bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Drama Series Netflix ThirTEEN Terrors

Ditulis oleh Gerryaldo
ThirTEEN Terrors
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Bukan Thailand namanya kalau tidak bisa menciptakan drama horror yang sering banget bikin semaput para penontonnya. Kali ini para sineas Thailand kembali berkolaborasi membuat 13 cerita dalam 1 drama series berjudul Thirteen Terrors. Dari episode pertama sampai episode ke 13, kalian akan diceburin sama cerita horror yang kelewat sarap.

Awalnya saya sudah pesimis karena sebelumnya saya sudah disuguhi Girl from Nowhere yang saya pikir ceritanya akan hampir sama karena settingnya kebanyakan mengambil latar belakang sekolah.

Tapi setelah dicoba untuk menonton ternyata ceritanya beda jauh dan episode pertamanya saja sudah cukup bikin saya nonton di celah lubang jari karena semua telapak tangan sudah menutupi bagian muka saya. Seseram apa sih dramanya? Simak sinopsis dan reviewnya ya!

Sinopsis

Thirteen Terrors (Copy)
  • Tahun rilis: 2015
  • Genre: Antopologi, Horror
  • Produksi: GMM 25
  • Sutradara: O Patha Thongpan
  • Pemain: Fon Sananthachat, Panisara Montharat, Fame Chawinroj

Karena ada 13 episode, saya akan merangkum beberapa episode saja yang saya suka. Ketiga episode yang saya maksud itu adalah; Episode pertama drama series ini berjudul Wanida.

Wanida sendiri diceritakan sebagai arwah dengan kepala buntung akibat dibunuh seorang sekuriti di sekolahnya sendiri. Vee dan Kanook yang tergila-gila akan hal mistis memanggil arwah Wanida. Sial, Wanida ternyata memanfaatkan mereka untuk menggantikan posisinya sebagai arwah yang kepalanya sudah tidak ada.

Episode Kedua berjudul Our Death; menceritakan tentang seorang gadis bernama Im yang sudah tidak tahan dengan kelakuan kekasihnya. Im minta untuk mengakhiri hubungannya namun ditolak oleh sang kekasih.

Kekasihnya itu malah bunuh diri dan mendokumentasikannya dan dikirim kepada Im. Im yang shock merasa sangat bersalah dan ikut bunuh diri. Namun… Kalian akan dibuat kaget setelah tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Episode Ketiga berjudul The Jinx; cerita ini dimulai dengan pertengkaran dua orang sahabat yang mengakibatkan salah satunya mengucap sumpah serapah di dekat tempat sembahyang untuk arwah.

Keesokan harinya sahabat yang diucapi sumpah meninggal akibat kecelakaan, namun arwahnya tidak tinggal diam. Seakan menuntun balas, arwah tersebut menghantui sahabatnya yang lain.

Episode Keempat dan seterusnya memiliki ceritanya masing-masing kok. Jadi kalian tidak perlu khawatir akan bosan menonton keseluruhan episodenya. Level kengerian yang disajikan juga beda-beda. Ada yang seram sekali plus adegan banyak jumpscare dan biasa saja. Maksudnya tidak terlalu buat kita semaput atau bahkan lompat kursi saking kagetnya.

Plot dengan Waktu yang Pas

Timing (Copy)

Kebanyakan drama yang saya tonton di Netflix pasti punya episode yang lumayan banyak. Tidak masalah sih sebenarnya, namun kalau sudah episodenya banyak dan jalan cerita di tiap episode terlalu lama, saya jadi bosan menontonnya. Berbeda dengan Thirteen Terrors ini, episode yang disuguhkan banyak tapi durasi di tiap episodenya tergolong singkat sehingga tontonan ini menjadi ringan.

Untuk setiap episode yang tayang hanya berkisar 30-an menit saja. Ada sih beberapa yang 40 menitan, namun tidak banyak. Oh iya, di tiap episodenya juga kebanyakan menceritakan hal mistis yang masih relate dengan kehidupan kita.

Seperti hal mistis di sekolah, sembarang mengucap sumpah, hubungan terlarang, balas dendam, arwah penasaran dan lainnya. Intinya para sutradara yang mendirect tiap-tiap episode di drama series ini do the good job dalam meng-arrange durasi cerita.

Pemain Muda

Thirteen-Horrors-Poster (Copy)

Bila kalian penggila drama Thailand, sudah pasti kalian tahu drama berjudul Hormones kan? Nah, di drama Thirteen Terrors ini kebanyakan diisi oleh muka-muka pemain dari drama Hormones yang oke-oke semua. Kalau sudah begini, menonton Thirteen Terrors jadi makin asyik bukan? Mengingat kalian sudah hapal dengan para pemainnya dan bisa menyaksikan mereka berperan sebagai orang baru.

Sebut saja si cantik Sananthachat Thanapatsipal dan si raja drama ganteng Chutavuth Pattarakampol. Belum puas hanya mereka berdua? Tenang saja, masih ada Thiti Mahayotaruk, Sutatta Udomslip, Sirachuch Chienthaworn, Nichaphat Chatchaipoirat, Kanyawee Sonmuang, Narikun Ketprapakorn. Nah? Banyak kan pemain yang familiar?

The Silver Lining

Silver Lining (Copy)

Biasanya nih, kalau saya nonton drama atau film antopologi entah produksi dari Negara manapun, pasti ada silver lining atau benang merah antara satu cerita dengan cerita lainnya. Masih ingat film 4bia? Itu menurut saya jenis antopologi yang oke banget.

Kenapa? Karena setelah ditelusuri, cerita pertama ternyata ada kaitannya kepada cerita kedua, lantas cerita kedua juga ada kaitannya dengan cerita ketiga. Begitu seterusnya hingga cerita terakhir ternyata menyambung pada cerita pertama. Keren kan?

Nah, dalam drama Thirteen Terrors ini sayangnya tidak ada silver lining yang muncul. Kemungkinan besar kesamaan dari keseluruhan ini ya terror saja. Terror dari hantu, dari masa lalu dari orang psikopat dan terror-terror lainnya. Kalau saja dari 13 episode ini saling terkait meski dari hal yang simple seperti ternyata sekolah di episode pertama itu juga adalah sekolah tempat belajar para pemain di episode 2.

Semoga saja kalau ada Season dua dari drama series Thirteen Terrors ini, ceritanya jadi semakin baik dan juga terdapat benang merahnya, supaya para penonton bisa menggumam ‘Ah! Ternyata begitu ceritanya’ daripada ‘Oh, begini saja’.

LGBT is a Thing

The Blue Hour (Copy)

Bukan drama Thailand namanya kalau tidak ada unsur LGBT-nya. Meski tema drama ini total horror, tetap saja sutradara Thirteen Stories memasukan cerita gay dalam plot. Bisa kita lihat di episode terakhir yaitu episode 13. Ceritanya mengenai seorang anak lelaki yang kerap dijadikan sasaran keluarganya apabila ada masalah belum lagi suka dicela karena dirinya seorang gay.

Suatu waktu dia bertemu dengan pria lainnya yang sangat peduli padanya dan akhirnya mereka berpacaran. Anak lelaki itu bercerita banyak mengenai keluarganya yang suka menghakiminya, tebak apa yang dilakukan oleh pasangan anak lelaki itu. Dia menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh seluruh keluarga pasangannya.

Di akhir film, setelah semua terbunuh, pasangan gay itu masuk ke dalam danau, menenggelamkan diri bersama-sama dan cerita pun selesai. Disini saya penasaran sih, apakah mereka berdua melanjutkan hidup atau memang ingin bunuh diri bersama. Sayang sekali ceritanya menggantung sehingga saya sendiri pun tidak bisa menebak endingnya bagaimana.

Overall, drama series ini cukup oke untuk nemenin waktu kalian di weekend bareng sama teman-teman. Kalau sama keluarga, yang dibawah umur jangan diajak ya. Karena ada beberapa adegan yang lumayan gore dan disturbing gitu lah. Belum lagi ada adegan kasar yang tidak patut dicontoh. Bijak dalam menonton yaa!

Semoga review kali ini tidak banyak memberikan spoiler ya. Tayang tahun 2014 kemarin bukan tidak lagi fresh. Saya yakin masih banyak juga nih kalian yang belum nonton bahkan belum tau kalau ada film ini. Buat kalian yang sudah menonton, cerita mana nih yang kalian suka dari total 13 episode yang ada? Tulis di kolom komentar ya! Happy watching guys! Let the drama thrills y’all.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram