Inilah 9 Fakta Menarik dari Drama All of Us Are Dead
Seperti tidak pernah bosan dengan cerita tentang zombie, All of Us Are Dead (2022) mendapat sambutan yang sama-sama hangat. Tayang di Netflix, ia bahkan menduduki peringkat pertama di beberapa negara. Setelah Happiness (2021) yang tidak henti dibicarakan setiap penayangannya, kali ini giliran AOUAD.
Perhatian besar yang tertuju pada All of Us Are Dead (2022) adalah satu dari beberapa fakta tentangnya. Selain itu ada beberapa fakta menarik yang bisa jadi membuatmu semakin kagum dengan kerja keras aktor dan tim produksi. Kira-kira, fakta apa lagi yang dimiliki drama ini?
Baca Juga: Sinopsis dan Review Drama Korea All of Us Are Dead (2022)
1. Adaptasi Webtoon

Satu lagi produk tontonan Korea Selatan yang berangkat dari adaptasi webtoon. Fakta All of Us Are Dead (2022) yang pertama adalah drama ini merupakan pengejawantahan dari komik online karya Joo Dang Geun berjudul Now at Our School atau School Attack yang terbit antara 2009 hingga 2011.
Webtoon Now at Our School sangat populer di kalangan pembaca karena dinilai menawarkan imajinasi luar biasa, detail dan mencekam. Beberapa aktor yang terlibat di sini, antara lain Yoon Chan Young dan Lee Yoo Mi sudah membacanya dan antusias dengan tawaran akting untuk membintanginya.
2. Drama Zombie dengan Latar Sekolah

Rasanya tidak sedikit yang pesimis dengan drama ini, terutama karena ceritanya yang lagi-lagi tentang zombie invasion. Namun, faktanya drama ini menampilkan latar belakang yang berbeda dari drama atau film zombie sebelumnya yang tidak bisa disangkal.
Setelah di stasiun, di apartemen dan di lingkungan kerajaan, AOUAD hadir dengan latar tempat yang baru. Serangan zombie yang jadi menu utama drama ini terjadi di sebuah sekolah!
Dengan latar belakang sebuah sekolah dan memasang para siswa sebagai karakter utama, drama ini tentu bertambah menarik. Dengan formula seperti itu, intensitas pertarungan antara zombie dan manusia menjadi terasa realistis karena para siswa digambarkan benar-benar tanpa persiapan, senjata atau kemampuan khusus.
Ketegangan berlarian di koridor sekolah, bersembunyi di ruang kelas, menumpuk meja dan kursi untuk melindungi diri dari zombie, serta menggunakan peralatan seadanya adalah hal-hal yang akan kamu temukan di serial ini. Belum lagi berbagai part yang cukup manis di tiap karakternya yang sangat khas dan dekat dengan dunia remaja.
3. Libatkan Koreografer untuk Gerakan Zombie

Dari sekian banyak elemen yang membuat drama ini menarik, pergerakan para zombie yang haus darah harus diakui begitu impresif. Mereka bergerak, berlarian, menyerang sampai memakan korbannya dengan brutal.
Banyak siswa yang sudah terinfeksi memperlihatkan gerakan mengerikan. Kepuasan nonton drama ini pun meningkat karena penampilan para zombie yang begitu ‘lincah’.
Gerakan-gerakan mereka yang sedemikian rupa ternyata dikonsep oleh seorang koreografer. Sebagai sutradara, Lee Jae Kyoo, dibantu koreografer dan penari, menghidupkan sosok zombie hingga terasa benar-benar meneror.
Setiap detail gerakan diperhatikan agar intensitas ketegangan tetap terjaga di setiap episodenya. Hasilnya, zombie di All of Us Are Dead (2022) berbeda dengan zombie yang sebelumnya pernah ada.
4. Memuat Isu-isu Sosial Sekitar Remaja

Memakai latar belakang sebuah sekolah dengan karakter yang digambarkan masih remaja, All of Us Are Dead (2022) tidak luput menyelipkan isu-isu sosial sekitar remaja di dalam ceritanya.
Isu bullying tampak begitu bold karena menjadi akar permasalahan. Jauh sebelum serangan wabah zombie menyerang SMA Hyosan, drama ini sudah menyuguhkan adegan perisakan yang dilakukan sekelompok siswa kepada siswa lainnya.
Bullying yang dilakukan berakibat fatal karena korbannya harus dibawa ke rumah sakit. Parahnya, korban juga tidak mendapat keadilan yang layak.
Perisakan berupa pemukulan fisik bukan satu-satunya isu kekerasan yang ditampilkan drama ini, ada juga pelecehan seksual. Eun Ji, salah satu siswi di sana, digambarkan sebagai korban perisakan sekaligus pelecehan seksual. Dia juga korban ketidakadilan karena sekolah tidak berpihak pada deritanya.
Bukan hanya bullying, isu sosial lain di kalangan remaja yang coba disampaikan drama ini adalah kenyataan bahwa seks bebas di kalangan remaja pada akhirnya hanya memposisikan wanita menjadi pihak paling menderita. Terlihat pada episode pertama ketika seorang siswi melahirkan diam-diam di kamar mandi dalam keadaan lemah dan seorang diri.
Baca Juga: 12 Pemain All of Us Are Dead (2022), Melarikan Diri dari Zombie