showpoiler-logo

7 Fakta Menarik dari Film Miracle in Cell No. 7 Versi Indonesia

Ditulis oleh Desi Puji Lestari

Kesuksesan Miracle in Cell No. 7 (2022) mengambil hati para penonton, memang hal yang tidak terduga sebelumnya. Pasalnya, banyak orang yang sinis dengan proyek besar Falcon Picture ini. Alasannya, mereka tidak yakin bahwa film ini akan sukses jika di remake ke versi Indonesia.

Namun, fakta yang terjadi adalah banyak orang yang jatuh cinta dan menangis bombay saat menonton film ini. Tak hanya fakta soal kesuksesan filmnya, ternyata ada banyak fakta dibalik layar pembuatan film Miracle in Cell No. 7 (2022).

Salah satunya mengenai dukungan dan pujian dari sutradara Lee Hwan Kyung atas film garapan Falcon Picture dan Hanung Bramantyo. Tak hanya itu, ternyata Graciella Abigail juga bukan pilihan pertama untuk memerankan sosok Kartika lho.

Kalau menyinggung soal fakta ini sekilas saja, rasanya kurang memuaskan dong. Makanya, Showpoiler akan memberikan informasi lengkap soal fakta-fakta dibalik Miracle in Cell No.7 (2022). Mau tahu ada apa saja? Informasi lengkapnya bisa kamu dapatkan di bawah ini.

1. Dipuji oleh Sutradara dan Produser Miracle in Cell No.7 Korea

Dipuji oleh Sutradara dan Produser Miracle in Cell No.7 Korea

Kesuksesan Miracle in Cell No.7 (2022) memang tidak main-main. Tidak hanya para penonton Indonesia saja yang terkesan, tapi sutradara dan produser Miracle in Cell No.7 (2013) juga.

Sutradara Lee Hwan Kyung dan produser Kim Min Ki mengaku sangat terkesan dan terharu dengan versi Indonesia. Hal ini diutarakan saat keduanya hadir dalam press conference Miracle in Cell No.7 Korea (2022) di Jakarta.

Lee Hwan Kyung mengatakan ia sangat tersentuh dan merasa kagum dengan kehebatan Hanung Bramantyo dalam mengadaptasi kisah dari filmnya.

Baginya, versi Indonesia memiliki warna sendiri yang sangat berbeda dengan remake Miracle in Cell No.7 (2013) yang pernah ada. Ia bisa merasakan ciri khas Indonesia yang menyatu dengan kisah buatannya.

Bahkan yang bikin heboh, sutradara Lee Hwan Kyung dan produser Kim Min Ki mengaku ingin membawa pulang film ini ke Korea Selatan.

Salah satu tujuannya, Kim Min Ki ingin menunjukkan Miracle in Cell No.7 (2022) versi Indonesia kepada para member BTS. Sang produser mengatakan, ia yakin bahwa member BTS akan senang dan merasa tersentuh saat menonton versi Indonesianya.

2. Hanung Bramantyo: Film Ini untuk Semua Umur

Hanung Bramantyo: Film Ini Untuk Semua Umur

Mungkin ada beberapa dari para penggemar yang berpikir bahwa Miracle in Cell No. 7 (2022) memang kurang intense versi Korea-nya. Sebenarnya hal ini bukan karena Hanung Bramantyo dan Falcon Pictures tidak fokus pada ceritanya.

Justru, karena mereka ingin membuat Miracle in Cell No. 7 (2022) bisa dinikmati oleh semua kalangan dari orang tua hingga anak-anak.

Makanya mereka membuat adegan kekerasannya lebih minim, agar anak-anak tidak shock saat menontonnya. Lalu komedi slapstick yang digunakan, juga hanya sebatas memukul seperti menampar saja.

Lalu alurnya juga dibuat sesederhana mungkin, tapi tetap menunjukkan realita hidup di Indonesia. Pasalnya, film ini memang memberikan banyak nilai positif untuk semua orang.

3. Bikin Seluruh Pemerannya Ingat Sosok Ayah

Bikin Seluruh Pemerannya Ingat Sosok Ayah

Tak hanya berkesan untuk para penonton, ternyata Miracle in Cell No.7 (2022) juga sangat berkesan untuk seluruh pemeran filmnya. Hal ini bisa kamu lihat dalam sebuah video yang ditayangkan oleh Falcon Pictures, tepat sebelum filmnya serentak ditayangkan di seluruh Indonesia.

Dalam video tersebut, Vino G. Bastian, Denny Sumargo, Indro Warkop, Bryan Domani hingga Rigen Rakelna duduk di sebuah ruangan.

Masing-masing pemeran mengutarakan isi hati dan kenangan mereka soal sosok ayah. Salah satunya Denny Sumargo, ia baru bisa bertemu sang ayah di usia 25 tahun.

Ia mengaku hanya memiliki waktu satu jam saja untuk berbincang dengan sosok ayah yang sejak lahir tidak pernah ia lihat. Bahkan yang lebih menyedihkan, pertemuan itu adalah pertemuan terakhir mereka untuk selamanya.

4. Jizzy Pearl Bastian Awalnya Akan Perankan Kartika

Jizzy Pearl Bastian Awalnya Akan Perankan Kartika

Melihat kemistri ayah dan anak yang ditampilkan oleh Vino G. Bastian dan Graciella Abigail, sebenarnya ada fakta lain soal sosok anak dari Dodo Rozak ini.

Ternyata Graciella Abigail bukanlah pilihan utama untuk memerankan sosok Kartika. Awalnya Falcon Picture menginginkan sosok Jizzy Pearl Bastian untuk memerankan karakter Kartika.

Fyi, Jizzy Pearl Bastian adalah putri kandung dari Vino G. Bastian dan aktris Marsha Timothy. Pada awalnya Vino menanyakan langsung pada sang putri, apakah Jizzy bersedia untuk bermain film? Apalagi sang putri memang masuk dalam kelas teater di sekolahnya.

Hal ini juga Vino ungkapkan kepada sang istri, karena meski ia kepala keluarga Vino tidak ingin mengambil keputusan sendiri. Sayangnya, Jizzy Pearl Bastian menolak tawaran ini mentah-mentah. Sang putri berkata, bahwa ia hanya tertarik untuk menonton filmnya saja.

Mendengarkan hal ini, Vino pun menerimanya dan tidak mau memaksakan apapun pada putrinya. Bahkan meski tidak beradu akting dengan Jizzy, Vino berhasil menunjukkan kemistri ayah dan anak yang sangat baik dengan Graciella Abigail.

5. Usaha Vino Memerankan Dodo Rozak

Usaha Vino Memerankan Dodo Rozak

Dodo Rozak ternyata menjadi salah satu karakter yang tidak mudah untuk diperankan bagi Vino G. Bastian. Hal ini diungkapkan oleh sang aktor sendiri, bahwa ia sempat merasa kesulitan untuk memahami bagaimana hidup dan perilaku penyandang disabilitas intelektual.

Untuk mendapatkan gambaran yang pas, Vino sampai mendatangi psikolog. Ia mengingat bahwa sekolah putrinya menyediakan psikolog, disanalah Vino berbincang soal karakter dan kehidupan seorang disabilitas intelektual.

Tak cukup hanya memahami soal perasaan mereka saja, Vino juga ingin tahu bagaimana mereka bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Ia pergi ke panti khusus penyandang disabilitas dan mempelajari setiap gerak gerik mereka.

Tentu Vino mengaku bahwa ia tidak bisa meniru mereka dengan sempurna. Makanya Vino juga mengakui bahwa ia banyak berimprovisasi.

Beberapa kali ini melebih-lebihkan akting dan perilakunya, tapi ia juga sadar batasannya. Karena toh, pada akhirnya karakter Dodo Rozak yang diperankannya masih terlihat sangat realistis dan berhasil menyakinkan penonton.

6. Takut Terkena UU ITE

Takut Terkena UU ITE

Salah satu hal yang cukup disayangkan juga oleh para penggemar film Miracle in Cell No.7 (2022) adalah sisi hukumnya yang terlihat sangat minim. Sebenarnya ada alasan khusus kenapa Hanung Bramantyo dan Falcon Pictures menolak memperkuat sisi hukum dalam film ini.

Salah satunya untuk mengantisipasi agar film mereka tidak terjerat UU ITE. Hanung tahu jelas jika ia memperkuat sisi hukumnya, perasaan para penonton pasti akan semakin terkoyak.

Di sisi lain, jika ia memperkuat hal ini maka ditakutkan akan ada beberapa pihak yang tersinggung. Ia takut jika film buatannya terjerat UU ITE pasal 27 atau dilaporkan sebagai pencemaran nama baik hukum di Indonesia.

Makanya saat kamu menonton scene di pengadilan, tidak ada satupun simbol-simbol yang menunjukkan bahwa itu pengadilan Indonesia.

Hanung sengaja untuk tidak menyisipkan simbol garuda hingga foto presiden dan wakil presiden di ruang sidang. Semua ini karena ia tidak ingin filmnya sampai dicekal dan pada akhirnya gagal tayang.

7. Miracle in Cell No.7 Diadaptasi dari Kisah Nyata

Miracle in Cell No.7 Diadaptasi dari Kisah Nyata

Bagi kamu yang masih penasaran dengan kisah Miracle in Cell No.7 (2013) ini diadaptasi dari kisah nyata atau bukan? Jawabannya, memang benar bahwa kisah dalam film ini diadaptasi dari kisah nyata.

Kasus ini terjadi di Korea Selatan, tepatnya di Gangwon pada tahun 1972. Saat itu Jeong Won Seop seorang disabilitas intelektual dituduh telah membunuh dan memperkosan seorang gadis berusia 9 tahun.

Gadis itu adalah putri dari kepala polisi Chuncheon yang tewas saat perjalan pulang dari toko buku komik ke rumahnya. Pernyataan penjaga toko, membuat Jeong Won Seop dinyatakan bersalah.

Ia mendapatkan hukuman seumur hidup dan terus berusaha untuk mencari keadilan. Setelah berpuluh-puluh tahun, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Korea menyatakan kasus ini adalah pelanggaran HAM.

Tepat pada tahun 2007, Jeong Won Seop dinyatakan sebagai korban atas dugaan palsu. Mereka menyatakan bahwa ia telah disiksa untuk memeras pengakuan palsu.

Fakta ini tentu membuat para penonton Miracle in Cell No.7 (2022) semakin teriris hatinya. Apalagi sosok Jeong Won Seop benar-benar seseorang yang tidak bersalah dan hanya berada di waktu yang tidak tepat saja.

Inilah beberapa fakta mengenai film Miracle in Cell No. 7 (2022) yang perlu kamu ketahui. Jika sutradara dan produser film aslinya saja sudah memuji, apa kamu masih berpikir untuk menonton filmnya?

Untuk kamu yang penasaran dengan filmnya, jangan lupa untuk mencari tahu review dan perbedaan antara Miracle in Cell No. 7 (2022) versi Indonesia dan Korea di Showpoiler!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram