bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review X-Men: Apocalypse, Bangkitnya Mutan Tertua

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
X-Men: Apocalypse
2.9
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

En Sabah Nur, mutan pertama di dunia yang hidup ribuan tahun sebelum Masehi kembali bangkit. Dengan cepat dia memahami kondisi dunia saat ini. Keinginannya untuk kembali berkuasa menguat saat dia melihat Magneto. Menggunakan kekuatannya yang luar biasa, Sabah berhasil menemukannya.

Namun, tujuannya berubah setelah bertemu Xavier. Dia merasa Xavier dapat membantunya lebih hebat lagi. Sang profesor pun diculik, tubuhnya akan dia kuasai. Beruntung para mutan, termasuk sang adik, Raven, berusaha menyelamatkannya. Bagaimana cerita lebih lengkap dari X-Men: Apocalypse (2016)? Sinopsis dan ulasan di bawah ini akan bantu sedikit menceritakannya.

Sinopsis

  • Tahun Rilis: Mei 2016
  • Genre: Superhero Film 
  • Produksi: Marvel Entertainment Group, TSG Entertainment, Bad Hat Harry Productions, Kinberg Genre, The Donner’s Company
  • Sutradara: Bryan Singer
  • Pemeran: James McAvoy, Michael Fassbender, Jennifer Lawrence, Nicholas Hoult

Sesosok mutan yang lahir dengan kekuatan tetap seperti anak-anak yang butuh tuntunan. Jika tidak anugerah yang dimiliki kadang bisa menjadi kutukan. Jika diberi kekuatan tanpa batas, bukan tidak mungkin mereka berpikir untuk menguasai dunia.

Di Lembah Sungai Nil 3600 SM, orang-orang terlihat memberi pemujaan dan penghormatan untuk En Sabah Nur (Oscar Isaac). Boleh jadi dia merupakan mutan pertama di dunia, sayang kekuatannya dipakai untuk merusak. Dia mampu melakukan telekinesis, teleportasi, cyberpathy dan punya kekuatan untuk meningkatkan kemampuan mutan lain.

Hari itu saat akan memindahkan kekuatannya pada tubuh seseorang, beberapa pengawal melakukan pemberontakan. Mereka menganggap Sabah sebagai Dewa Palsu. Namun, Sabah berhasil diselamatkan oleh para pengikut setianya sampai pemindahan itu selesai. Tak ada yang berhasil hidup dari reruntuhan itu, kecuali Sabah.

Scene berpindah ke masa depan, tepatnya ke Ohio tahun 1983. Ketika seorang guru menjelaskan tentang Erik Lehnserr yang menyerang presiden dan anggota kabinet yang lain, tapi kemudian diselamatkan oleh mutan lain, salah satu siswa bernama Scott Summers (Tye Sheridan) tampak mengalami gangguan pada matanya.

Saat dicek di kaca toilet sekolah, Scott melihat matanya mengeluarkan cahaya merah. Seketika dari matanya keluar sinar merah yang dapat menghancurkan toilet tersebut.

Di Berlin Timur, Raven (Jennifer Lawrence) menyaksikan pertandingan antara Kurt Wagner (Kodi Smit-McPhee), mutan yang memiliki kekuatan teleportasi dengan Angel (Ben Hardy), mutan yang memiliki sayap berbulu metal yang dapat menembakkan proyektil bulu-bulu tajam 

Raven mengacaukan pertarungan tersebut dan membawa pergi Kurt atau Nightcrawler. Kurt menyadari bahwa Raven adalah mutan yang menyelamatkan presiden dari serangan Erik Lehnserr karena dia sempat berubah bentuk saat melarikannya. Di Pruszkow, Polandia, Erik Lehnsherr muda (Michael Fassbender) hidup bahagia dengan istri dan gadis ciliknya.  

Cerita berlanjut memperlihatkan Scott yang akhirnya dibawa oleh sang kakak, Alex Summers (Lucas Till) ke sekolah khusus anak-anak mutan berbakat milik Xavier. Di sana dia tanpa sengaja bertabrakan dengan Jean Grey (Sophie Turner), yang secara spontan menunjukkan kekuatannya.    

Alex dan Scott juga bertemu dengan Hank McCoy (Nicholas Hoult) atau Beast; seorang mutan sekaligus guru di sekolah tersebut. Dia juga bantu mengembangkan X-Jet. Mereka bertiga kemudian Profesor Xavier (James McAvoy). Dia adalah pendiri Sekolah Xavier, mutan dengan kekuatan telepati paling kuat di dunia dan memimpin mutan yang lain untuk melindungi umat manusia.

Setelah melihat Scott mampu membelah pohon hanya dengan tatapan matanya, pemuda itu diterima sebagai salah satu murid Xavier's School for Gifted Youngster. Di Kairo, Mesir, seorang gadis mendatangi satu lokasi, yang ternyata merupakan bekas reruntuhan yang mengubur Sabah ribuan tahun lalu. Di sana dia melihat beberapa orang berdoa.

Cahaya matahari yang masuk ke ruangan tersebut tanpa disadari berhasil membangkitkan Sabah kembali. Getaran yang dihasilkan atas bangkitnya Sabah terasa sampai ke Polandia dan Berlin Timur, tempat Raven dan Erik berada.

Peristiwa itu tampaknya juga mengganggu Jane Grey yang jadi gelisah saat tidur. Hank dan Profesor Xavier belum pernah melihat dia begitu sebelumnya. Xavier yang coba melakukan telepati dengan Jane juga terlihat kesakitan. Dia melihat api dan kehancuran di mana-mana. Jane terbangun dan mengatakan melihat kiamat serta merasakan semua kematian.

Xavier dan Jane sama-sama berfirasat buruk, tapi sang profesor berusaha menenangkannya. Hank sendiri sebelumnya melihat sesuatu di lab. Dia menemukan adanya getaran gempa bumi seperti gelombang energi yang berpusat di belahan dunia lain. Hank lalu meminta Xavier memeriksa yang dia temukan.

Menggunakan Cerebro, Xavier bisa melihat ke Kairo. Di sana dia melihat Moira MacTaggert (Rose Byrne), seorang agen CIA yang pernah punya hubungan dengan Xavier. Rupanya dia adalah gadis yang tadi datang ke tempat reruntuhan Sabah, membuka celah hingga cahaya matahari masuk ke tempat Sabah dan berhasil membangkitkannya kembali.

Erik merasa cemas setelah menggunakan kekuatannya untuk menyelamatkan teman kerjanya. Dia segera berkemas dan mengajak istri serta anaknya pergi karena khawatir identitas aslinya terbongkar. Namun, saat akan membangunkan Nina, putrinya, mereka kaget karena dia tak ada di kamar, tak ada juga di halaman belakang.

Ternyata Nina sudah bersama para polisi yang coba mengonfirmasi kebenaran peristiwa di pabriknya tadi. Identitas palsu Erik sebagai Henryk akhirnya diketahui. Mereka menebak dengan benar bahwa Erik yang sebenarnya adalah Magneto, pelaku penyerangan presiden. Erik menyerahkan diri dengan syarat mereka harus melepas Nina.

Nina menangis tak rela ayahnya ditahan. Sejurus kemudian burung-burung berukuran besar mengganggu mereka. Nahas, salah satu polisi kehilangan fokus hingga tak sengaja melepaskan panah dan mengenai Nina. Erik murka mengetahui istri dan putrinya tewas. Secepat kilat dia menghabisi semua polisi yang ada di sana.

Di Kairo, Sabah terlihat berjalan di tengah keramaian pasar setelah berhasil keluar dari reruntuhan yang selama ribuan tahun menimbunnya. Dia membunuh dengan mudah orang-orang di pasar yang coba menangkap seorang gadis pencuri yang ternyata juga mutan. Bagaimana Xavier dan mutan lain menghadapi ancaman Sabah?

Kebangkitan Mutan Pertama di Dunia

Diawali dengan scene yang memperlihatkan terkuburnya sebuah kekuatan besar akibat pengkhianatan, X-Men: Apocalypse (2016) karya sutradara Bryan Singer memulai film secara meyakinkan.

En Sabah Nur, kekuatan besar yang terkubur itu akhirnya bangkit karena kecerobohan seorang agen CIA. Bingung dengan yang terjadi karena dunia sudah banyak berubah sejak ribuan tahun lalu, Sabah akhirnya menemukan tujuan.

Dia menginginkan tubuh Erik untuk memindahkan kekuatannya, sebelum menyadari ada Charles Xavier yang lebih luar biasa. Ringkasan cerita yang demikian cukup memperlihatkan bahwa alur cerita film ini tidak ada yang istimewa. Konfliknya standar, hanya dimegah-megahkan pada bagian kebangkitan Sabah. Selebihnya sangat cliché.

Karakter Antagonis yang Klise

Alur cerita yang cliché dilengkapi dengan karakter antagonis yang kodian. Tidak ada perbedaan mencolok antara Sabah dengan penjahat lain pada film-film superhero kecuali kostum dan riasannya.

Kekuatan jahat yang menggerakkan karakter ini memang dibangun dengan apik di awal-awal film. Sayang, semakin ke belakang, Sabah sama seperti penjahat lain, yang merasa lebih hebat dan ingin menguasai dunia.

Sebenarnya karakter Sabah sangat potensial mengingat dia punya masa lalu yang ‘megah’. Sayang ia tidak dieksekusi dengan baik. Kehidupannya di Mesir, ambience yang khas dihadirkan melalui tone kuning yang hangat dan gersang, berlalu begitu saja.

Selain itu, karakter ini juga tidak dibekali dengan dialog yang memorable. Isinya hanya seputar hasrat orang serakah yang ingin menguasai dunia; tidak mendalam, tidak mengancam.

Terlalu Banyak Mutan Dihadirkan

Selama cerita X-Men: Apocalypse (2016) berjalan, yaitu sekitar 2 jam 20 menit, kamu akan dikenalkan pada banyak mutan. Saking banyaknya latar belakang mereka yang ditampilkan secuil-secuil, tentu tidak mendalam sehingga jadi sulit diingat. Menonton bagian ini kamu seperti dijejali dengan banyak informasi sekaligus.

Dalam cerita, penampilan para mutan tersebut pada akhirnya terlihat bagai sebuah parade. Nonton mereka beraksi seperti sedang berada di ruang pameran yang menampilkan kekuatan para mutan. Porsinya sedikit-sedikit, bergantian, dan terlihat sekali ingin mengesankan penonton menggunakan efek-efek yang dikonsep berbeda untuk setiap mutan.

Efek CGI Berlebihan

Terlalu banyak mutan yang dilibatkan pada film ini, secara otomatis, efek yang dipakai juga bervariasi. Setiap mutan menampilkan kekuatannya dengan visualisasi yang berbeda-beda. Belum lagi kehancuran dunia seperti bangunan-bangunan meledak, runtuh, rudal-rudal diluncurkan, rasanya tak mungkin manusia bisa bertahan dan tersisa.

Pada akhirnya, efek-efek CGI dalam film ini terasa berlebihan. Upaya untuk menciptakan kesan kiamat, kehancuran yang dahsyat memang berhasil, tapi jadi tidak natural, tidak menakutkan. Ia hanya memperlihatkan dunia yang berantakan tanpa menggambarkan kehidupan manusia di dalamnya. Hal detail seperti itu luput diperhatikan padahal penting untuk rasa dan kesan.

Itu dia sekilas sinopsis dan ulasan X-Men: Apocalypse (2016) yang secara garis besar tidak terlalu memuaskan dari segi cerita. Namun, jika kamu menggemari film-film yang penuh efek ledakan dan kehancuran yang dramatis dan berlebihan, ia bisa dijadikan salah satu pilihan. Bagaimana? Tertarik?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram