Sinopsis & Review Our Skyy 2, Couple BL Favorit Kembali Beraksi


Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Episode dua alias episode penutup Our Skyy x Vice Versa cukup indah. Mengapa? Karena ceritanya sangat realistis. Berbanding terbalik dengan kisah utama mereka di Vice Versa (2022) yang bertemakan sci-fi fantasi, cerita pendek yang dibawakan di Our Skyy begitu relate dengan kejadian sehari-hari.
Stres dengan pekerjaan, kurang komunikasi dengan pasangan, kesiapan memiliki anak, semuanya dibahas dalam dua episode singkat saja! And they did it beautifully. Menurut saya Our Skyy x Vice Versa menjadi salah satu sekuel yang paling bagus dari segi cerita.
Walaupun menyelipkan cerita tentang memiliki anak, Vice Versa enggak meng-glorify kalau pasangan muda yang memiliki anak itu selalu bahagia. Ada kalanya mereka kesulitan, ada kalanya sang anak merengek dan membuat kesalahan hingga orang tua marah.
Kesiapan menjadi orang tua dijelaskan dalam menit-menit akhir episode, tapi bisa tersampaikan dengan baik. Sangat berbeda dengan Our Skyy x Star and Sky, yang terlalu menjual mimpi anak muda.
Well, mungkin karena perkiraan usia karakter Star and Sky memang masih muda (sekitar umur 18-19 tahun), sementara karakter di Vice Versa sekitar 30 tahunan with real job. Jadinya cerita Vice Versa sangat masuk akal saking relateable-nya.
Kalau untuk akting, enggak ada yang spesial. Bukan berarti akting para pemerannya buruk, tapi ya enggak 'wah' saja. Tapi, untuk segi ceritanya sangat menggambarkan usia peralihan 20-an ke 30-an. Simpel, memang, tapi kita kan sudah dibuat pusing dengan multiverse Vice Versa. Jadi, untuk episode pendek ini, sangat tepat kisahnya dibuat simpel.
Sinopsis OurSkyyxNeverLetMeGo
LDR-an selama tiga tahun, Nuengdiao (Phuwin Tangsakyuen) akhirnya kembali ke Bangkok untuk sementara, karena ia masih harus menyelesaikan studinya di luar negeri. Walau hubungan mereka sempat renggang karena waktu dan jarak, Palm (Pond Naravit) tetap berusaha memenuhi semua keinginan Nuengdiao-nya selama di Thailand.
Sayang, rencana lovey-dovey mereka jadi berantakan. Semua karena mereka bertemu dengan seorang peramal di kuil yang mengubah hidup mereka selamanya. Berikut sinopsis dan ulasan Our Skyy 2: Never Let Me Go.
Episode 1

Nuengdiao Kiattrakulmethee sudah tiga tahun tinggal di luar negeri untuk kuliah. Sementara Palm Pannakorn Jannaloy stay di Thailand untuk menjalankan bisnis barnya. Pada awalnya, hubungan jarak jauh mereka berjalan lancar. Tapi, lama kelamaan Palm jadi sulit untuk diajak mengobrol.
Padahal, itu satu-satunya cara berkomunikasi yang bisa mereka lakukan, sebab mereka hanya bertemu secara real dalam setahun sekali saja. Sikap Palm akhir-akhir ini yang 'cuek' membuat Nuengdiao frustasi dan memutuskan untuk pulang ke Bangkok. Mendengar kekasihnya mau datang, tentu saja Palm sangat semangat.

Ia berdandan ganteng dan pergi ke bandara untuk menyambut ayangnya. Tapi, Nuengdiao tiba dengan wajah yang ditekuk. Rupanya ia masih kesal karena Palm jarang ada waktu untuknya belakangan ini. Walau dijudesin habis-habisan, Palm tetap tersenyum gemas pada kekasihnya.
Setelah diajak makan di restoran masakan Thai Selatan yang selama ini Nuengdiao idam-idamkan, barulah ia jadi lebih tenang. Nuengdiao juga akhirnya mengetahui fakta kalau Palm membuka restoran tersebut di Bangkok agar suatu saat nanti mereka bisa tinggal bersama di ibukota.

Soalnya, kalau Nuengdiao mengurus hotel keluarganya di Bangkok, dan Palm masih tinggal di pulaunya mengurus bar, mereka tetap LDR lagi, dong? Setelah makan, Palm dan Nuengdiao menyambangi kuil untuk membuat merit bersama. Tiba-tiba ada kejadian aneh menimpa mereka.
Seorang lelaki paruh baya yang tadinya berniat mengembalikan gelang Nueng yang jatuh, enggan melepaskan tangannya. Nueng panik yang membuat Palm ikut emosi juga, karena paman itu enggak mau menjauhkan tangannya dari tangan pacarnya. Kemudian paman itu melontarkan perkataan yang membuat keduanya penasaran.

Kata si paman, ia bisa mengetahui masa depan Nueng dan Palm, kalau keduanya enggak ditakdirkan untuk bersama. Sebab, mereka berdua merupakan belahan jiwa di setiap kehidupan yang mereka jalani, tapi mereka selalu berakhir terpisah. Nueng dan Palm di garis kehidupan ini pun sama, mereka ditakdirkan untuk bertemu tapi kemudian berakhir.
Paman peramal itu juga mengatakan kalau Nueng sedang dikejar oleh orang yang ingin membunuhnya. Palm semakin skeptis, ia yakin kalau peramal itu hanya membual. Tapi, sang peramal enggak meminta uang ritual atau semacamnya, ia justru mengatakan Palm dan Nueng harus kembali ke tempat mereka mengikrarkan janji mereka.

Nueng cukup kepikiran dengan apa yang dikatakan paman misterius itu, tapi Palm meyakinkan kalau takdir apapun yang menyatakan perpisahan mereka, ia yakin dirinya dan Nueng bisa memilih jalan hidup mereka sendiri.
Tahun depan Nueng akan selesai dengan studinya dan kembali ke Thailand for good, Palm juga akan pindah ke Bangkok supaya mereka bisa tinggal bersama. Ketika Nueng hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar teriakan keras. Keduanya berlari ke sumber suara. Ternyata seorang ibu-ibu sedang ditagih hutang oleh rentenir.

Mereka berusaha membantu bibi itu yang membuat keduanya dikejar oleh para rentenir dengan sajam tersebut. Terpojok, Palm dan Nueng seharusnya babak belur, tapi mereka malah terbangun di tempat lain, dengan latar waktu berbeda. Mereka kembali ke masa lalu, di mana Palm merupakan seorang tuan muda.
Phum (Pawin Kulkaranyawich), teman Palm, juga ada di sana. Tapi, ia bernama Petch dan merupakan pelayannya. Ternyata pada masa ini Palm bernama Poramet. Ia putra tunggal dari Tuan Besar Teeradej dan Nyonya Panadda. Petch datang ke kamar Poramet (nama Palm di realita ini) kalau ada seorang budak yang dikirim untuk melayaninya.

Sebab, ayah budak itu meminjam uang tapi enggak mampu mengembalikannya, sehingga anaknya diberikan pada Poramet untuk bekerja di sana. Budak itu ternyata Nueng, ya, Nuengnya! Anehnya, Nueng yang ada di sini enggak mengenali Poramet. Tenang, enggak butuh waktu lama, Nuengnya sudah ingat lagi, kok.

Soalnya selama ini Nueng hanya pura-pura enggak mengenali Palm, supaya orang di sekitar mereka enggak curiga. Setelah mereka hanya berdua saja, Nueng mengaku kalau ia ingat ia datang dari masa depan. Mereka ingat, ketika di masa mereka, preman menebas gelang matahari Nueng hingga putus.
Mereka berpikir, mereka dibawa kembali ke masa lalu untuk mengangkat kutukan mereka, bahwa mereka enggak ditakdirkan untuk bersama. Untuk bisa pulang, keduanya yakin harus bisa menemukan gelang matahari Nueng. Sementara itu, mereka berusaha blend in dengan warga sekitar, berlaku sebagai tuan dan budak pada umumnya.

Well, walaupun tentu saja Palm memanjakan sekaligus mengerjai Nueng. Soalnya, situasi kali ini berbanding terbalik dengan mereka yang sebenarnya, di mana Palm yang miskin dan Nueng yang tajir melintir. Suatu hari ketika sedang mengajak Petch dan Nueng jalan-jalan ke pasar, ada seorang turis bule yang mengajak warga lokal mengobrol.
Tapi, tentu saja para pedagang itu enggak mengerti, karena sebagai orang miskin mereka enggak bisa sekolah apalagi belajar bahasa asing. Nueng, yang aslinya orang kaya dan sangat pintar, juga beberapa tahun tinggal di luar negeri, tentu saja fasih berbahasa Inggris.
Ia pun menolong salah seorang pedagang, Kla (Marc Pahun), dan menerjemahkan semua perkataan si bule dan Kla. Tentu saja hal ini memicu kekaguman sekaligus kecurigaan, bagaimana bisa seorang budak lancar berbahasa asing. Kla sampai menuduh Nueng mata-mata.

Tapi, kemudian Poramet a.k.a Palm steps in dan mengatakan Nueng belajar darinya. Untungnya alasan itu bisa dipercaya, padahal kenyataannya bahasa Inggris Nueng jauh lebih baik daripada Palm. Ketika berjalan kaki berdua, mereka enggak sengaja bertemu (atau lebih tepatnya ditemukan) oleh paman peramal tempo hari!
Palm dan Nueng langsung mencecar paman itu dengan pertanyaan bagaimana cara mereka bisa pulang. Tapi, paman itu mengaku enggak mengerti apa yang mereka bicarakan. Bisa saja ia sama seperti Phum yang hidup sebagai Petch di masa ini, sehingga enggak mengenal Palm dan Nueng dari masa depan.
Paman itu enggak terlalu mengerti, mengatakan kalau ia enggak bisa membantu mereka. Sebab, pada masa itu cinta sesama jenis sangat terlarang. Biarpun salah satunya bangsawan, tetap saja hal ini enggak dapat diterima oleh siapapun.

Panik, Palm dan Nueng pergi mencari gelang matahari di pohon tempat Nueng terbangun untuk pertama kalinya. Tapi, mereka enggak berhasil menemukannya. Mereka sempat berbagi momen romantis, tapi setelah itu mereka bertengkar. Soalnya Nueng akhirnya memberanikan diri untuk berkata jujur pada Palm apa yang selama ini ia pikirkan.
Yakni keinginannya untuk meneruskan program Magister di Amerika Serikat, jadi setelah lulus S1, ia enggak akan langsung pulang ke Thailand seperti yang sudah Palm pikirkan selama ini. Tentu saja Palm sangat kecewa, sebab selama ini sambil menunggu kepulangan Nueng, ia memantaskan diri dengan mengejar paket sekolah.
Ia juga berbisnis untuk mendapatkan uang yang banyak, walau tetap enggak akan bisa menyusul kekayaan Nueng yang sudah privilaged sejak lahir. Tapi Nueng berdebat, katanya Palm akan selalu mendukung mimpinya, dan ia juga ingin Palm melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri bukan untuk Nueng.

Palm sangat kesal dan meninggalkan Nueng sendirian di hutan. Enggak lama setelah itu, terdengar suara teriakan Nueng. Palm bergegas ke sumber suara hanya untuk melihat Nueng sedang dihukum cambuk oleh Petch. Ia menuduh Nueng seorang penyihir yang telah mengubah sikap dan pikiran Poramet menjadi aneh.
Poramet (Palm) marah besar dan menunjuk Nueng sebagai pelayan dekatnya, menggantikan posisi Petch. Walaupun sempat marah pada kekasihnya, tentu saja Palm enggak mau Nueng disakiti. Palm akan berusaha menggunakan wewenangnya selama di sini untuk melindungi mereka berdua.
Episode 2

Palm dan Nueng akhirnya tidur di kamar yang sama, yakni kamar Poramet. Tapi, saat terbangun, mereka masih ada di sana, di masa lalu. Karena masih terjebak di sana, ya mereka kembali berakting layaknya lord dan servant. Palm punya ide bagus agar pelayan lainnya enggak curiga ataupun membenci Nueng lagi.

Palm mengutus Nueng untuk mengajarkan para pelayan cara membaca dan menulis dalam Bahasa Thai juga bahasa asing. Itu berhasil membuat para pelayan jadi lebih dekat dan menyukai Nueng. Setelah mandi bersama di sungai, Palm dan Nueng kembali ke dalam secara terpisah agar orang-orang enggak curiga.

Enggak disangka-sangka, Nueng dihentikan oleh Petch. Ia menanyakan soal Nueng dan Poramet, Nueng tentu saja enggak menjawab apapun, hingga Petch bilang ia punya yang Nueng cari. Ya, ia menemukan gelang Nueng, benda yang mereka percaya jadi kunci agar bisa pulang.
Petch akan mengembalikan gelang itu dengan satu syarat, yakni membantunya mendekati penjual aksesoris di pasar tempo hari, Kla. Ternyata Petch juga sama seperti Nueng dan Palm, ia menyukai pria. Tentu saja ia enggak seberani keduanya karena ia sungguhan berasal dari masa itu dimana LGBT dianggap enggak bermoral di Thailand.

Palm tadinya sempat marah dan ingin menghukum Petch karena menyulitkan mereka, tapi Nueng mengingatkannya untuk enggak termakan posisinya saat ini sebagai orang penting. Lagi pula permintaan Petch enggak sulit dan akhirnya mereka berdua bersedia membantunya.
Setelah mendapatkan kembali gelang Nueng, mereka berharap untuk bisa segera pulang tentu saja. Tapi, ketika mereka berpelukan, enggak terjadi apapun! Itu sempat membuat mereka frustasi, walau begitu mereka tetap berusaha tenang. Malamnya, Nueng mengajak para pelayan untuk memberikan surprise ulang tahun pada Poramet.

Keesokan harinya, mereka merayakan Songkran. Palm dan Nueng melihat para preman—well, leluhur mereka—yang tempo hari mengejar mereka menggunakan sajam. Palm berpikir jika ia 'membuat masalah' dengan mereka, alias mengulang hal terakhir yang mereka lakukan, bisa menjadi tiket pulang.

Dan, ya, benar saja ketika preman itu mengayunkan pisau pedangnya dan mengenai gelang Nueng, Palm dan Nueng kembali ke timeline mereka. Tapi, mereka masih khawatir kutukan kalau mereka enggak bisa bersama masih terus berjalan. Kemudian mereka ingat apa yang dikatakan paman peramal pada waktu itu.

Palm dan Nueng harus kembali ke tempat mereka berikrar janji cinta, yang berarti di bawah pohon besar yang sama dengan yang di masa lalu. Mereka pun mencari-cari manor yang memiliki pohon besar. Ketemulah satu manor yang ternyata dimiliki Phum! Kata ayahnya, leluhur Phum merupakan pelayan terdekat dari Lord Poramet.

Dan, karena Poramet enggak memiliki keturunan, manor itu diwariskan pada leluhurnya Palm. Phum di masa ini berpacaran dengan Kan (Marc Pahun). Jadi, walau mungkin di masa lalu mereka enggak bisa bersama, tapi di masa ini mereka bisa melakukannya.

Setelah semuanya selesai, Nueng membahas rencana S2-nya pada Palm. Ia sempat berpikir kalau Palm ingin hubungan mereka berakhir ketika mengatakan "Aku punya rencana untukku sendiri."
Sesaat kemudian Palm mengeluarkan paspor dan mengatakan kalau ia akan ikut Nueng ke Amerika Serikat. Nueng dan Palm sekali lagi, enggak akan terpisahkan.
Visualisasi Memanjakan Mata

Berbeda dari semua judul Our Skyy 2, Never Let Me Go atau NLMG menggunakan filter kuning warm. Mengingatkan penonton pada daerah tropis yang hangat, karena memang NLMG banyak mengambil scene di pantai.
Lalu kostum! Wah, saya jarang menonton drama kolosal Thai, jadinya saya takjub melihat wardrobe dan situasi pada masa lalu yang digambarkan di NLMG. Bukan hanya kostum, tapi latar tempat, gaya berbicara, hingga tradisi Thailand masa lampau yang ditampilkan, semuanya bisa menambah wawasan penonton tentang sejarah negara tersebut.
Saya takjub melihat gestur Petch yang selalu bersimpuh, bahkan merangkak, ketika Poramet (Palm ya ini) ada di sekitarnya. Lalu, bagaimana semua orang enggak menggunakan alas kaki, sementara Poramet di dalam istananya pun menggunakan semacam kaos kaki. Lalu ada tindak-tanduk kasta juga.
Petch yang merupakan pelayan kerajaan memiliki pakaian yang bersih, sementara Nueng sebagai budak bahkan enggak pakai baju sama sekali. Badannya juga kotor seakan-akan budak memang enggak berhak bersih.
Cerita Paling Menarik dengan Bumbu Fantasi

Sama seperti Our Skyy yang pertama, Our Skyy yang keduanya juga ada salah satu cerita yang bertemakan fantasi. Nah, yang dapat tema ini adalah Never Let Me Go. Our Skyy yang Senior Secret Love: Puppy Honey menceritakan Pick dan Rome yang tiba-tiba berukar tubuh. Kalau NLMG Palm dan Nueng-nya kembali ke masa lalu.
Dengan konsep seperti ini, cerita bangsawan Thailand masa lalu, dan juga bumbu supernatural, saya ingin menyatakan kalau Our Skyy: Never Let Me Go merupakan side story yang paling menarik dari Our Skyy 2.
Ada Hal yang Enggak Masuk Akal

Walau begitu, ada kekurangan juga dari serial ini. Bukan untuk sisi fantasinya, ya, karena namanya juga khayalan. Tapi ketika episode terakhir, Palm mengatakan kalau ia akan mengikuti Nueng ke Amerika selama beberapa bulan. Selama di sana, ia akan bekerja sebagai waiter untuk mencari pengalaman buat restorannya di Bangkok.
Yang aneh, Palm dan Nueng kan baru kembali dari masa lalu belum lama ini. Karena enggak diceritakan jarak waktunya, jadi saya simpulkan enggak terlalu jauh dari ketika mereka kembali dari masa lampau. Bukankah mengurus Visa enggak semudah itu?
Masa di hari keberangkatan Nueng, Palm sudah siap dengan semua keperluan pendataannya? Itu saja, sih, kekurangan serial ini. Untuk sinematografi, jalan cerita dan akting para pemainnya kece parah.
Sinopsis OurSkyyxMySchoolPresident
Di My School President yang kita kenal, Gun dan Tinn sudah menjadi pasangan, bukan? Tapi, di Our Skyy 2: My School President ini, Gun dan Tinn masih dalam tahap PDKT. Enggak, bahkan itu hanya perasaan sepihak Gun saja. Kok, bisa begitu? Apa latar waktu Our Skyy berjalan mundur?
Ternyata bukan begitu, teman-teman, kisah Our Skyy 2 ini merupakan alternate universe dari My School President yang kita sudah ketahui. Dimana Gun lah yang merupakan ketua OSIS yang diteladani.
Sementara Tinn adalah pemimpin klub musik yang nakal dan berjiwa bebas. Ia juga memiliki mimpi untuk memenangkan kontes musik 'Hot Sound' bersama teman-teman band-nya. Ingin tahu seperti apa TinnGun dan teman-temannya di semesta lain? Simak sinopsis "My School President: Multiverse of Cuteness" di bawah ini, yuk~
Episode 1

Tinn (Gemini Norawit) terbangun pagi itu dengan satu tujuan, yakni mengusahakan yang terbaik agar klub musik enggak ditutup oleh kepala sekolah. Di tempat lain, Gun (Fourth Nattawat) juga terbangun dengan semangat yang kurang lebih sama. Psst, karaker mereka seperti betukar tempat dengan semesta My School President yang kita tahu!
Anyway, sesampainya di klub musik sekolah, Tinn kesal melihat teman-temannya enggak ada yang becus latihan musik. Mereka malah bersantai makan-makan dan main game di HP.
Padahal ia ingin memenangkan kejuaraan musik Hot Sound bersama band klub musik, Lion. Tapi, Thiwson (Mark Pakin) memberitahun Tinn kalau kepala sekolah Niyomsil Suksa School sudah diganti. Psst, nama sekolah ini diambil dari nama sutradara Our Skyy 2: My School President, yaitu Au Kornprom Niyomsil. Ada-ada saja, ya?

Sekarang, yang menjadi kepala sekolah adalah mantan wakasek mereka, Ratchanee (Lookwa Pijika). Sebagai pengganti kepala sekolah yang baru, Ratchanee memiliki misi untuk membangun kembali reputasi sekolah sebagai lembaga akademik luar biasa.
Ketika sedang mengolok-olok pidato kepala sekolah, Thiwson mengingatkan Tinn kalau putra Ratchanee ada di belakang barisan mereka. Melihat ke belakang, Tinn langsung bertatap muka dengan Guntaphon (Fourth Nattawat). Kita, penonton, bisa mendengar isi hati Gun kalau ia sangat terpukau pada visual Tinn.

Untunglah Por (Ford Arun), temannya, mengingatkan Gun untuk bersikap biasa saja supaya enggak ketahuan kalau ia nge-crush Tinn. Sebagai kepsek baru, Ratchanee memiliki regulasi baru juga. Yakni ia akan menutup klub yang anggotanya enggak aktif dan klubnya enggak menguntungkan sekolah.
Tapi, peraturan sekolah mengatakan kalau pihak berwenang yang dapat menutup klub hanya ketua OSIS. Itu dibenarkan oleh Ratchanee. Tinn langsung mengangkat tangannya, ia dengan lantang mencalonkan diri sebagai ketua OSIS.

Sayang, peraturan sudah diganti dan bahkan ketua OSIS sudah ditetapkan. Ia adalah Guntapon Wongwittaya, anak kepala sekolah sendiri. Bukan hanya anggota klub musik yang terkejut, tapi Gun sendiri juga kaget bukan main tiba-tiba ditunjuk seperti itu.
Anggota klub musik 'menumbalkan' Sound (Satang Kittiphop) untuk membujuk Win (Winny Thanawin) bergabung dengan klub. Karena Win sudah lumayan terkenal, jika ia bergabung di band Lion, bisa meningkatkan kemungkinan klub enggak dibubarkan. Berbeda dengan parent story-nya, di sini Win dengan mudah mengiyakan ajakan mereka.

Siang itu, band Lion hendak latihan di main hall sekolah. Aksi mereka kelihatan oleh Gun dan Por. Mereka khawatir jika dibiarkan, pihak sekolah akan semakin membenci klub musik sebab mereka menggunakan tempat umum tanpa izin dan akan bermain musik di jam pelajaran.
Por langsung mencoba mencegat penjaga sekolah yang bisa saja datang ke sana, sementara Tinn berusaha 'mengusir' band Lion. Maksud Gun baik, yaitu supaya mereka enggak kena marah, tapi cara yang ia gunakan memang kurang enak didengar.

Setelah band Lion menyelesaikan satu lagu, petugas keamaan datang. Rupanya saat Por lari ke pos penjaga, ia saling silang dengan petugasnya sehingga enggak bertemu. Band Lion sudah keburu lari tunggang langgang dikejar penjaga ketika Por mengabarkan Gun kalau mereka akan aman.
Akhirnya anggota klub musik dipanggil oleh kepala sekolah. Ibu Tinn datang sebagai salah satu wali. Tapi, kali ini ibu Tinn enggak membela, ia justru mendukung Ratchanee untuk menghukum semuanya. Hukuman pun dijatuhkan, yakni klub musik harus vakum selama satu tahun.

Gun sangat kesal, karena seharusnya enggak jadi seperti ini. Ia sudah menyusun rencana dengan apik, mulai dari klub musik yang mengikuti kontes di tempat yang ia sarankan, hingga akhirnya ia dan Tinn menjadi kekasih. Tapi, dari awal saja rencananya sudah ambyar. Por selaku best friend-nya Gun bertanya, kok sampai segitunya suka sama Tinn?

Gun pun menjawab, saat ia sedang sedih karena ibunya sibuk, padahal itu hari ulang tahunnya, Tinn memberikan ia semangkuk dessert dan bahkan bernyanyi untuknya. Sejak saat itu, Gun jatuh cinta dan perasaannya terus berkembang.

Mengerti perasaan sahabatnya, Por memberi ide pada Gun membujuk ibunya agar mencabut hukuman pada klub musik. Gun pun memberanikan diri menanyakan hal tersebut pada ibunya. Sebagai kepala sekolah, tentu ibu Gun harus menaati peraturan. Tapi, ia akhirnya mengiyakan permintaan Gun, namun ada syaratnya.
Yaitu setiap anggota klub musik harus lulus pada semua mata pelajaran untuk UTS nanti. Akan tetapi, bukannya belajar, semua anggota klub malah 'berdoa' pada maskot band mereka supaya mereka bisa menebak jawaban yang tepat saat ujian. Itu membuat Gun dan Por yang menguping percakapan mereka sangat frustasi.

Gun langsung menggunakan akun alter-nya, Chinzhilla, dan mem-posting di akun Band Lion. Ia mengatakan kalau anggota band bisa meminta sesi tutoring dengan Gun karena ia pintar dan baik. Dan, ya, weekend nanti semua anggota Lion akan datang ke rumah Gun untuk belajar.
Berkat kecerdasan Gun dan Por, semua anggota klub musik yakin akan lulus UTS tertulis, tinggal tes terakhir saja yang mereka khawatirkan yakni ujian dansa. Malam itu semuanya menginap di rumah Gun. Kebetulan Tinn kabur ke ruang tamu karena Sound mengorok. Dengan alasan yang sama, kalau Por mengorok, Gun mengikuti Tinn.

Tinn dan Gun pun saling menanyakan masing-masing untuk menjadi pasangan berdansa saat ujian nanti. Tapi, pada akhirnya mereka enggak jadi pasangan. Sementara itu, daftar nilai UTS sudah keluar. Semua anggota band Lion lulus, dan kepala sekolah pun mengaktifkan kembali klub musik.

Untuk merayakan nilai mereka yang naik drastis, dan kembalinya klub musik pada kejayaan, semua anggota band Lion mau makan shabu. Tapi, Tinn tetap tinggal sebentar untuk mengobrol dengan Gun yang 'kebetulan' ada di sana. Ia menanyakan mengapa Gun begitu peduli pada mereka semua, apakah Gun menginginkan sesuatu atau enggak.
Gun bisa saja menyatakan perasaannya saat itu juga, tapi ia belum berani. Ia jadinya cuma bilang kalau ingin klub musik menang mengikuti kompetisi musik Hot Wave (karena kompetisi Hot Sound sudah berakhir).
Dengan memenangkan Hot Wave, maka klub musik juga akan mengharumkan nama sekolah, itu alasan Gun. Untuk saat ini, Tinn memutuskan untuk percaya pada jawaban Gun, tapi jauh di lubuk hatinya, ia sudah memiliki persepsinya sendiri.
Episode 2

Dengan alasan Por yang menyuruh, Gun (Fourth Nattawat) memberikan majalah pada Tinn (Gemini Norawit) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang 'bisa membuat mereka jadi lebih dekat'. Dan, entah disengaja atau enggak, Tinn selalu memberikan yang di luar harapan Gun.
Sementara itu, Win (Winny Thanawin) dan Sound (Satang Kittiphop) sedang latihan rugby sebelum syuting video musik lagu mereka. Sama seperti kondisi Gun dan Tinn, yang dilakukan Win dan Sound juga enggak berjalan lancar.

Masih belum selesai dengan pertanyaan-pertanyaan dari majalah, walau teman-temannya yang lain sudah tertidur (mereka lagi menginap bareng di sekolah), Gun melanjutkan obrolan ini dengan Tinn.
Karena mereka terlalu berisik, akhirnya keduanya dimarahi oleh dua temannya yang terbangun. Belum mengantuk, akhirnya Tinn dan Gun berjalan-jalan hingga ke lapangan sekolah. Selain Tinn dan Gun, pasangan potensial di side story ini adalah Sound dan Win. Apakah sama dengan parent story-nya di semesta lain? Hihihi.

Suatu malam ketika meneruskan pertanyaan dari majalah, pertanyaan terakhirnya adalah 'saling tatap selama 1 menit dan berikan pertanyaan apapun yang ada di benakmu'. Tinn menggunakan kesempatan itu untuk bertanya "Kamu menyukaiku?" pada Gun. Panik dan malu, Gun mengalihkan topik pembicaraan dan meninggalkan Tinn di koridor.

Setelah itu, Gun jadi galau sendiri. Ia curhat pada Por (Ford Arun) di ruangan lain. Ia ingin sekali menjawab 'iya' pada pertanyaan Tinn, tapi ia takut ditolak. Akhirnya, Gun menghindar dari Tinn habis-habisan. Ia mangkir dari klub musik dan bilang enggak bisa lanjut syuting MV lagi.

Di semesta ini, ibu Tinn tetap diperankan oleh Tao Sarocha, tapi ia bukan kepala sekolah melainkan pemilik kafe kecil-kecilan! Terus, sifatnya sangat berbanding terbalik dengan ibu Tinn yang ada di universe My School President yang kita tahu.
Gun datang ke kafe ibu Tinn bukan untuk bertemu dengan Tinn, tapi untuk beli Jumba—dessert es serut manis buatan ibu Tinn. Walau, tentu saja itu hanya sebuah alasan. Ibu Tinn menyadari kalau Gun sedang menyimpan sesuatu. Ketika suatu siang Gun kembali ke kafe, ia berpapasan dengan Tinn yang baru pulang dari sekolah sehabis syuting MV.

Tapi, karena memang sudah mau pulang, Gun langsung pergi. Tinn juga enggak bisa berkata apa-apa karena hubungan mereka sedang renggang. Melihat mic standee di kafenya, Tinn jadi teringat ketika Gun datang ke kafenya dalam keadaan cemberut.
Tinn mengetahui hari itu merupakan ulang tahun Gun, tapi ibunya yang kepala sekolah masih sibuk rapat. Sehingga Gun harus menghabiskan hari ulang tahunnya seorang diri. Tinn pun membuatkan Jumba untuk Gun hari itu, yang menjadi memori ulang tahun terbaik bagi Tinn seumur hidupnya.

Ibu Tinn yang melihat anaknya lesu usil mengatakan kalau semua orang tampak patah hati. Ia 'ember' pada anaknya, kalau Gun sudah menyukai teman sekelasnya sejak kelas 10. Gun juga meminta pada ibunya yang kepala sekolah untuk menjadikannya ketua OSIS bukan tanpa sebab. Gun ingin menyelamatkan klub musik agar enggak jadi ditutup.

Mendengar itu, Tinn langsung semangat lagi dan berlari ke arah sekolah, berpikir Gun ada di sana. Di sisi lain, Gun yang baru saja curhat pada Por dan Thiwson merasa jadi lebih percaya diri untuk mengungkapkan perasaannya.
Akhirnya ia berlari ke kafe Tinn, tapi ia enggak ada di sana tentu saja, karena di saat bersamaan mereka berlari ke arah berbeda. Walau begitu, akhirnya mereka bertemu di kolam renang sekolah, dan Gun yang pertama menyatakan cinta. Ia jadi lebih berani, seperti dirinya di semesta yang lain. Dan, ya, walhasil TinnGun di universe ini jadian juga!
Another Multiverse from GMMTV

Dimulai dari Vice Versa (2022), sekarang Our Skyy 2: My School President. Sudah dua kali GMMTV menggunakan tema semesta lain dalam kurun waktu berdekatan. Sepertinya GMMTV memang lagi demen banget sama konsep multiverse.
Bukannya enggak suka, konsep ini menurut saya sangat menarik. Kita enggak perlu berkhayal lagi, kira-kira kalau karakter favorit kita ada di semesta lain, jalan ceritanya akan seperti apa, ya? Tapi, menurut saya kali ini GMMTV 'bermain aman' dalam mengeksekusi konsep multiverse-nya.
Karena, mereka hanya seperti membolak-balikkan karakternya saja. Tinn jadi Gun dan Gun jadi Tinn, karakter yang lain juga begitu. Kemudian dua episode Our Skyy 2: My School President ini jadinya seperti My School President (2022) in a nutshell.
Seluruh dua belas episode parent story-nya 'dirangkum' hanya saja diputar balikkan karakter-karakternya, kemudian dijadikan side story. Jatuhnya jadi kurang kreatif kalau menurut saya. Akan lebih menarik jika jalan ceritanya enggak terlalu sama dengan cerita inti My School President. Kalau benar seperti itu, baru namanya multiverse!
Iklan Paling Smooth Sepanjang Series

Kamu mungkin sering melihat saya komplain soal iklan yang diselipkan di setiap series Our Skyy 2. Tapi, untuk porsi iklan di Our Skyy 2: My School President, saya benar-benar enggak akan protes. Dua jempol buat penulis naskah iklan, dan tentu saja para aktornya, yang bisa menyelipkan advertensi ke dalam plot secara mulus.
Saya padahal sudah menantikan kalimat seperti "Motor ini jago dibawa ngebut, jadi kita enggak akan telat." atau "Wah, minuman ini nyegerin banget!" ketika segmen iklan muncul. Akan tetapi, mereka enggak mengatakan hal-hal yang enggak mungkin diucapkan orang pada percakapan normal.
Kamera hanya terkadang fokus pada produk iklan, menyorotnya sebentar sebelum kembali ke para aktornya. Menurut saya seharusnya serial GMMTV yang lain mencontek yang dilakukan sutradara Au Kornprom, juga screenwriter Bee Pongsate dan Pratchaya Thavornthummarut perihal penempatan iklan di dalam adegan.
Akting Para Aktor yang Lumayan

Pertama-tama saya mau mengapresiasi Gemini Norawit yang berperan sebagai Tinn dan Fourth Nattawat sebagai Gun di sini. Buat yang belum mengerti, Our Skyy 2: My School President ini kan multiverse dari My School President (2022). Di mana karakter Gun aslinya diperankan Gemini dan Tinn diperankan oleh Fourth. Jadi di sini mereka bertukar peran.
Untuk Fourth yang beraking sebagai Gun terbilang oke, tapi Gemini yang jadi Tinn menurut saya masih 'kurang nakal'. Atau, bisa juga karena faktor serial ini cuma punya dua episode jadinya penanaman karakter di benak penontonnya kurang dalam. Sebab sebelumnya kita menonton 12 episode di mana Fourth sebagai Gun dan Gemini sebagai Tinn.
Jadi, wajar jika karakter yang awal memang lebih melekat di benak penonton. Walau begitu, Gemini dan Fourth bisa berakting natural seperti biasa.
Padahal jam terbang mereka belum terlalu banyak di dunia seni peran, tapi enggak ada sedikit pun kecanggungan ketika mereka beradu akting. Sementara itu, beberapa karakter teman Tinn dan Gun masih perlu banyak belajar akting, sih.