan Black Swan dibawakan oleh Nina sekaligus. Dia terobsesi untuk tidak membiarkan Lily merebut perannya, baik sebagai Black Swan atau secara keseluruhan.

Tekanan batin menyebabkan Nina mengalami berbagai halusinasi yang seolah nyata. Bahkan, dia nekat membunuh Lily yang sudah siap hendak naik ke atas panggung. Nina akhirnya menuntaskan perannya di adegan akhir sebagai Black Swan dengan menahan luka di tubuhnya akibat sayatan kaca yang dia kira dihujamkan kepada Lily.

Di film horror psikologis ini, penampilan Natalie Portman sangat prima di mana dia seolah benar-benar tenggelam dalam perannya sebagai Nina. Jadi sangat wajar apabila dia berhasil menang di ajang Oscar sebagai Best Actress.

Dan tidak boleh dilupakan juga pengarahan Darren Aronofsky yang kembali dengan gaya surealisme yang membuat kita terkecoh antara halusinasi Nina dan realita yang terjadi.

3. Pi

Pi

Max adalah ahli matematika yang punya banyak masalah psikologis. Dalam kejemuannya sebagai pengangguran, dia berusaha menemukan angka kunci yang dianggap sebagai penentu pola dalam kehidupan alam semesta. Dari percobaan menggunakan komputernya, dia menemukan sejumlah angka yang dianggap aneh.

Penemuan Max ini ditanggapi serius oleh Sol, guru matematikanya dan Lenny, peneliti kitab Taurat. Bersama Lenny, Max menemukan keseragaman teorinya dengan isi Taurat.

Deretan angka aneh itu muncul kembali di komputernya dan menjadi rebutan banyak pihak, yaitu pialang Wall Street dan komunitas Yahudi di mana Lenny adalah anggotanya.

Film thriller psikologis dengan tema yang sangat berat tentang matematika, agama dan perekonomian ini adalah debut penyutradaraan Darren Aronofsky. Dia mengumpulkan bujet film sebesar $60 ribu dari donasi teman-teman dan keluarganya dengan janji akan mengembalikan uang mereka masing-masing $150 apabila film ini menghasilkan uang.

Tayang perdana di Sundance Film Festival, Pi menuai banyak pujian dan membawa kemenangan bagi Darren Aronofsky sebagai Best Director di ajang tersebut. Artisan Entertainment membeli hak distribusi film ini sebesar $1 juta. Dengan begitu, Darren Aronofsky berhasil memenuhi janjinya kepada teman-teman dan keluarganya.

4. Requiem for a Dream

Requiem for a Dream

Harry dan Marion adalah pasangan pecandu narkoba. Demi menikmati kesenangan semu itu, mereka rela menghalalkan segala cara agar bisa membeli barang haram tersebut. Harry bahkan menyarankan Marion untuk menjual dirinya kepada psikolog kaya.

Sementara itu ibu Harry, Sara, juga kecanduan Amfetamin karena terobsesi ingin tampil di sebuah acara kuis di TV di mana dia merasa diundang untuk hadir.

Film drama psikologis ini memaparkan gambaran betapa buruknya pengaruh narkoba bagi pemakainya. Tidak hanya kecanduan, mereka bahkan rela melanggar banyak aturan dan nilai moralitas untuk memenuhi hasratnya.

Darren Aronofsky menyajikannya dengan sangat apik, kita bahkan seolah dibuat tenggelam dalam kenikmatan semu empat orang karakternya.

Dengan bujet yang sedikit lebih besar dari Artisan Entertainment, meski gajinya terbilang masih kecil, Darren Aronofsky mampu merekrut aktor dan aktris yang cukup terkenal untuk berakting di filmnya.

Jared Leto dan Jennifer Connelly adalah rising star yang tampil penuh penghayatan di film ini. Namun aktris senior Ellen Burstyn adalah tonggak utama ceritanya, dimana dia pun tampil dengan sangat memikat. Walhasil, performa apiknya, Ellen Burstyn masuk sebagai nominee Oscar di kategori Best Actress.

Tayang perdana di Cannes Film Festival, film ini berjaya di ajang Independent Spirit Awards di mana Ellen Burstyn berhasil meraih kemenangan sebagai Best Female Lead, dan satu lagi dari Best Cinematography. Darren Aronofsky sendiri dinominasikan di kategori Best Director.

5. The Whale

The Whale

Charlie yang menderita obesitas mengisi kesehariannya dengan mengajar bahasa Inggris secara daring tanpa pernah menghidupkan kameranya. Dia merasa malu untuk dilihat oleh orang lain. Apalagi kesehatannya kini semakin buruk dan ia dirawat oleh Liz, satu-satunya orang yang tulus peduli padanya.

Charlie ingin bertemu dengan putrinya, Ellie, yang tak pernah dia jumpai selama 8 tahun. Dia berniat menyerahkan seluruh tabungannya kepada Ellie dengan imbalan Ellie mau bersamanya selama beberapa hari.

Tapi penerimaan orang lain yang menyadari kondisi fisiknya membuat Charlie depresi dan jatuh sakit. Hanya satu yang dia inginkan saat ini, yaitu melihat Ellie tersenyum bahagia padanya.

Film drama psikologis berdasarkan pentas teater ini menampilkan performa prima para pemerannya, terutama Brendan Fraser yang tampil penuh totalitas. Sangat wajar bila dia meraih Oscar sebagai Best Actor karenanya.

Dari sisi cerita, Darren Aronofsky berhasil menumbuhkan sikap empati kepada para penontonnya atas kondisi yang diderita oleh Charlie.

Mayoritas karakter dalam film yang terkejut dan kabur melihat fisik Charlie yang sangat gemuk adalah gambaran masyarakat kebanyakan saat ini yang kurang memiliki sikap empati. Dan film ini sukses membuat hati para penontonnya meleleh.

6. The Fountain

The Fountain

Tom sibuk menemukan obat yang dapat menyembuhkan Izzi dari penyakit kanker yang menggerogoti fisiknya. Kisah perjuangan Tom diselingi dengan pencarian Tomas akan Pohon Kehidupan di pedalaman benua Amerika di masa lalu dan petualangan penjelajah angkasa bernama Tommy dalam mencari makna kehidupan.

Film drama romantis bernuansa epic ini adalah pembuktian kejeniusan Darren Aronofsky dalam menciptakan sebuah film dengan tema yang berat. Namun, hasilnya justru membuat bingung para penontonnya yang membuat penilaian film ini terpecah. Para kritikus menilai film ini kurang fokus dalam bercerita, tapi kaya secara visual.

Di awal perilisan, film ini mendapat rating yang buruk, mungkin karena tidak mudah mencerna jalan cerita yang dipaparkan. Mencampur fantasi dalam sejarah, keagamaan dan fiksi ilmiah, tidak mudah untuk menangkap makna tentang perjuangan mencari keabadian yang diakhiri dengan keikhlasan menerima takdir. Kini, The Fountain telah menyandang status sebagai cult movie.

7. Supermarket Sweep

Supermarket Sweep

Film pendek berdurasi 17 menit ini merupakan senior thesis Darren Aronofsky untuk lulus dari Harvard University jurusan Antropologi Sosial.

Tidak banyak orang yang pernah menonton film ini karena tidak ada studio film yang mendapat izin pendistribusiannya dari Aronofsky. Di film ini, Aronofsky sangat terpengaruh gaya pengarahan Roman Polanski dan Akira Kurosawa.

Aktor utama di film ini adalah Sean Gullette yang berperan sebagai seorang sosiopat. Setelah itu, Gullette menjadi pemeran utama di film debut layar lebar Aronofsky yang berjudul Pi (1998).

8. Fortune Cookie

Fortune Cookie

Harold berjuang sekuat tenaga sebagai salesman. Dia menawarkan produknya dari rumah ke rumah dan sering menerima penolakan, bahkan ada juga yang mencacinya. Oleh karena itulah dia sangat butuh dengan keberuntungan. Dia sampai merasa sial dan tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya apabila tidak mendapat kata keberuntungan dari kue yang dibelinya.

Film pendek berdurasi 30 menit ini adalah karya pertama Darren Aronofsky ketika belajar di program master AFI Conservatory. Bergenre komedi, kisah yang terinspirasi dari cerita Hubert Selby Jr. ini menggali psikologi karakter utamanya yang sangat percaya dengan keberuntungan dan merasa sial apabila tidak mendapatkannya.

Mungkin tidak semua orang bisa mengerti makna yang coba dipaparkan di film ini. Namun, hal-hal seperti itulah yang akan menjadi ciri khas Darren dalam membuat film-film besarnya kelak. Film ini bisa ditonton gratis di YouTube.

9. No Time

No Time

Film pendek berdurasi 23 menit ini terbagi menjadi lima sketsa. Yang pertama memperlihatkan sekelompok orang yang bermain sandiwara namun beberapa di antaranya belum mengerti peraturannya.

Lalu ada seorang gitaris yang menyimak permainan perkusi dari sekelompok orang di taman. Ada juga kisah seseorang yang merasa terhina dengan permainan bola basket.

Di sisi lain, ada kelompok yang bermain sandiwara tadi kembali lagi, namun kali ini mereka bernyanyi dan menari. Dan yang terakhir adalah cerita nelayan yang menangkap ikan dengan cara yang tidak biasa.

Film pendek ini menampilkan selera humor Aronofsky yang tetap sulit untuk dimengerti. Kolaborasinya dengan Matthew Libatique menghasilkan gambar yang kualitasnya lebih baik dari film pendek pelajar lainnya.

10. Protozoa

Protozoa

Film pendek berdurasi 25 menit ini juga adalah salah satu karya Darren Aronofsky saat masih belajar di program master AFI Conservatory.

Filmnya mengisahkan tiga orang sahabat yang kesehariannya dihabiskan dengan menonton televisi saja. Kemudian mereka bertemu setiap pertengahan minggu hanya untuk melihat sekelompok orang dengan kebutuhan khusus yang pulang ke rumah dengan menaiki bus.

Sinematografi film ini dibesut oleh Matthew Libatique yang kemudian menjadi kolaborator Aronofsky dalam setiap filmnya. Tidak disangka, Lucy Liu turut berakting di film ini.

Protozoa menggambarkan tiga sahabat tersebut seperti amuba yang hidupnya tanpa tujuan. Film ini juga bisa ditemukan di YouTube.

Itulah 10 film karya Darren Aronofsky. Menonton film arahannya memang akan menguras pikiran dan terkadang membenturkan pemahaman yang kita anut selama ini. Terkadang film-filmnya memiliki cerita yang provokatif, tetapi sebaiknya kita menganggapnya sebagai karya seni saja sehingga tidak perlu pusing memikirkannya.

Cukup banyak menuai kontroversi karena penerjemahan secara bebas dari berbagai sumber materi yang diadaptasinya, faktanya seluruh film di atas tampil apik secara visual dan beberapa di antaranya sangat mengagumkan.

Dengan segala kemampuan yang dimilikinya, Darren Aronofsky sangat layak dianggap sebagai salah satu sutradara terbaik Hollywood saat ini. Hanya tinggal menunggu waktu saja dia akan membuat film terbaik yang akan membawanya meraih Oscar suatu saat nanti.

Sebelum saat itu tiba, kalian wajib menonton semua film di atas dan bisa menilai sendiri kehandalannya sebagai sineas. Selamat menonton!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram