bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review The Godfather: Part III (1990)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Godfather: Part III
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Michael Corleone di usia senjanya ingin mengakhiri kehidupan kriminalnya dengan menarik diri serta keluarganya dari kerajaan bisnis warisan ayahnya, tetapi dia harus mencari pengganti yang sesuai untuk melanjutkan tahtanya, meski dia bukan anaknya. The Godfather: Part III menutup kisah hidup Michael Corleone dan melengkapinya menjadi sebuah trilogi.

Paramount Pictures merilis film yang dinominasikan di 7 kategori Academy Awards ini pada 25 Desember 1990 dan ditanggapi positif oleh penikmat film meski tidak sebaik dua film sebelumnya karena jalan cerita yang cukup berbelit-belit dan akting yang buruk dari Sofia Coppola yang menempatkannya sebagai Worst Supporting Actress di Razzie Award.

Meski cerita film ini murni fiktif yang naskahnya ditulis oleh Mario Puzo dan Francis Ford Coppola, tetapi ada sedikit sempilan kisah yang diambil dari peristiwa nyata, yaitu teori konspirasi kematian Paus John Paul I di tahun 1978 yang menyebabkan bangkrutnya Banco Ambrosiano di tahun 1982. Lalu apa lagi yang disuguhkan di film ini? Simak review kami tentang film yang sudah bisa ditonton ulang di Netflix ini.

Sinopsis

Sinopsis

Tahun 1979, Michael Corleone berusia 60 dan sudah lama bercerai dengan Kay. Anthony dan Mary, kedua anaknya, tinggal bersama Kay. Michael masih diliputi rasa berdosa karena pembunuhan Fredo dahulu dan lebih banyak terlibat dalam yayasan kemanusiaan dengan donasinya kepada gereja dimana dia diberikan penghargaan dari organisasi kepausan Vatikan.

Dalam pesta perayaan di rumahnya, Michael harus merelakan Anthony memilih jalan hidupnya sendiri sebagai penyanyi opera dan tidak menyelesaikan kuliah hukumnya untuk membantu bisnis ayahnya saat sudah lulus nanti. Selain itu, Michael juga harus berdiri membela keponakannya, Vincent, yang memiliki masalah dengan Joey Zasa bahkan menggigit telinganya di depan mata Michael.

Kepala Bank Vatican, Uskup Agung Gilday, berada dalam masalah keuangan dan meminta bantuan Michael yang menyetujuinya dengan syarat dia mendapat saham mayoritas di Immobiliare, perusahaan real estate internasional. Berita ini menyebar dengan cepat dan Don Altobello, pimpinan mafia New York, ingin menanamkan investasinya di perusahaan ini beserta anggota komisi lainnya.

Di depan anggota komisi, Michael menyatakan jika dia mundur dari bisnis judi dan membagikan seluruh saham beserta keuntungannya kepada seluruh anggota komisi sebelum menjual seluruh aset judinya. Hal ini tidak disukai oleh Zasa yang tidak mendapat bagian apa-apa dan mengirimkan helikopter yang menembaki seluruh anggota komisi. Tapi Michael berhasil lolos dengan bantuan Vincent.

Michael menduga Altobello sebagai pengkhianat dan menjadi stres sehingga diabetesnya kambuh. Selagi Michael dirawat di rumah sakit, Vincent melakukan aksi pembunuhan kepada Zasa atas izin dari Connie, adik Michael, yang membuatnya marah karena bertindak tanpa perintah darinya. Michael juga menyadari hubungan asmara Vincent dengan Mary yang tidak disetujuinya.

Michael sekeluarga terbang ke Sisilia untuk menghadiri pentas opera yang dibintangi oleh Anthony sekaligus menyelidiki sosok pengkhianat dalam bisnisnya. Setelah meminta saran dari Don Tommasino yang mengarahkannya untuk bertemu dengan Kardinal Lamberto, Michael banyak menyadari banyaknya dosa yang membuatnya sakit secara fisik dan batin.

Atas informasi dari Vincent yang menjadi mata-mata Michael untuk menyelidiki lebih dalam informasi dari Don Altobello, Michael menjadi tahu jika Immobiliare telah dikuasai oleh mafia lain, yaitu Don Lucchesi yang bekerjasama dengan Altobello dan Uskup Agung Gilday yang berencana untuk melakukan penipuan terhadap Michael atas nama perusahaan tersebut. Paus wafat dan digantikan oleh Kardinal Lombardo.

Don Altobello menyewa jasa pembunuh bayaran untuk menyudahi hidup Michael, tetapi mereka ketahuan oleh Don Tommasino yang tewas ditembak di dalam mobilnya. Ketika berdua dengan mantan istrinya, Michael menyatakan jika dirinya ingin keluar dari bisnis kelam ini dan ucapannya ini dia lakukan saat acara pemakaman Tommasino dengan menyerahkan tahtanya kepada Vincent.

Di malam pementasan opera, Vincent dan anak buahnya melakukan banyak aksi secara serentak, yaitu membunuh Keinszig dalam skenario bunuh diri, juga membunuh Altobello dengan kue pemberian Connie, juga mengirim anak buah Tommasino untuk membunuh Lucchesi dan mengirim Neri ke Roma untuk membunuh Gilday.

Tapi aksi ini juga membawa korban di sisi Michael. Kardinal Lombardo yang baru saja diangkat sebagai Paus, yang dengan sigap membersihkan organisasinya dari penjahat dan koruptor, diracun di rumahnya yang menyebabkan dia tewas. Selain itu, Mary tertembak saat terjadi penyerangan terhadap Michael di luar gedung opera yang membuat Michael sekeluarga berduka sangat dalam.

Beberapa tahun kemudian, Michael terlihat sudah sangat tua di atas kursi rodanya di pekarangan rumah Tommasino, masih dalam keadaan berduka. Dia terjatuh dari kursinya dan tersungkur ke tanah.

Semua Kekuasaan di Dunia Tidak Dapat Mengubah Takdir

Semua Kekuasaan di Dunia Tidak Dapat Mengubah Takdir

Tidak bisa disangsikan jika sosok Michael Corleone memiliki kekuasaan yang hampir tidak bisa tergoyahkan. Menilik sekilas dua film sebelumnya, dia mampu menyelamatkan keluarganya dari kehancuran akibat serangan musuh-musuhnya dan juga melindungi bisnis kriminalnya dengan baik hingga tidak bisa diciduk oleh pihak berwajib.

Tapi baru kali ini Michael dihadapkan oleh serentetan peristiwa yang membuatnya seolah tak berdaya, mengutip ucapan Kay kepadanya waktu di rumah sakit, “Baru kali ini saya melihat kamu sungguh tidak berdaya.” Dari awal film, Michael sudah terlihat murung seolah banyak pikiran dan sepanjang film banyak sekali masalah yang merintangi, baik tentang bisnis, keluarga dan niatnya untuk berhenti menjadi Don.

Michael terpaksa mengizinkan Anthony tidak melanjutkan kuliahnya dan menjadi pewaris bisnisnya di masa depan, justru dia menemukan penerusnya pada sosok Vincent, keponakannya, yang diberikan ultimatum olehnya untuk mengakhiri ikatan cintanya dengan Mary sebagai bagian kesepakatan untuk menaikkan Vincent sebagai Don baru di keluarga Corleone.

Niat Michael untuk “membersihkan” diri dimulai dengan berinvestasi di sebuah perusahaan resmi dan menjual seluruh usaha judinya di Las Vegas. Michael pun menyatakan dosanya kepada Kardinal Lombardo terkait pembunuhan Fredo di masa silam yang terus menghantuinya hingga membuatnya sakit secara fisik dan batin. Tapi sayangnya, niat dan rencana ini tidak mudah untuk dilaksanakan.

Banyak nyawa yang harus melayang untuk mewujudkan keinginannya keluar dari organisasi terlarang ini, termasuk harus merelakan putrinya pergi untuk selamanya. Investasinya pun nyaris mengalami penipuan yang harus diselesaikan dengan rangkaian pembunuhan secara serentak dan terkoordinir. Kekuasaan besar yang dia miliki tidak bisa mengubah takdir tragis di akhir hidupnya.

Kekuasaan Sejati Tidak Bisa Didapatkan dengan Pemberian, tapi Harus Direbut

Kekuasaan Sejati Tidak Bisa Didapatkan dengan Pemberian, tapi Harus Direbut

The Godfather: Part III menampilkan perebutan kekuasaan dari seorang Don Corleone dalam berbagai bentuknya. Ada yang dengan kesetiaan seperti Vincent, ada yang dengan cara brutal seperti Zasa dan ada juga yang bersekutu untuk mengkhianatinya. Tapi inilah dunia mafia yang erat kaitannya dengan tikung-menikung strategi yang berakhir melayangnya banyak nyawa.

Vincent dianggap oleh Connie mewarisi sosok Don Vito, sang kakek, dan kemudian dipercaya oleh Michael sebagai pewarisnya. Hanya saja dia mewarisi sikap temperamen dari ayahnya, Sonny. Andy Garcia memerankan Vincent dengan penuh kharisma, elegan dan flamboyan khas pria Italia yang mengantarkannya masuk nominasi di kategori Best Supporting Actor.

Kelemahan Naskah Membayangi Akhir Trilogi

Kelemahan Naskah Membayangi Akhir Trilogi

Mario Puzo dan Francis Ford Coppola berkolaborasi dalam penulisan naskah untuk menutup kisah saga mafia ini. Sayangnya, jalan cerita yang rumit dengan rangkaian dialog yang tidak berkesan seperti dua film pendahulunya, melemahkan kualitas film yang kuat dari segi akting dan karakterisasi ini. Bahkan infonya, naskah masih belum selesai ditulis saat proses syuting sudah dimulai.

Terdapat beberapa adegan yang diambil dari jarak jauh dan dalam siluet, seolah-olah itu adalah syuting ulang atau adegan lain yang kemudian ditimpa dengan dubbing yang baru. Durasi film pun terasa sangat panjang, nyaris 3 jam, padahal film ini adalah yang terpendek dalam trilogi ini. Artinya, film ini masih kalah mengikat dibandingkan dengan kedua film pendahulunya.

Bahkan adegan akhir jatuhnya Michael dari kursi, yang ingin mengulang nostalgia wafatnya Don Vito, tidak cukup berkesan. Oleh karena itu, Francis Ford Coppola tidak berkeinginan melanjutkannya ke film keempat, padahal naskahnya sudah selesai ditulis yang rencananya akan kembali menampilkan Robert De Niro sebagai Don Vito dan Leonardo DiCaprio sebagai Sonny muda.

Justru di tahun 2020, Coppola merilis ulang The Godfather: Part III dalam versi edit terbaru dengan sub judul Coda: The Death of Michael Corleone yang menerima respon positif dari berbagai pihak dan dianggap bisa mensejajarkan film ini dengan dua film sebelumnya. Tapi untuk bisa memberi apresiasi lebih, tonton dulu versi aslinya yang sudah tersedia di Netflix secara streaming, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram