bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Windfall, 2 Hari dalam Penyanderaan Mendadak

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Windfall
2.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ketika aksinya memasuki rumah yang kosong ketahuan oleh pemiliknya yang datang secara tiba-tiba, dia terpaksa menjadikan pasangan suami istri ini sebagai sandera dan meminta mereka untuk memberikan uang dalam jumlah besar sebagai tebusan.

Situasi menegangkan terjadi antara mereka dimana sifat asli pasangan masing-masing terkuak dan mengundang sakit hati. Windfall adalah film thriller karya Charlie McDowell yang dirilis oleh Netflix sebagai original film pada 18 Maret 2022.

Hanya menampilkan tiga pemeran utama saja, atmosfer ketegangan film ini bersumber dari situasi penyanderaan dan adu argumen antara mereka bertiga yang akan membuka beberapa rahasia sebagai pemicu puncak emosi di akhir film.

Apakah film yang diproduseri oleh ketiga pemeran utamanya ini akan mampu menampilkan ketegangan khas film thriller minimalis? Simak review berikut yang akan mengulas film yang naskahnya ditulis oleh Andrew Kevin Walker yang pernah sukses dengan film Se7en (1995) ini.

Baca juga: Sinopsis & Review Prime Time (2021), Penyanderaan Seru!

Sinopsis

Sinopsis

Seorang pria menikmati pagi di sebuah rumah dengan kebun jeruk yang luas. Setelah selesai minum jus, dia kemudian mulai membuka semua lemari untuk mencari barang-barang berharga.

Ternyata dia adalah seorang pencuri. Saat sedang melakukan aksinya, mendadak pemilik rumah datang. Pria yang merupakan seorang CEO perusahaan yang kaya raya dan istrinya itu terpaksa disandera olehnya.

Sang CEO menawarkan akan memberi sejumlah uang lagi dari tempat penyimpanan di ruang kerjanya. Setelah mengambilkan dua ikat uang itu, sang pria mengurung CEO dan istrinya di sebuah sauna dengan meletakkan beberapa barang di depan pintunya.

Dia segera berlari keluar dari pagar dan menghidupkan mobilnya. Tapi kemudian dia melihat ada kamera CCTV di pohon dan membuatnya kembali ke rumah.

Dia tidak mendapati pasangan suami istri itu di sauna dan mengejar mereka di kebun jeruk. Setelah melalui pengejaran berlika-liku, pria itu berhasil menangkap CEO dan istrinya.

Dia kemudian meminta sejumlah uang dalam jumlah besar kepada mereka yang langsung dikabulkan oleh CEO. Yang menjadi masalah ialah smartphone miliknya sudah dibuang oleh pria itu berikut kunci mobilnya.

CEO menghubungi asistennya melalui video call lewat laptop agar bisa mengirimkan uang sejumlah $150 ribu secepatnya. Sang asisten baru bisa mengirimkan besok siang.

Terpaksa pria itu bermalam di rumah yang sedang berada dalam situasi yang tegang itu. Lewat beberapa perbincangan, ternyata pasangan suami istri itu berada dalam hubungan yang tidak baik.

Sang istri menghampiri sang pria yang sedang berjaga di luar kamar hanya untuk mencurahkan isi hatinya. Pria itu tidak merespon banyak karena sebenarnya dia tidak peduli.

Keesokan paginya mereka masih harus menunggu siang untuk menyelesaikan drama penyanderaan ini. Mendadak datang tukang kebun untuk mengerjakan tugasnya.

Tukang kebun mengetuk pintu karena melihat mobil CEO terparkir di luar. Dia mengucapkan terima kasih ketika pintu dibuka oleh CEO dan setelahnya pergi mengerjakan tugasnya.

Karena sosok sang pria terlihat oleh tukang kebun yang mengetuk pintu lagi, CEO terpaksa berbohong bahwa pria itu adalah sepupu istrinya. Tukang kebun mengajak mereka ke tempat dia membuat taman.

Saat memperlihatkan sketsa taman ke CEO, sang CEO menulis “call 911” sebelum ditarik kembali ke rumah oleh sang pria yang kemudian terus memantau dari dalam rumah dan terpaksa menghentikan tukang kebun.

Setelah dibawa ke dalam rumah dan terbukti CEO menulis di kertas sketsa, sang pria marah besar. Tapi CEO justru melawan karena menganggap sang pria sebenarnya tidak berbahaya.

Terpicu emosi oleh ucapan CEO, pria itu menembakkan pistolnya yang membuat tukang kebun panik dan berlari keluar. Hanya saja, sangat disayangkan, dia menabrak pintu kaca dan lehernya tersangkut di kepingan kaca yang membuatnya tewas.

Mereka bertiga terdiam. Kaki dan tangan CEO beserta istrinya diikat oleh sang pria agar tidak bisa bertindak lagi. Ketika malam tiba, pengirim uang datang dan meletakkan tas berisi uang di depan gerbang sesuai permintaan CEO. Sang pria menitahkan istri CEO untuk mengambilnya.

Sang istri menjadi sedikit panik saat berjalan menuju gerbang. Apakah istri CEO menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri? Bagaimana akhir drama penyanderaan ini? Tonton filmnya sampai habis untuk mengetahui akhirnya.

Terpaksa Menyandera Karena Ketahuan

Terpaksa Menyandera K

Di adegan pembuka, kita melihat Jason Segel seperti sedang menikmati sarapan di pagi yang indah. Kita dibawa untuk menganggap bahwa dia adalah pemilik rumah.

Tapi nyatanya kita salah, dia adalah pencuri yang sedang melakukan aksinya. Tidak perlu berlama-lama untuk membuka maksud dari karakter ini, kemudian langsung masuk dua karakter lagi yang ternyata adalah sang pemilik rumah.

Meski awalnya sudah berusaha bersembunyi, tapi ternyata dia ketahuan juga dan terpaksa menyandera suami istri itu di rumah mereka sendiri.

Setelah mendapat sejumlah uang tambahan dan mengurung mereka di sauna, dia melarikan diri, namun harus kembali setelah mengetahui bahwa ada kamera di atas pohon yang merekam wajahnya.

Drama penyanderaan terjadi lagi dimana kali ini sang pria meminta sejumlah uang tebusan yang besar. Disinilah perbincangan menarik terjadi yang malah membuka sifat asli CEO yang egois dan tidak peduli dengan orang lain, terutama para karyawan di perusahaannya.

Ucapannya pun membuat istrinya tersinggung yang merasa bahwa dirinya disamakan dengan para karyawannya yang dianggap parasit.

Sampai titik ini, bangunan cerita dan eksekusi adegan ditampilkan dengan baik hingga membuat kita menduga akan ada puncak emosi yang meledak pada saatnya nanti dalam skala yang luar biasa.

Satu Aktor dalam Performa Terbaik

Satu Aktor dalam Performa Terbaik

Tapi sayangnya, tensi film seolah menjadi tidak jelas ketika pagi tiba setelah satu malam yang dilewati dengan satu adegan yang seharusnya cukup melibatkan emosi, namun gagal.

Waktu pengiriman uang, yaitu di siang hari, kira-kira 36 jam setelah CEO menghubungi asistennya, sebenarnya cukup untuk menghadirkan banyak adu argumen yang lebih panas dan melibatkan emosi mendalam.

Tapi sayangnya, dua penulis naskah Justin Lader dan Andrew Kevin Walker tidak pandai mengolah dialog sehingga semua terasa di permukaan saja.

Jesse Plemons yang sangat apik membawakan karakternya sebenarnya sudah mencecar sang pria yang dimainkan oleh Jason Segel dengan berbagai pertanyaan, tapi atas alasan tidak mau memberikan jawaban, jadinya sebuah dialog terkesan seperti monolog.

Inilah yang membuat Jesse Plemons terlihat lebih menonjol daripada Jason Segel atau Lily Collins, padahal peluang untuk mereka saling berbagi dialog sangat besar.

Tapi karena karakterisasi masing-masing perannya seolah ingin menutup diri, sehingga tidak terjadi dialog yang mengikat. Hasilnya, Jason Segel terlihat kurang putus asa dan Lily Collins seperti panik tanpa sebab yang kuat.

Puncak Emosi yang Kurang Gereget

Puncak Emosi yang Kurang Gereget

Dengan hanya diperankan oleh tiga pemeran utama, tentunya kita berharap akan ada emosi yang terbangun dan terasa intim, karena tidak ada pihak lain diantara mereka.

Selain mereka, ada seorang tukang kebun yang juga tidak mendapat durasi yang cukup dan dihadirkan hanya untuk memberikan efek kejut yang diakhiri dengan kesedihan saja.

Ada sedikit kesan akan adanya ledakan emosi di adegan akhir yang akan ditunjukkan oleh sang istri, karena dari dialog yang minim, kita tahu bahwa dia tersinggung dengan ucapan suaminya dalam menyikapi orang-orang disekitarnya yang dianggap parasit karena merasa ingin seperti dirinya.

Sebenarnya sang CEO mengucapkan ini untuk menyentil sang pria dan mengorek informasi tentang dirinya. Sang CEO melemparkan berbagai dugaan motif sang pria melakukan ini, mulai dari apakah dia karyawan yang pernah dipecat sampai orang suruhan dari perusahaan pesaing yang benci padanya.

Dan sebenarnya pula, sang istri memang merasa dikurung oleh suaminya, bahkan pemikirannya pun yang terdengar brilian ditepis dengan ringan oleh suaminya.

Beberapa faktor di atas sebenarnya sudah cukup untuk membuat ledakan emosi yang potensial, tapi sayangnya apa yang dilakukan sang istri di adegan akhir tampak biasa dan tidak memberikan hal baru untuk akhir film seperti ini.

Apalagi ditambah dengan akting Lily Collins yang tidak pada performa terbaiknya dimana dirinya kurang mendapat dialog yang berarti dan juga tampak kaku dalam berekspresi.

Meski tidak sesuai harapan, setidaknya film Windfall juga tidak terlalu mengecewakan. Dengan durasi yang pas, 1 jam 32 menit, kita tidak akan dibuat lelah menyimak film yang temponya lumayan lambat ini.

Sinematografinya terlihat biasa dengan editing yang cenderung klasik dengan menggunakan efek fade out-fade in standar. Meski Jason Segel dan Lily Collins tampak tidak maksimal dalam membawakan perannya, setidaknya Jesse Plemons tampil apik sebagai karakter egois yang menyebalkan.

Bagi kalian yang menyukai film minimalis, film ini masih bisa menjadi pilihan yang layak untuk dipertimbangkan, apalagi bagi kalian penggemar sejati si cantik Lily Collins tentunya. Selamat menonton!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram