bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film War of the Worlds (2005)

Ditulis oleh Yanyan Andryan
War of The Worlds
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

War of the Worlds adalah sebuah film fiksi ilmiah yang dibintangi oleh aktor kenamaan Hollywood, Tom Cruise. Film ini sendiri diangkat berdasarkan dari novel dengan judul yang sama karya penulis bernama HG Wells. War of the Worlds dikerjakan oleh Steven Spielberg sebagai sutradaranya, dan skenarionya ditulis oleh Josh Friedman, serta David Koepp.

Disini, Tom Cruise berperan sebagai seorang ayah bernama Ray Ferrier, dan dia dikisahkan berjuang untuk melindungi kedua anaknya ketika makhluk luar angkasa menyerang Bumi menggunakan mesin perang mereka yang disebut dengan Tripod.

Pada perilisannya di tahun 2005, film ini meraup pendapatan lebih dari 603 juta dollar dan menjadikannya sebagai film keempat paling sukses di tahun tersebut. War of the Worlds juga masuk ke dalam tiga nominasi Academy Awards untuk kategori Best Visual Effects, Best Sound Mixing, dan Best Sound Editing. Lalu, bagaimana dengan cerita lengkap? Simak ulasan berikut ini.

Sinopsis

war-of-the-worlds-1_
  • Tahun rilis: 2005
  • Genre: Science fiction, action
  • Rumah produksi: Amblin Entertainment, Cruise/Wagner Productions, Paramount Pictures, dan DreamWorks Pictures
  • Sutradara: Steven Spielberg
  • Pemeran utama: Tom Cruise, Dakota Fanning, Miranda Otto, dan Justin Chatwin

Ray Ferrier bekerja sebagai seorang operator mesin di sebuah pelabuhan yang ada di Kota Brooklyn, New York. Ia tinggal seorang diri dan telah bercerai dengan istrinya, Mary Ann. Suatu hari, Mary mengantarkan kedua anak mereka, Robbie dan Rachel, ke rumah Ray karena Mary akan pergi mengunjungi orang tua Mary di Kota Boston.

Di saat itu juga, terjadi perubahan cuaca yang cukup ekstrim dan petir menyambar beberapa kali sehingga membuat aliran listrik terganggu. Kemudian secara tak terduga, muncul sebuah mesin perang luar angkasa di jalanan. Seketika itu juga suasana langsung chaos karena mesin tersebut langsung menghancurkan seisi kota, termasuk melenyapkan para warga setempat.

Melihat hal yang mengejutkan tersebut, Ray langsung membawa kedua anaknya untuk bersembunyi. Mereka melarikan diri dari serangan tersebut dan berlindung di rumah kosong milik mantan istrinya. Keesokan harinya, Ray menemukan bangkai pesawat terbang yang jatuh berserakan di jalan.

Sementara itu, dari sebuah berita dijelaskan bahwa ada beberapa mesin perang luar angkasa “Tripod” yang telah menyerang kota-kota di dunia, termasuk New York. Tripod tersebut diawaki oleh pilot alien dan mempunyai perisai untuk melindungi mereka dari serangan militer manusia.

Setelah selamat dari serangan Tripod, Ray selanjutnya memutuskan untuk tetap membawa anak-anaknya ke Boston, menyusul ibu mereka. Saat militer Amerika Serikat bertempur dengan makhluk luar angkasa di jalanan, Ray terpaksa harus terpisah dengan mereka. Rachel dibawa oleh sepasang kakek nenek, sedangkan Robbie memutuskan bergabung dengan militer untuk terjun ke medan peperangan.

Ray lalu bertemu lagi dengan Rachel dan mereka kemudian berlindung di ruang bawah tanah, yang berada di sebuah pertanian bersama dengan seorang pria bernama Harlan Ogilvy. Selama dua hari berlindung di sana, mereka masih aman dan para alien yang sedang beroperasi menggunakan Tripod masih belum mampu menemukan keberadaan ketiganya.

Ray dan Harlan kemudian melihat jika para alien mencoba untuk menanam tumbuhan berwarna merah di seluruh lahan pertanian. Tanaman merah tersebut tumbuh dengan cepat dan langsung menyebar ke seluruh lahan hingga berusaha untuk menutupi ruang bawah tanah. Keduanya berkesimpulan bahwa mereka ingin mengubah lingkungan Bumi sama seperti planet tempat mereka tinggal.

Film Fiksi Ilmiah yang Suram

war-of-the-worlds-4_

War of the Worlds mungkin bukan salah satu film fiksi ilmiah terpintar yang pernah ada di layar lebar. Film ini rasanya hampir serupa dengan Independence Day (1996), yang dibintangi oleh Will Smith, dalam hal intensitas, dan kedalaman ceritanya.

Di sisi lain, perasaan menonton film ini diliputi aura yang cukup mencekam, dimana manusia-manusia berhamburan di jalanan, melarikan diri untuk menyelamatkan diri dari serangan makhluk luar angkasa. Suara deru mesin perang Tripod terdengar menggelegar dan terasa lumayan menakutkan, seolah melihat dunia di ujung kiamat.

Salah satu yang membuat momen tersebut mencekam adalah latar belakang musiknya yang disusun apik oleh John Williams. Skor musik pada film ini pun bisa dibilang terasa sangat baik dan harmonis dalam menekankan aura ketakutan para manusia Bumi, termasuk Ray, Robbie, dan Rachel.

Bukan hanya itu saja, War of the Worlds banyak menampilkan adegan kematian dan rasa putus asa, yang terjadi akibat ketidaksiapan Bumi menghadapi invasi dari makhluk asing. Momen seperti itu tentunya cukup berhasil membuat atmosfer film ini terlihat mengerikan. Bisa dibilang juga, alur ceritanya secara keseluruhan berjalan suram karena penuh teriakan putus asa dari manusia yang ingin bertahan hidup.

Selama hampir dua jam, Steven Spielberg berhasil mendorong kita untuk beralih dari satu situasi berbahaya ke keadaan mencekam lainnya dengan intensitas yang cepat. Film ini tak kenal lelah dan hanya sesekali membiarkan kita untuk mengatur napas sebelum sekali lagi masuk ke dalam ketegangan yang lebih tinggi lagi.

Bukan Film Heroik

war-of-the-worlds-2_

Sinematografer Janusz Kaminski berhasil mengisi film ini dengan visual yang lebih hidup namun juga kelam. Gambar-gambar kehancuran mulai dari rumah, jembatan, dan jalan raya hingga menjadi puing-puing tersaji cukup destruktif. 

Di bagian lain, pemandangan pada film ini diperlihatkan lebih sederhana dan tenang. Namun, ketenangan yang diperlihatkan tidak sepenuhnya membuat kita nyaman karena ada beberapa momen yang cukup mengganggu seperti adegan beberapa mayat mengambang di sungai.

Aspek tersebut harus diakui secara tidak langsung membuat suasana menjadi lebih horor karena Bumi kini menjadi planet menyeramkan dengan mayat berserakan. Sementara itu dari segi ceritanya, film ini mempunyai ending yang kurang kuat, dan dramatisasi yang sudah dibangun terasa kurang klimaks menuju bagian akhir.

Terlepas dari hal tersebut, War of the Worlds tidak menampilkan aksi kepahlawanan yang heroik seperti di film Independence Day, Edge of Tomorrow, maupun Armageddon. Di film ini, kita hanya akan melihat perjuangan bertahan hidup dari seorang ayah, Ray, yang merupakan hanya masyarakat biasa dan ingin menyelamatkan anaknya, dan membawanya ke tempat aman di Boston.

War of the Worlds sesungguhnya bukanlah film perang intens antara manusia melawan alien. Ini adalah tentang pembantaian umat manusia oleh alien, dan Bumi digambarkan menjadi kuburan bagi mereka yang tidak mampu selamat. Film ini sederhananya adalah tentang perjuangan untuk bertahan hidup dari mereka yang terlihat superior dan kita sebagai manusia biasa.

Akting Para Pemain Yang Cukup Memuaskan              

war-of-the-worlds-3_

Seperti biasa di dalam film-filmnya, acting Tom Cruise selalu tidak pernah mengecewakan dan maksimal. Begitu juga dengan film ini. Sebagai Ray, ia secara efektif membawa karakternya dari ayah yang tidak berperasaan dan cenderung egois, kemudian berubah menjadi orang tua yang peduli terhadap kedua anaknya.

Sejak menit awal, kunci emosional dari War of the World berpusat pada hubungan diantara Ray, Rachel, dan Robbie. Aktris Dakota Fanning yang berperan menjadi Rachel bermain cukup aman, ia lebih banyak terlihat ketakutan, dan menjerit di beberapa adegan. Lalu, Justin Chatwin sebagai Robbie adalah tipikal remaja yang menjengkelkan, bersifat moody, namun pemberani dalam menghadapi serangan alien.

Pada akhirnya film War of the Worlds merupakan film bertemakan alien yang cukup destruktif, karena menggambarkan kehancuran planet Bumi, dan pembantaian manusia terlihat cukup hancur, dan suram. Sepanjang jalan cerita, film ini rasanya memang lebih banyak unsur horor daripada konten fiksi ilmiahnya.

Meskipun begitu, War of the Worlds harus dibilang adalah salah satu karya Steven Spielberg yang masih memberikan tontonan penuh ketegangan yang mencekam, dan atmosfer kesuraman dengan intensitas tinggi tanpa henti.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram