showpoiler-logo

Sinopsis dan Review Drama China When We Were Young (2018)

Ditulis oleh Siti Hasanah
When We Were Young
3.7
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Drama bertema sekolah selalu menarik untuk diikuti, baik itu yang mengangkat tema persahabatan, percintaan atau tema-tema lain, seperti yang digambarkan oleh serial When We Were Young.

Kisahnya berisi tentang masa muda yang dipenuhi energi meluap, persahabatan yang akrab dan romansa yang bikin hati hangat. Secara tidak langsung geng sepeda dalam serial ini bikin bernostalgia.

Melihat kedekatan Yang Xi (Wang Peng), Li Yu (Zhang Gala), Si Tu Ertiao (Marcus Li), Xiao He Mei (Pan Mei Ye), lalu belakangan bergabung Hua Biao (Neo Hou) bikin kangen masa-masa sekolah dulu.

Apa saja yang bikin drama When We Were Young menarik? Inilah sinopsis dan ulasan singkat serial penuh irisan kehidupan di masa-masa yang penuh warna.

Baca juga: Sinopsis & Review Drama China Begin Again (2020)

Sinopsis

Sinopsis

When We Were Young berangkat dari kisah kehidupan anak-anak remaja di tahun 1996. Generasi yang lahir di tahun 80-an pasti merasa familiar dengan vibe-nya. Serial drama ini mengambil latar di kota Guangdong, China.

Kisah dalam serial ini mengikuti empat orang teman yang sudah lama berteman, Yang Xi, Li Yu, Ertiao dan Yang Xiao He Mei. Mereka dikenal sebagai geng sepeda karena kemana-mana selalu naik sepeda. Yang Xi belum punya sepeda waktu itu. Jadi, Li Yu selalu memboncengnya.

Pernah ada satu kesempatan Yang Xi punya sepeda. Sayangnya, itu hanya beberapa menit lantaran seseorang mencuri sepeda baru Yang Xi tepat setelah ia sedang mengabadikannya lewat foto. Sepeda baru yang raib itu mempertemukan dirinya dengan seseorang yang akan menjadi temannya kelak.

Sang tokoh utama kita, Yang Xi adalah gadis tomboy yang ceria. Ia sebenarnya pintar tapi malas. Belajar adalah hal yang tidak ia kuasai, oleh karenanya nilainya selalu di bawah.

Namun, ia punya keunggulan yang membuatnya merasa masih diakui jadi manusia, yakni berlari. Ya, Yang Xi adalah pelari jarak jauh. Prestasinya di olahraga bisa mendongkrak nilai akademisnya. Second lead male kita, Li Yu, adalah teman masa kecil Yang Xi.

Mereka selalu bersama sedari SD sampai SMA. Ia tinggal di lantai atas rumah Yang Xi dengan ayah tunggal pasca orang tuanya bercerai.

Li Yu adalah anak yang pendiam tapi berprestasi. Di kelas 3-3, ia adalah murid teladan dan selalu dijadikan contoh yang baik. Ia juga acapakali ditunjukan sebagai ketua dalam organisasi sekolah dan perwakilan kelas.

Kedekatan Yang Xi dan Li Yu sedikit berubah saat Hua Biao muncul. Rupanya anak baru di SMA Yucai ini adalah penyebab kakinya cedera, sehingga Yang Xi tidak bisa ikut lomba dan ia terancam tergusur dari peringkat kedua terbawah ke peringkat paling akhir. Tidak lebih baik, memang.

First lead male kita, Hua Biao adalah anak yang sebenarnya cerdas di bidang matematika dan fisika. Ia pertama kali melihat Yang Xi di sekolah Hua Biao yang lama.

Saat itu ia sedang berlatih untuk ikut olimpiade science, namun adegan Yang Xi mengejar pencuri sepedanya mengalihkan perhatiannya sehingga percobaan yang dilakukannya meledakan lab sekolah. Karena dianggap melanggar aturan sekolah, ia pun dikeluarkan dan akhirnya masuk SMA Yucai.

Si Tu Ertiao dan Xiao He Mei juga adalah dua orang yang selalu menyertai mereka. Meskipun cenderung ceria, namun kedua anak ini selalu ceria namun mereka juga punya masalah masing-masing.

Xiao He Mei adalah anak keluarga konglomerat yang hidupnya dikontrol. Ia selalu dituntut oleh ibunya untuk mendapatkan nilai yang bagus.

Sedangkan Ertiao, memang cenderung lebih santai tapi punya kegundahan sendiri yang coba ia selesaikan bersama keluarganya.

Menggambarkan Persahabatan yang Kuat

Menggambarkan Persahabatan yang Kuat

Masa remaja bagi sebagian orang adalah masa yang berisi romansa yang manis. Kisah manis ini ditampilkan dengan baik oleh Li Yu yang sudah lama jatuh cinta pada Yang Xi tapi enggan untuk mengungkapkannya lantaran terlalu takut pertemanannya akan berakhir.

Sementara itu, Hua Biao juga tidak kalah eksplisit menunjukan perhatian dan kepedulian pada gadis ceroboh yang selalu sial ini. Di setiap kesempatan, ia selalu membantu Yang Xi dalam mengerjakan apa pun.

Meskipun bumbu romansanya cukup kental, tapi jalan ceritanya lebih banyak bermuatan persahabatan. Keempat Geng Sepeda ini paling kompak dalam segala hal. Ibaratnya saat senang bersama, sial pun selalu sama-sama.

Tanpa banyak kata-kata, perubahan suasana hati setiap orang bisa dengan mudah terdeteksi oleh yang lainnya. Kepedulian Hua Biao sudah tidak perlu diragukan lagi. Anak baru ini memang preman.

Di dalam tasnya bahkan ada pipa besi yang ia gunakan untuk melawan geng pengganggu murid-murid SMA Yucai. Tapi dibalik sikapnya yang impulsif, Hua Biao tak ragu membantu siapa saja yang tertimpa masalah.

Saat ada anak buah preman Wang yang mengganggu anak-anak kelas 3-3, Hua Biao gercep mengadakan perhitungan dengan mereka. kekurangan Hua Biao hanya satu, ia selalu menyimpan masalahnya sendiri. Perlu waktu baginya untuk bisa membuka diri.

Ertiao juga adalah teman yang sangat setia kawan. Meskipun ia adalah anak paling kaya di SMA Yucai, tapi ia hobi dagang. Sekilas Ertiao tampak lurus-lurus saja seolah ia tidak tertarik pada urusan orang lain. Namun, ternyata ia adalah teman yang paling perhatian.

Masalah teman adalah masalahnya. Ia selalu tahu keadaan setiap orang di sekelilingnya sehingga dengan cepat ia bisa menolongnya. Punya teman seperti Ertiao adalah rizki yang tidak ternilai.

Alur yang Mengalir Tenang tapi Menggetarkan

Alur yang Mengalir Tenang tapi Menggetarkan

Kisah persahabatan adalah salah satu tema yang rata-rata berhasil menggetarkan hati. Sulit rasanya untuk tidak terhanyut ke dalam ceritanya. Dan narasi dalam When We Were Young mempunyai tipikal drama seperti itu: tanpa sadar bisa membawa perasaan penonton masuk ke dalam ceritanya.

Dari episode awal, kisah Yang Xi dkk tidak mengalami hambatan alias mengalir tenang dan lancar. Pengembangan karakter dan ceritanya pun berjalan halus. Sepanjang 24 episode tidak ada rasa bosan menghinggapi.

Betah rasanya melihat tingkah konyol Yang Xi, kepedulian Ertiao, kepolosan Xiao He Mei, sikap gentleman Li Yu dan kegesitan Hua Biao selama tiga tahun di SMA Yucai.

Tahu-tahu sudah sampai di episode terakhir dan Li Yu berani mengungkapkan perasaannya pada Yang Xi demi mendapat kelegaan di hatinya, anggota geng sepeda bertumbuh perasaannya dan semua mendapatkan kebahagiaan masing-masing.

Dan yang paling membuat berkaca-kaca adalah hubungan antara Hua Biao dan neneknya yang sudah uzur. Mereka saling menyayangi karena tinggal mereka-lah keluarga satu-satunya yang tersisa.

Mengangkat Sudut Pandang Lain

Mengangkat Sudut Pandang Lain

Serial dengan genre persahabatan memang sudah tidak terhitung jumlahnya. Bisa dibilang genre seperti ini adalah mainstream. Akan tetapi kelihaian sutradara dan penulis naskah meracik cerita membuat drama ini mempunyai keunikan tersendiri yang membedakan masing-masing drama.

Di dalam When We Were Young, narasinya dramanya adalah salah satu kekuatan. Jalan cerita remaja yang diusung dalam serial ini tidak melulu menggambarkan kisah dari sudut pandang anak-anak. Sang sutradara juga mengangkat sudut pandangan orang tua sebagai penyeimbangnya.

Geng Sepeda adalah sekelompok anak berusia remaja di mana orang tua banyak berharap anak-anak mereka bisa mendapat nilai yang baik sebagai modal di masa depannya kelak. Tak jarang mereka sampai adu mulut lantaran masing-masing pihak mengemukakan pendapatnya sendiri.

Orang tua Yang Xi dan Xiao He Mei adalah contoh yang tepat. Meskipun kasusnya berbeda tapi pertengkaran dengan orang tua masing-masing disebabkan karena alasan yang sama: berharap anak mereka punya nilai akademis yang bagus sehingga bisa sukses di masa depannya.

Orang tua Yang Xi malah lebih barbar. Ia merobek semua novel laga kesayangan Yang Xi karena dianggap mengalihkan fokusnya belajar dan berlatih.

Yang sebenarnya adalah orang tua Yang Xi dan Xiao He Mei khawatir anaknya tidak bisa menemukan kesuksesan jika mereka tidak berusaha keras.

Sayangnya, mereka tidak mampu mengekspresikan kekhawatirannya pada anak-anak mereka. Tapi ada kok orang tua yang lebih memahami karakter sang anak, orang tua Ertiao misalnya.

Tuhan menciptakan orang tua untuk menjadi panduan anak-anak. Tapi ada aturan yang tidak boleh dilanggar, jangan meminta anak menempuh jalan yang sama dengan orang tua dulu. Pasalnya jalan tersebut dipenuhi oleh penyesalan mereka.” Adem, ya kata-kata ayah Ertiao ini.

Kalimat ini keluar saat Ertiao berterus terang pada ayahnya bahwa ia tidak akan melanjutkan kuliah. Ia menyadari kemampuan akademik yang dimilikinya. Beruntung, ayahnya bijak meresponnya dan tidak lagi memaksa anak berkacamata itu untuk masuk kuliah.

Keluarga adalah Harta yang Paling Berharga 

Keluarga adalah Harta yang Paling Berharga 

Kalimat itu adalah kutipan dari lirik lagu OST Keluarga Cemara, sebuah sinetron keluarga yang mengajarkan bahwa keluarga adalah segala-galanya.

Selain Keluarga Cemara, When We Were Young juga kurang lebih mengajarkan hal yang sama. Pertengkaran Yang Xi dan ibunya ujung-ujungnya sama, karena cinta.

Ibunya tak mau Yang Xi putus asa dan berleha-leha. Karenanya, ia terus mengomeli anak gadisnya setiap kali ia malas. Yang Chao (Chen Xi Jun), kakak Yang Xi juga demikian.

Ia sering dianggap membuang-buang waktu dan bakatnya dengan melakukan berbagai percobaan elektronik yang dilakukannya.

Tapi saat ia melanjutkan studi ke Amerika, ayahnya tak urung mendukung sepenuhnya secara finansial dan moral. Yang Xi dan Yang Chao pun demikian. adik kakak ini tidak pernah akur.

Yang Chao bahwak sering menjahilinya. Namun, saat Yang Xi dan ibunya bertengkar hebat, Yang Chao turun tangan menyemangati sang adik untuk tidak putus asa.

Kisah Hua Biao dan sang nenek juga mempunyai kesamaan. Semenjak orang tuanya meninggal, ia hidup dengan neneknya yang sudah sangat sepuh. Namun, demi menyekolahkan cucu satu-satunya itu, sang nenek bersikeras berjualan pangsit.

Namun, penyakit Alzheimer menggerogotinya sehingga ia tidak bisa lagi berjualan. Hua Biao lalu memutuskan untuk tidak lanjut kuliah dan merawat neneknya di kampung halamannya.

Kalau diperhatikan, When We Were Young bukanlah serial drama biasa yang sekadar memberikan tontonan yang menghibur. Isinya penuh dengan selipan pesan dan penggambarkan kehidupan nyata, namun karena dikemas dalam kisah yang ceria dan ringan.

Ada yang menunggu lanjutan season 2-nya? Kita berdoa bareng-bareng yuk semoga Deng Ki mau menggarap lanjutan kisah Yang Xi dan kehidupan barunya.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram