bacaterus web banner retina

Review & Sinopsis Film Romantis Jepang Your Eyes Tell

Ditulis oleh Syuri K.N.
Your Eyes Tell
3.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Your Eyes Tell (きみの瞳(め)が問いかけている) adalah salah satu film Jepang yang paling dinantikan pada akhir tahun 2020. Jika kamu penggemar film Jepang, atau film ber-genre romantis, mungkin telah menambahkan film ini pada list tontonan juga.

Film ini menggaet Ryusei Yokohama dan Yuriko Yoshitaka sebagai bintang utamanya. Mereka merupakan aktor dan aktris muda yang lagi naik daun di Jepang.

Jika membaca sinopsisnya nanti di bawah, kamu mungkin akan berpikir pernah menonton film dengan cerita yang sama. Karena, Your Eyes Tell (Kimi no Me ga Toikakete Iru) memang merupakan remake dari film Korea Selatan yang berjudul Only You (Always) yang rilis pada tahun 2011.

Penasaran seperti apa sinopsis dan ulasan Bacaterus untuk film yang versi Jepang ini? Scroll terus sampai bawah, ya.

Sinopsis

Sama seperti film versi Korea Selatan yang diperankan oleh So Ji Sub dan Han Hyo Joo, Your Eyes Tell mengisahkan seorang pria yang kehidupannya keras dan gelap, lalu bertemu dengan seorang wanita yang tunanetra. Di sini, karakter yang dimainkan So Ji Sub diperankan oleh Ryusei Yokohama dan perannya Han Hyo Joo dimainkan oleh Yuriko Yoshitaka.

Rui Shinozaki (Ryusei Yokohama) adalah seorang petinju yang bisa saja memiliki karir cemerlang, tapi tiba-tiba meninggalkan sasana tinjunya karena alasan misterius.

Tanpa diketahui pelatihnya, ternyata Rui menghilang karena masuk ke suatu grup mafia dan ia bekerja sebagai penagih hutang untuk mereka. Suatu hari, ada kejadian yang membuat Rui tobat dan pergi dari kehidupan gelap tersebut.

Sekarang, Rui menjalani kehidupannya secara biasa. Bekerja serabutan, asal di jalan yang benar. Ia pun mendapatkan pekerjaan baru sebagai penjaga parkiran di suatu gedung. Ia juga mendapatkan tempat tinggal di sana.

Pada hari pertamanya bekerja, sesuatu yang menarik sudah terjadi. Tiba-tiba ada seorang gadis cantik yang menghampirinya di bilik jaga parkiran.

Gadis itu adalah Akari Kashiwagi (Yuriko Yoshitaka). Akari mengira yang bekerja di sana masih si kakek tua, temannya menonton drama setiap minggunya.

Awalnya Rui bingung kenapa gadis ini tiba-tiba duduk dan mengajaknya mengobrol tentang drama di televisi, bahkan sampai memberinya makanan dan minuman. Namun, ternyata Rui mengerti, kalau Akari tidak bisa melihat.

Walau tidak mengenal satu sama lain, mereka tetap melanjutkan tradisi Akari, yaitu menonton drama bersama setiap seminggu sekali. Seiring waktu, mereka pun jadi semakin dekat dan saling jatuh cinta.

Mereka pun menjalin kasih, tinggal bersama di apartemen Akari, dan Rui pun kembali ke sasana tinjunya yang dulu dan mengikuti pertandingan tinju yang legal.

Suatu hari, Akari mengajak Rui ke 'tempat yang spesial'. Ternyata, itu adalah makam kedua orang tua Akari. Di sana, Akari mengatakan kalau akhirnya bisa mengajak seseorang yang berarti untuknya untuk berkenalan dengan orang tuanya.

Di sana juga, Akari mengatakan kenapa orang tuanya bisa meninggal dan ia menjadi buta. Dulu, Akari dan kedua orang tuanya mengalami kecelakaan mobil tunggal. Akari yang baru mendapatkan SIM membawa orang tuanya berjalan-jalan pada malam hari.

Semuanya berjalan lancar, lalu tiba-tiba saja ada sesuatu yang terbakar yang terjatuh dari gedung tinggi. Hal itu mendistraksi Akari dan akhirnya ia tidak melihat mobil di depannya telah berhenti.

Akari panik dan langsung membanting setir, mobilnya pun terjungkal dan kalian tahu kelanjutannya seperti apa. Rui tahu betul kecelakaan itu, karena secara tidak langsung, ialah penyebab Akari kecelakaan.

Ketika Akari berada di rumah sakit karena retak tulang rusuk, sang dokter mengatakan pula masalah mata Akari pada Rui. Ternyata mata Akari sebenarnya masih bisa sembuh, tapi Akari tidak terlihat memiliki niat untuk melakukan operasi.

Rui pun akhirnya memilih jalan gelap lagi, mengikuti pertandingan tinju ilegal demi mendapatkan uang yang banyak untuk operasi Akari.

Sebenarnya itu seperti dorongan terakhir saja, karena grup mafia tempatnya dulu bekerja telah menandai dirinya dan juga Akari. Ternyata, ketua mafia itu adalah teman masa kecil Rui sewaktu di panti asuhan.

Ia menerima kembali Rui dengan konsekuensi Rui harus meninggalkan jati dirinya dan juga Akari. Setelah mendapatkan uang, Rui pun mengajak Akari untuk dioperasi. Namun, saat membuka mata, Akari tidak melihat Rui di sana.

Cerita dipercepat ke dua tahun kemudian. Akari sekarang sudah bisa melihat lagi. Ia telah sukses menjadi seorang potter, ia juga suka melakukan pekerjaan sukarela di rumah sakit sebagai massager karena Akari pernah belajar memijat sewaktu masih difabel. Di sanalah Akari dan Rui bertemu kembali untuk pertama kalinya.

Tapi, karena Akari tidak punya ingatan akan wujud Rui seperti apa, dan ia hanya memiliki memori tentang punggung Rui yang pernah ia pijat, sehingga ia tidak langsung menyadari kalau salah satu pasien di RS itu adalah Rui-nya. Lalu, bagaimana kelanjutan cerita Akari dan Rui, ya?

Mencintai dan Menerima

Namanya juga film romantis, pasti inti ceritanya tentang cinta-cintaan. Tapi, saya tidak cringe sama sekali sepanjang film ini, malah terbawa dan menikmati jalan perjalanan cinta Rui dan Akari. Mungkin karena kedua karakter ini telah dewasa, jadi mereka punya problem yang lebih dewasa pula.

Jalan hidup mereka pun tidak selalu bahagia dan mudah, jadi film ini tidak selalu berfokus ke sisi romantisnya saja, melainkan memperlihatkan bagaimana sulitnya kehidupan yang mereka jalani. Saya pikir film ini berhasil memberikan porsi yang pas untuk pembagian genre-nya.

Rui yang pernah berada di dunia yang gelap mulai bisa memaafkan dirinya sendiri dan menerima Akari ke dalam kehidupannya yang baru.

Dengan segala keterbatasan yang Akari punya, Rui merasa kehadiran Akari justru membuat dirinya lebih hidup. Begitu pula dengan Akari, ia mencintai Rui apa adanya walau background pria tersebut tidak jelas dan bahkan tanpa pernah mengetahui seperti apa wajahnya.

Visual Film yang Memuaskan

Mungkin karena ini film baru, jadi kita bisa melihat segalanya dengan lebih HD dibandingkan filmnya yang versi Korea Selatan. Mulai dari orang-orangnya, lingkungan tempat tinggal mereka, hingga pemandangannya, semuanya bisa kita nikmati dalam tampilan yang lebih tajam.

Visual-nya juga lebih detail, seperti fashion, rumah, daerah sekitarnya. Kalau kumuh dan dark dapet banget gitu vibe-nya. Ketika scene yang 'menyeramkan', situasinya juga benar-benar pas, lighting, scene yang diambil, sangat mendukung ceritanya pokoknya.

Begitu pula kalau tokohnya lagi happy dan tempatnya indah dapet banget juga pengambilan gambar dan pemilihan warnanya.

Terus, kita mendapatkan banyak latar tempat, karena memang film ini syuting di tiga prefektur yang berbeda. Ada pemandangan Gunung Fuji, Pantai Hasaki, perkotaan di Yokohama. Karena banyak latar yang berbeda, jadi tidak membosankan untuk dilihat.

Soundtrack-nya Dibawakan oleh Musisi Terkenal

Do you know BTS? Grup asal Korea Selatan ini membuat lagu yang berjudul sama dengan film yang lagi kita bahas, yaitu Your Eyes Tell. Lagu ini ada di dalam album Jepang ke-4 BTS yang dirilis pada tahun 2020, Map of the Soul: 7 ~The Journey~.

Lagu ini tadinya akan Jungkook, member termuda BTS, masukkan ke dalam mixtape-nya. Tapi, karena dilirik oleh sutradara film Your Eyes Tell, jadilah lagu ini dinyanyikan oleh grup dan resmi menjadi original soundtrack-nya. Soalnya, lirik dan nadanya pas banget buat film romantis tersebut. Lagu Your Eyes Tell menggambarkan orang yang sedang jatuh cinta.

Lirik lagunya yang cocok banget dengan filmnya adalah seperti ini:

The gazing eyes are so colorful
I'll give my everything to you
I'll become your eye
For the adventure that lies ahead

Even the darkness we see is so beautiful
Looking only directly at you


The gazing eyes are so colorful
You taught me
That someday the sadness
Will wind us together

Ada yang Detail, Ada yang Tidak

Sayangnya, film ini tidak sempurna. Ada hal yang diperlihatkan secara detail, sehingga penonton mengerti keseluruhan cerita ini. Tapi, ada juga detail yang tidak perlu ada juga tidak apa-apa, dan justru miss (tidak menyorot) bagian yang menurut saya penting.

Misalnya, kalau scene-nya ditambahkan ketika Akari baru selesai operasi, maka jalan ceritanya akan lebih baik lagi. Soalnya jarak antara sehabis operasi sampai perban matanya dibuka tentu cukup panjang. Tapi, tidak ada adegan Akari yang sedih karena Rui tidak muncul di rumah sakit. Menjelang akhir film, adegan-adegannya terlihat banyak yang dipercepat.

Lalu, ke mana Rui selama dua tahun ini? Terakhir kita lihat ia ditusuk oleh suruhan bos-nya yang ternyata merupakan orang yang sama dengan teman satu panti asuhan Rui dulu. Dan, sudah, tak ada cerita tentang Rui lagi. Seakan-akan film ini lebih berfokus pada kebahagiaan Akari saja yang telah bisa melihat lagi dan sudah sukses memiliki toko sendiri.

Padahal di awal film, ceritanya lebih berfokus pada kehidupan Rui. Jadi, saya pikir sampai akhir bakal tetap begitu, tetapi malah tiba-tiba switch, berfokus ke Akari setelah ia selesai operasi. Hal ini memunculkan banyak pertanyaan.

Bagaimana Rui bisa hidup setelah ditabrak mobil dan ditusuk pisau? Lalu kenapa ia berada di rumah sakit dua tahun kemudian dengan kaki pincang? Waktu paska ditusuk itu Rui ditolong siapa? Semua ini tak terjawab sampai ending film. Pokoknya akhirnya Rui bertemu lagi dengan Akari, tamat.

Tapi, uniknya, ada beberapa scene yang mendapatkan perhatian berlebih. Misalnya sepatu Rui. Di awal cerita, ingat, kan, Akari ngeh kalau Rui beli sepatu baru. Kenapa ia bisa tahu, karena aromanya seperti sepatu baru, bukan karena ia bisa lihat. Nah, di akhir film, kamera menyorot juga bagian sepatu Rui yang ternyata masih sama, hanya saja sudah lebih kotor.

Pakaian Rui juga masih itu-itu saja, memperlihatkan bahwa selama ini Rui masih hidup berkesusahan. Saya sampai berpikir, memangnya ada ya orang yang rela hidup menderita seperti itu yang penting orang yang dicintainya senang? Well, namanya juga film. Mungkin supaya bisa menginspirasi penonton agar bisa tulus ketika mencintai orang kali, ya.

Overall, saya menikmati film ini. Mulai dari sinematografi, visual, fesyen, semuanya memukau. Saya hanya sedikit merasa terganggu dengan character development-nya yang kurang dibahas.

Juga pada ceritanya yang seakan-akan terlalu jumpy, tiba-tiba begini lalu begitu, terlalu cepat berpindah dari cerita satu ke cerita selanjutnya. Untuk itu, saya memberi rating 3.7/5 untuk film remake ini. Bagaimana menurutmu tentang filmnya?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram