bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Words on Bathroom Walls (2020)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Words on Bathroom Walls
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Adam kerap mendengar suara-suara yang sulit dijelaskan. Dia juga melihat sosok-sosok tak nyata yang memengaruhi pikiran serta tindakannya. Dokter memvonisnya mengidap skizofrenia. Tinggal bersama sang ibu yang sangat menyayangi dan berusaha memberikan yang terbaik, Adam pindah sekolah ke sebuah sekolah Katolik.

Di sana dia bertemu Maya, gadis pintar yang tak beruntung soal uang. Perkenalannya dengan gadis tersebut membuat Adam mau meminum obat yang selama ini dihindarinya. Namun, proses menuju kesembuhan ternyata tidak semudah itu.

Lalu bagaimana akhirnya Adam bisa melalui dan menerima keadaannya? Words on Bathroom Walls (2020) akan jadi sebuah tontonan yang menarik dan berisi. Sebelum nonton, yuk kita simak lebih dulu sinopsis dan ulasannya berikut ini.

Baca juga: Sinopsis & Review Film The Map of Tiny Perfect Things (2021)

Sinopsis

Sinopsis

Seorang pemuda bernama Adam Petrazelli (Charlie Plummer) merasa ada gangguan pada matanya. Dia berharap glukoma tapi yang terjadi, gangguan mata tersebut diiringi dengan gangguan lain. Adam kerap mendengar suara-suara aneh dan tak terjelaskan. Suara itu dapat sedikit mereda atau hilang ketika dia memasak.

Kebiasaan atau hobi Adam dalam memasak lama-lama mulai menghasilkan cita rasa enak. Adam hanya tinggal bersama sang ibu, sesosok wanita yang punya beban hidup karena ulah ayahnya. Pemuda itu kerap memasakkan sesuatu untuknya. Belakangan seorang lelaki paruh baya bernama Paul (Walton Goggins) menjadi teman baru ibunya.

Bagi Adam, rumah adalah masa lalu. Oleh karena itu dia lebih suka menghabiskan waktu di luar. Adam kemudian mengikuti sekolah kuliner musim gugur, yang menurutnya bagai mata air untuk otak yang perlahan terbakar. Pemuda itu kesulitan menyembunyikan ‘kegilaannya’ di sekolah. Saat berada di laboratorium untuk kelas Kimia, Adam bahkan membuat salah satu temannya celaka karena gangguan yang tak terlihat dan sulit dijelaskan.

Pemuda disebut mengalami kekalutan psikotik. Untuk selanjutnya pemuda itu dibawa ke rumah sakit dan akhirnya diketahui bahwa Adam menderita skizofrenia, gangguan mental kronis. Ketika seseorang mengalami skizofrenia dia akan kehilangan kontak dengan realitas. Kondisi tersebut memungkinkannya untuk berhalusinasi, baik visual atau pendengaran, juga mengalami paranoia dan delusi.

Kehidupan Adam seketika berubah. Dia keluar dari sekolah dan dianggap gila oleh teman-temannya. Paul juga membujuk ibu Adam agar mau mengirimkan putranya ke tempat penanganan yang lebih profesional. Keadaan Adam sendiri masih belum membaik. Sekali sosok-sosok asing itu muncul, mereka tak akan pergi dan sangat mengganggu.

Sosok asing pertama bernama Rebecca (AnnaSophia Robb). Adam menilainya seperti gabungan antara Dalai Lama dan Coachella, selalu tenang dan membuat Adam tak keberatan dengan kehadirannya. Kemudian ada sosok penjaga, yang temperamental tapi setia. Selanjutnya ada Joaquin (Devon Bostick); layaknya sahabat mesum dari film remaja di tahun 1990-an.

Sang ibu sudah membawa Adam berobat ke berbagai tempat. Segala macam obat seperti Risperdal, Abilify, Klozapin, Stelazine juga sudah dia konsumsi, tapi sosok-sosok itu masih ada. Saat Adam sudah menyerah, ibunya belum. Ketika berada di rumah sakit, sang ibu mengambil sebuah brosur berisi informasi mengenai pengobatan baru untuk penderita skizofrenia, yaitu Tozaprex.

Adam menolak pengobatan, tepatnya tak ingin jadi kelinci percobaan atas obat baru bernama Tozaprex, tapi sang ibu terus berusaha untuk kesembuhan putranya tersebut. Bersama Paul, wanita itu lantas membawa Adam ke sebuah Sekolah Katholik. Di sana, ketiganya bertemu dengan Suster Catherine (Beth Grant).

Saat mendengar penjelasan dari Catherine, Adam lagi-lagi berdelusi. Kali ini dia melihat ruangan mulai terbakar. Segala macam penjelasan yang disampaikan Catherine jadi tak dihiraukannya. Setelah pembicaraan yang panjang, setelah Catherine memeriksa berkas Adam, sekolah itu menerimanya.

Namun, Adam harus memenuhi syarat, yaitu memperoleh IPK 3,5 dan mendapat skor di atas 90 persen pada ujian standarisasi tahunan. Syarat terakhir, sekolah memerlukan perkembangan bulanan atas perawatan kejiwaannya. Di tengah-tengah sesi, Adam yang merasa tersinggung dengan perkataan Paul meminta izin ke kamar mandi.

Saat berada di sana, Adam yang sedang buang air kecil melihat sebuah tulisan di tembok yang kurang lebih berisi: Yesus mencintaimu, tidak jika kamu homoseksual. Dia menertawakan tulisan tersebut karena menurutnya aneh. Tak lama, dua orang siswa terlihat berselisih soal uang bayaran di sana. Tampaknya hal yang mereka ributkan cukup rahasia sehingga Adam tak boleh mengatakan apa pun pada orang lain.

Hari pertama sekolah pun tiba. Saat sedang konsentrasi mengisi sebuah lembar pertanyaan, lagi-lagi Adam mendengar suara-suara itu. Suara-suara yang Adam dengar tak pernah bernada positif, selalu negatif sehingga membuatnya sangat terganggu.

Pada jam istirahat, Adam yang sedang ‘membuat’ santap siangnya menyerupai sushi didatangi oleh salah satu siswa di toilet tadi. Mereka mulai berbincang dan tak lama gadis tersebut mengenalkan dirinya. Dia adalah Maya Arnez (Taylor Russell), yang mengklaim dirinya sebagai salah satu calon lulusan terbaik St. Agatha.

Adam lalu penasaran apa yang dilakukannya di toilet pria. Maya menjawab bahwa dirinya adalah orang yang tahu cara menyelesaikan sesuatu di sekolah dengan bayaran, seperti mengerjakan pekerjaan rumah, mengerjakan esai dan lain-lain. Kemudian seorang siswi lain menghampiri mereka dan menawarkan tiket untuk mengikuti Pesta Dansa.

Maya meresponnya dengan dingin karena dia tak suka hal-hal mengandung norma patriarki seperti pesta dansa. Gadis itu kemudian berlaku santai dengan memakan sepotong sushi milik Adam lalu pergi. Pemuda itu tampak tertarik dan mulai meminum obat Tozaprex yang sudah disiapkan ibunya sejak beberapa waktu lalu, Namun, bisakah keduanya bertambah dekat?

Perjuangan Remaja Pengidap Skizofrenia

Perjuangan Remaja Pengidap Skizofrenia

Words on Bathroom Walls (2020) mengisahkan perjuangan seorang remaja bernama Adam yang mengidap skizofrenia. Hari-harinya dipenuhi dengan delusi akan kehadiran sosok-sosok yang tak ada dan suara-suara bernada negatif yang mengancam dan menghantuinya. Adam juga kerap melihat asap-asap hitam serta kejadian yang tak masuk akal.

Adam dan ibunya tak tinggal diam untuk mengatasi masalah ini. Usaha dan keinginannya untuk terbebas dari gangguan skizofrenia cukup besar. Anda akan melihat sesosok remaja yang masih peduli dengan hidupnya, dengan masa depannya. Adam pun diceritakan masih bisa merasakan jatuh cinta dan ingin sembuh karena itu.

Di sini Anda akan melihat Charlie Plummer mencoba mengekspresikan gangauan-gangguan tersebut secara maksimal. Dari sorot matanya tergambar kegelisahan, takut, bingung sekaligus harapan. Charlie Plummer juga tampil meyakinkan dengan gesture layaknya seseorang yang tak berdaya.

Romansa dan Konflik Keluarga

Romansa dan Konflik Keluarga

Dalam film berdurasi sekitar 111 menit ini, sutradara meramu beberapa hal sekaligus sehingga jadi sebuah tontonan yang penuh pelajaran dan berkesan. Masalah mental Adam sebagai konflik utama didampingi oleh konflik di sekitar, yaitu hubungan antara anak dan ibu serta romansa antara dua remaja.

Walau secara premis dan plot cukup umum ditemukan pada film remaja ‘bermasalah’ lainnya, Words on Bathroom Walls (2020), berusaha menampilkan ceritanya secara nyata. Karakter lain di luar Adam memberi warna tersendiri pada film ini. Emosi-emosi penonton saat menonton coba dipancing keluar oleh kehadiran dan interaksi antara mereka.

Harus diakui jika formula yang dipakai memang sudah cukup pasaran untuk ukuran film-film remaja bertema struggling with something atau pencarian jati diri, yaitu memperlihatkan bahwa kekuatan cinta dan kejujuran akan membantumu keluar dari masalah. Selain itu, akhir ceritanya pun sudah bisa ditebak. Namun, melalui visualisasi delusi yang dialami Adam serta naskah yang dalam, Anda akan terhibur sekaligus terkesan.

Dikemas dalam Bentuk Narasi

Dikemas dalam Bentuk Narasi

Film Words on Bathroom Walls (2020) dikemas dalam bentuk narasi atau cerita yang dituturkan karakter Adam sendiri. Alurnya menjadi mundur karena Adam bercerita mengenai pengalaman yang sudah dia lalui. Dalam hal ini dia diposisikan sedang bercerita atau berkonsultasi dengan psikiaternya.

Pada awal-awal, Anda mungkin akan cukup bingung karena adegan tersebut terasa tercampur dengan scene di masa lalu Adam, tapi setelah beberapa kali, bagian ini mulai bisa dipahami dan terasa perbedaannya. Namun, pengemasan dengan cara itu sepertinya hanya sampai pertengahan film karena di akhir-akhir Adam tak lagi bercerita.

Secara keseluruhan, Word on Bathroom Walls (2020) adalah film remaja yang manis sekaligus hangat. Tidak ada emosi berlebihan tapi saat menontonnya, Anda akan menikmati film ini dengan tenang. Untuk membuktikan sendiri, bagaimana jika Anda langsung menontonnya saja? Secara legal, ia bisa ditonton melalui Netflix! Selamat menyaksikan!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram