Sinopsis & Review Drama Korea Under the Queen’s Umbrella


Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.
Ratu Hwa Ryeong bersedih mengetahui kondisi kesehatan Putra Mahkota yang tiba-tiba pingsan dan tak sadarkan diri. Berita ini sengaja dia tutupi rapat dari raja agar tidak menimbulkan kegaduhan.
Sayangnya, Ibu Suri yang sinis mengetahuinya dan mulai menyusun rencana lain untuk mencari sosok pengganti yang kompeten.
Para pangeran pun bersiap mengikuti ujian yang diadakan Ibu Suri. Tidak terkecuali para Pangeran Agung atau putra Ratu Hwa Ryeong. Mereka harus bekerja lebih keras karena Ibu Suri diam-diam punya rencana licik.
Dapatkah Ratu Hwa Ryeong melindungi putra-putranya dan tahta Putra Mahkota? Temukan jawabannya dalam review drama Under the Queen’s Umbrella (2022) berikut ini ya!
Baca juga: Sinopsis & Review Drama Korea Saeguk Mr. Queen (2020)
Sinopsis
Tahun Rilis | 2022 |
Genre | Comedy, Drama, Family, Historical, Period, Political, Royalty, Sageuk |
Sutradara | Kim Hyung Shik |
Pemeran | ∙ Kim Hye-Soo ∙ Kim Hae Sook ∙ Choi Won Young ∙ Kim Eui Sung ∙ Moon Sang Min |
Review | Baca di sini |
Ratu Hwa Ryeong sangat panik mengetahui kesehatan Putra Mahkota tiba-tiba memburuk. Kepanikannya bertambah besar kala sang ibu mertua sudah ancang-ancang mencari pengganti yang siap duduk di kursi calon raja tersebut.
Mengetahui nasib anak-anaknya terancam, ratu pun tidak tinggal diam. Dia menyiapkan para Pangeran Agung mengikuti ujian penting yang menentukan.
Episode 1-2

Ratu Im Hwa Ryeong panik mengetahui Putra Mahkota tiba-tiba ambruk dan tak sadarkan diri selama beberapa hari. Dia tidak memberi tahu Raja Lee Ho atau siapa pun karena tak ingin menimbulkan kegaduhan.
Namun, kondisi Putra Mahkota yang lemah segera diketahui Ibu Suri. Alih-alih bantu mengobati, Ibu Suri malah mengirim tabib yang dapat mengobati Putra Mahkota ke luar istana.
Bukan itu saja, wanita paruh baya tersebut juga menggagas ujian untuk mencari teman belajar Putra Mahkota. Selama ini Putra Mahkota memang belajar di tempat terpisah dari pangeran lain, termasuk para Pangeran Agung atau putra-putra ratu dan raja.
Dia menyamakan penyakit Putra Mahkota dengan penyakit yang merenggut nyawa Putra Mahkota Taein di masa lalu. Tujuan Ibu Suri sebenarnya bukan semata mencarikan teman belajar untuk Putra Mahkota.
Dia ingin menyiapkan pangeran lain untuk menggantikan posisi tinggi tersebut. Ibu Suri yang dulunya berstatus sebagai selir, mengincar Pangeran Uiseong, putra dari Selir Hwang, untuk menggantikan Putra Mahkota.
Dia terlihat tidak memihak pada putra-putra Ratu. Ibu Suri bahkan menghukum Pangeran Agung Seongnam, Pangeran Agung Muan, Pangeran Agung Gyeseong, dan Pangeran Agung Ilyoung atas perkelahian mereka dengan Uiseong.
Rencana Ibu Suri mengadakan ujian untuk mencari teman belajar Putra Mahkota tersebut pun diminati para selir lain. Dia mulai menjalankan rencana licik dengan memberikan satu per satu selir raja sebuah buku panduan tanpa diketahui oleh masing-masing.
Dengan melakukan itu dia ingin para selir tetap merasa spesial lalu tunduk dan berterimakasih kepadanya. Khusus untuk Selir Hwang, Ibu Suri memberi sebuah buku istimewa karena semua soal ujian akan berasal dari sana.
Keadaan ini membuat Ratu Hwa Ryeong khawatir. Terutama karena putra-putranya dinilai tidak kompeten oleh Ibu Suri. Menurut staff kerajaan yang mengawasi pendidikan para pangeran, selain Putra Mahkota, putra-putra Ratu yang lain memang tidak memiliki tekad yang kuat menjadi raja.
Di tengah kebingungan Ratu Hwa Ryeong mendatangi Ratu Yoon, yaitu ratu terdahulu sekaligus ibunda dari mendiang Putra Mahkota Taein yang kini hidup sebagai rakyat biasa.
Hwa Ryeong mendapat nasihat yang membuatnya semakin takut atas keselamatan para Pangeran Agung. Ratu Yoon meminta Hwa Ryeong sekuat tenaga menjaga anak-anaknya agar tidak kehilangan tahta dan kemuliaan di istana.
Pasalnya, jika sampai Putra Mahkota saat ini turun tahta dan tidak ada satu pun Pangeran Agung yang menggantikannya, nyawa Hwa Ryeong dan para buah hatinya yang lain akan terancam.
Dalam perasaan kalut, Hwa Ryeong bertambah bingung ketika memergoki Pangeran Agung Gyeseong yang dia andalkan, ternyata punya sisi rahasia.
Kesedihan ratu tak berlangsung lama karena empat putranya bersedia mengikuti ujian. Di antara empat putranya tersebut, Pangeran Agung Seongnam paling terakhir mendaftar.
Sebagai anak kedua dia sempat tak tertarik dengan ujian semacam itu, tetapi setelah berbincang dengan kakaknya atau Putra Mahkota, Seongnam berubah pikiran.
Hwa Ryeong juga mulai mencari informasi terkait kematian Putra Mahkota Taein. Sayangnya, semua catatan medis yang dibutuhkan lenyap dalam peristiwa kebakaran beberapa tahun lalu.
Selain itu tidak ada satu saksi mata pun, kecuali tabib bernama Cho Guk Yeong. Hwa Ryeong juga mendapat satu nama tabib yang saat itu mengobati Putra Mahkota Taein; dia adalah Yoo Sang Uk.
Ketika Hwa Ryeong sedang mencari tahu informasi mengenai dua tabib tersebut, Selir Go ternyata diam-diam memata-matai Pangeran Agung Gyeseong.
Dia melakukan itu karena menganggap Gyeseong sebagai saingan tersulit untuk putranya, Pangeran Simso. Selir Go sangat terkejut ketika melihat putra Ratu Hwa Ryeong yang dinilai paling kompeten itu berpakaian dan berdandan seperti wanita.
Episode 3-4

Ibu dari Pangeran Simso terkejut mengetahui rahasia Pangeran Agung Gyeseong. Dia lantas melaporkannya pada Ibu Suri, tetapi wanita paruh baya itu pura-pura tidak peduli.
Diam-diam dia merencanakan sesuatu untuk membongkar semuanya sendirian. Untungnya, Dayang Shin, dayang kepercayaan Ratu Hwa Ryeong bisa mencium kecurigaan Ibu Suri.
Dia langsung melaporkannya dan Ratu Hwa Ryeong bergegas mengambil keputusan untuk membakar tempat persembunyian Pangeran Gyeseong beserta alat-alat make up-nya. Kebakaran tersebut seketika menggagalkan rencana Ibu Suri yang sedang menuju tempat itu bersama Raja Lee Ho.
Gyeseong marah mengetahui sang ibu membakar tempat persembunyiannya sekaligus hal yang paling dia sukai. Ratu Hwa Ryeong lantas membawanya ke satu tempat. Dia membiarkan Gyeseong berdandan layaknya wanita seperti yang selama ini dia sukai. Gyeseong yang sudah cantik kemudian dilukis oleh seorang pelukis profesional.
Lukisan itu menjadi hadiah dari Ratu Hwa Ryeong untuk Pangeran Agung Gyeseong. Ratu berharap semoga lukisan tersebut dapat menjadi obat ketika Gyeseong merindukan sosok dirinya yang lain. Selesai dengan urusan Pangeran Agung Gyeseong, ratu kembali fokus dengan pengobatan Putra Mahkota.
Dia masih menyembunyikan penyakit Putra Mahkota dari raja. Ratu juga membuat skenario palsu yang mengabarkan bahwa Putra Mahkota hanya sakit kulit biasa dan perlu pengobatan di luar istana. Hal yang sebenarnya terjadi, sang putra sulungnya itu dipindahkan ke istananya.
Raja yang tidak tahu mengenai kondisi kesehatan sebenarnya dari Putra Mahkota sibuk dengan ujian untuk mendapatkan teman belajar bagi putranya tersebut.
Ujian pertama meluluskan beberapa nama pangeran, di antaranya Pangeran Bogeum, Pangeran Uiseong, Pangeran Gyesong dan Pangeran Seongnam. Namun, Gyeseong memutuskan mengundurkan diri.
Di tengah mempersiapkan ujian tahap kedua, Pangeran Seongnam nekat mencari obat untuk kesembuhan kakaknya dengan mendatangi sebuah desa yang sedang terjangkit wabah.
Dia perlu menemui seorang tabib yang sedang bekerja di sana. Setelah resep diberikan pada petugas apotek, Seongnam kesulitan membayarnya karena semua uang sudah dia berikan pada tabib tadi.
Untungnya dia ditolong oleh seorang gadis yang menjaminkan salah satu barangnya agar Seongnam bisa segera mendapatkan obat yang dibutuhkan. Gadis itu ternyata putri dari Menteri Perang bernama Yoon Cheong Ha. Cheong Ha sengaja menolong Seongnam karena dia tertarik dengan pemuda itu dan ingin bertemu lagi.
Setelah obat didapat, Seongnam mendapat penolakan dari sang ibu dan tabib istana, untungnya Putra Mahkota tak keberatan. Ratu juga tak punya pilihan lain karena sebentar lagi Putri Mahkota akan melahirkan. Jika sampai pada hari kelahiran Putra Mahkota tidak menampakkan diri, hal ini bisa menyebabkan kekacauan.
Pada hari bersalin Putri Mahkota, secara mengejutkan Putra Mahkota datang dengan kondisi bugar. Resep obat dari tabib yang ditemui Seongnam rupanya manjur karena sudah empat hari Putra Mahkota tidak pingsan dan bisa kembali beraktivitas. Sayangnya, saat sedang belajar bersama Pangeran Bogeum, Putra Mahkota tiba-tiba saja muntah darah di depan para pejabat istana, raja dan ratu.
Episode 5-6

Kesehatan Putra Mahkota yang memburuk memukul Raja Lee Ho karena dia merasa dibohongi oleh istrinya sendiri. Akibat menyembunyikan kesehatan Putra Mahkota yang sebenarnya, Ratu Hwa Ryeong dihukum tidak boleh meninggalkan istananya.
Dia dikurung dan tidak boleh mendapat akses bertemu Putra Mahkota ataupun mendapatkan kabar terbarunya. Nasib serupa dialami oleh para Pangeran Agung atau adik-adik Putra Mahkota.
Pangeran Agung Seongnam menjadi yang paling bersedih akan hal itu. Dia merasa bertanggungjawab atas kesehatan sang kakak yang memburuk.
Seiring dengan memburuknya kesehatan Putra Mahkota, para pejabat istana yang dipimpin oleh Ketua Dewan Kerajaan, Hwang Won Hyeong, berdemo untuk meminta agar Putra Mahkota turun tahta.
Ibu Suri mendorong Raja Lee Ho untuk mengikuti permintaan para pejabat karena bagaimana pun mereka adalah pihak yang menaikkan Lee Ho ke posisi tertinggi.
Namun, Ratu Hwa Ryeong lebih dulu datang mengejutkan Won Hyeong. Ibu dari Putra Mahkota menolak anaknya diturunkan dari tahta. Raja menyetujui keinginan istrinya tersebut.
Sayangnya, tak lama tersiar kabar Putra Mahkota meninggal dunia. Kesedihan meliputi Ratu Hwa Ryeong dan Pangeran Seongnam akan tetapi sebagai ibu, ratu harus segera kembali tegar.
Kematian Putra Mahkota menjadi petaka bagi Tabib Kwon. Dia pun harus menebusnya di penjara. Rumor tidak sedap bahwa Putra Mahkota diracun mulai merebak.
Hwang Won Hyeong paling lantang melakukan penyelidikan. Namun, sang putri, Selir Hwang atau ibu dari Pangeran Uiseong, segera memintanya berhenti.
Dia takut Tabib Kwon membocorkan rahasia bahwa dirinya pernah memberikan ramuan yang dapat memperparah kondisi kesehatan Putra Mahkota. Seketika penyelidikan pun dihentikan.
Anehnya Selir Hwang melarang ayahnya itu membunuh Tabib Kwon. Tak lama Won Hyeong mendapat angin segar yang berasal dari Selir Tae.
Selir Tae, ibu dari Pangeran Bogeom, secara tidak sengaja menguping pembicaraan Ratu Hwa Ryeong tentang obat dari luar istana yang diberikan pada Putra Mahkota. Selir Tae lantas membocorkan informasi tersebut pada Menteri Perang, Yoon Soo Gwang.
Pasalnya mantan dayang dari Istana Ratu Hwa Ryeong itu ingin Pangeran Bogeom mendapat dukungan. Dia ingin Bogeom percaya diri pada proses pemilihan Putra Mahkota atau taekhyeon seperti saat memilih Raja Lee Ho di masa lalu. Yoon Soo Gwang kemudian mengabarkan hal ini pada Hwang Won Hyeong.
Tanpa buang waktu, Won Hyeong menyidang Tabib Kwon di depan raja, ratu dan ibu suri. Dengan percaya diri Won Hyeong langsung mengarahkan pertanyaan pada ratu terkait obat dari luar tersebut. Untungnya ratu bisa meyakinkan raja agar tidak terbujuk fitnahan yang dilontarkan Won. Raja Lee Ho akhirnya memutuskan menunda persidangan.
Selesai dengan urusan menegangkan, Ratu Hwa Ryeong menemui istri dan anak mendiang Putra Mahkota. Dia sangat berhati-hati dengan makanan yang disuguhkan untuk Won Son, cucunya, karena beberapa waktu lalu Putri Mahkota mengadu bahwa dia merasa terancam.
Hal itu terbukti benar ketika ratu mendapatkan petunjuk dari gambar yang dibuat sang cucu. Dari petunjuk itu ratu menemukan luka tusukan jarum dalam jumlah banyak pada tubuh cucunya. Dia juga melihat makanan yang disajikan untuk Won Son telah diracun.
Episode 7-8

Ratu Hwa Ryeong mendesak dayang pelaku penusuk-nusuk jarum di tubuh Pewaris Agung untuk mengatakan siapa yang memerintahnya. Alih-alih menjawab, dayang itu memilih bunuh diri. Ratu yang masih bingung harus menghadapi persidangan terkait kematian Putra Mahkota.
Tabib Kwon sebagai saksi kunci tidak bisa lagi menahan siksaan dan mengatakan bahwa Ratu Hwa Ryeong adalah orang yang menyerahkan obat dari luar istana padanya. Tanpa diduga, ratu justru menyeret Putri Mahkota sebagai dalang sesungguhnya. Semua kaget, tetapi diam-diam ratu punya rencana sendiri.
Dia merelakan Putri Mahkota dan putranya diturunkan dari tahta. Sebagai gantinya, ratu bersedia turun tahta jika salah satu Pangeran Agung tidak bisa menjadi Putra Mahkota melalui taekhyeon atau pemilihan langsung berdasarkan kemampuan para pangeran.
Keputusan ini disepakati oleh Ibu Suri dan Hwang Won Hyeong yang memang ambisius menghancurkan ratu. Putri Mahkota dan Pewaris Agung pun resmi dikeluarkan dari kerajaan. Mereka diarak seperti penjahat.
Hwang Won Hyeong sendiri tidak menyiakan kesempatan untuk membunuh mereka setibanya di tempat pengasingan. Namun, Ratu Hwa Ryeong diam-diam sudah menyelamatkan menantu dan cucunya itu lebih dulu. Dia memindahkan Putri Mahkota ke tempat yang aman.
Seongnam yang sempat marah pada sang ibu akhirnya mengerti mengapa ibunya memfitnah Putri Mahkota. Dia kemudian bersedia mengikuti taekhyeon atau pemilihan Putra Mahkota yang diadakan langsung oleh raja.
Proses pemilihan pun dimulai dan para pengeran mendapatkan tugas pertama dengan metode kompetisi untuk menguji ketahanan fisik mereka. Beberapa pangeran maju ke babak selanjutnya, antara lain Pangeran Agung Seongnam, Pangeran Bogeum, Pangeran Simso dan Pangeran Uiseong.
Kali ini mereka diberi tugas untuk mencari dan membawa Seo Ham Deok dan Park Gyeong U ke istana. Dua orang itu diketahui sempat bermasalah dengan istana sehingga diusir dari sana.
Pangeran Uiseong mendapat tugas menemukan Seo Ham Deok dan Pangeran Agung Seongnam harus menemukan Park Gyeong U.
Dalam melakukan tugas kedua, beberapa pangeran diam-diam mendapat bantuan, seperti Pangeran Simso dan Pangeran Uiseong. Berbeda halnya dengan Pangeran Agung Seongnam yang justru hampir tewas oleh sekawanan bandit.
Bandit-bandit tersebut menyerang Seongnam secara diam-diam. Untungnya para pengawal kerajaan bisa menyelamatkannya. Berita menakutkan ini sampai ke telinga Ratu Hwa Ryeong dan raja.
Raja yang semula marah dan akan mengusut tuntas kasus tersebut, mendadak berubah pikiran setelah dipengaruhi dan dipojokkan oleh Hwang Won Hyeong.
Tidak bisa tinggal diam dengan bahaya yang mengintai putra keduanya, ratu nekat melakukan penyelidikan dibantu para pengawal istana. Pangeran Agung Seongnam sendiri tak tahu mengenai upaya ibunya. Dia fokus menemukan Park Gyeong U.
Lelaki yang dulu merupakan rekan raja tersebut ternyata hidup menyepi dan berpura-pura buta sebagai guru di desa. Pangeran Bogeum menemukannya lebih dulu, tetapi Seongnam yang berhasil membuktikan kalau Park Gyeong U tidak buta.
Upaya ratu menemukan dalang penyerangan Seongnam membuahkan hasil. Dia mendapatkan saksi mata dan petunjuk mengenai pelaku sesungguhnya. Dari kesaksian yang didapat ratu yakin bahwa otak penyerangan terhadap Pangeran Agung Seongnam adalah Ibu Suri.
Episode 9-10

Raja sudah mengetahui kalau ibunya mencoba membunuh Pangeran Seongnam. Akan tetapi Ibu Suri justru balik memfitnah Ratu Hwa Ryeong. Ratu tidak tinggal diam menghadapi tingkah Ibu Suri yang semakin membahayakan.
Dia menyusun rencana untuk mengadudomba antara Ibu Suri dan Ketua Dewan Kerajaan, Hwang Won Hyeong. Akibatnya hubungan Ibu Suri dan Hwang Won Hyeong serta Selir Hwang menjadi terganggu. Ibu Suri mulai mencari sekutu lain, yaitu Selir Tae, ibunda dari Pangeran Bogeum.
Taekhyeon yang begitu sengit nyatanya telah mengugurkan beberapa pangeran, mulai dari Pangeran Hodong, Pangeran Agung Ilyoung dan Pangeran Simso.
Khusus Pangeran Simso, dia datang ke istana dalam keadaan lemah. Simso ingin menyerah tetapi sang ibu, Selir Ko, bersikeras agar sang anak kembali berjuang.
Simso diperlakukan sangat buruk oleh ibunya sendiri karena dianggap mengecewakan. Pemuda itu pingsan cukup lama di luar istana hingga Ratu Hwa Ryeong datang menyelamatkannya.
Tindakan ratu membuat Selir Ko marah. Dia lantas mencuri lukisan rahasia milik Pengeran Agung Gyeseong dan menyerahkannya pada Selir Hwang. Namun, setelah melihat kondisi Simso yang mencoba bunuh diri tetapi selamat karena ditolong oleh Ratu Hwa Ryeong, Selir Ko melunak dan berubah pikiran.
Di luar istana, Pangeran Agung Gyeseong sedang berlomba dengan Pangeran Uiseong mencari Seo Ham Deok untuk dibawa ke istana. Gyeseong menemukan bahwa Seo Ham Deok yang kini menjadi biksu rupanya tengah menyusun upaya pemberontakan terhadap raja.
Salah satu pangeran agung tersebut juga menemukan gua tempat Ham Deok menyembunyikan senjatanya. Pangeran Uiseong tidak peduli dengan hal itu. Dia hanya tahu bahwa dirinya harus membawa Seo Ham Deok ke istana sekalipun dengan cara membunuh seseorang dan memfitnah Ham Deok sebagai pelakunya.
Keserakahan Uiseong tidak berhenti sampai situ karena dia mengklaim temuan Gyeseong mengenai gudang senjata milik Ham Deok dan upaya pemberontakannya.
Ham Deok yang ternyata bekerjasama dengan Tabib Kwon dan Tabib Toji tidak bisa menghindar dari jebakan Uiseong. Rencana jahat Uiseong diikuti dengan rencana jahat Selir Hwang yang berniat membunuh Gyeseong dan memalsukannya sebagai bunuh diri.
Dia juga akan memberikan lukisan yang diberikan Selir Ko beberapa waktu lalu kepada raja sebagai senjata. Namun, di luar dugaan, Selir Ko sudah menukar lukisan tersebut. Pangeran Agung Gyeseong yang sudah dalam posisi digantung lengkap dengan surat wasiat palsu juga berhasil diselamatkan.
Sayang, itu artinya Gyeseong gugur dalam pertandingan. Akibat tingkahnya sendiri Selir Hwang diturunkan posisinya menjadi selir paling rendah. Meski begitu, Uiseong terus melaju ke babak berikutnya.
Saingan Uiseong adalah Pangeran Bogeum dan Pangeran Agung Seongnam. Dua pemuda itu lolos setelah bekerjasama membawa Park Gyeong U ke istana. Ratu Hwa Ryeong bangga dengan satu-satunya putra yang tersisa, akan tetapi rumor tentang status Seongnam sebagai putra haram raja mulai menyebar.
Di tengah masalah yang harus diselesaikan ratu, raja membuat keputusan yang melegakan. Dia ingin putra mahkota yang masuk ke babak berikutnya dipilih oleh para siswa dari Sungkyunkwan.
Won Hyeong yang biasanya protes, hanya bisa tutup mulut karena tindakannya mencelakakan Seongnam telah diketahui oleh raja.
Episode 11-14

Persaingan mendapatkan posisi Putra Mahkota berlanjut dengan tiga kandidat, yaitu Pangeran Agung Seongnam, Pangeran Bogeum dan Pangeran Uiseong. Sayangnya, Pangeran Bogeum terpaksa harus mundur karena kelicikan Ibu Suri, Selir Hwang dan Ketua Dewan Kerajaan.
Mereka gelisah karena Bogeum lebih unggul dari Uiseong. Tersisa dua kandidat, rencana licik kembali dilancarkan oleh mereka untuk memenangkan Pangeran Uiseong.
Baik Ibu Suri, Selir Hwang dan Ketua Dewan Kerajaan mencoba membujuk dan menyogok para orangtua siswa Sungkyunkwan agar memilih Uiseong. Untungnya, Ratu Hwa Ryeong mengetahui rencana busuk mereka.
Ratu tentu tidak bisa diam saja, dia lalu menemui para siswa Sungkyunkwan untuk mencegah perbuatan curang tersebut. Para siswa pun kembali pada integritasnya untuk berlaku jujur. Hasilnya, Pangeran Agung Seongnam terpilih menjadi Putra Mahkota.
Namun, sebelum disahkan, Hwang Won Hyeong atau Ketua Dewan Kerajaan membahas soal rumor yang mengatakan bahwa Seongnam bukan putra kandung raja. Dia menuntut pembuktian dan tentu saja sudah menyiapkan rencana busuk untuk itu.
Lagi-lagi rencananya berhasil digagalkan Ratu Hwa Ryeong. Dari pemeriksaan itu, Ibu Suri malah mencurigai bahwa Pangeran Uiseong bukan putra sah raja.
Penobatan Pangeran Seongnam sebagai Putra Mahkota diikuti dengan rencana pemilihan Putri Mahkota. Ratu tak ingin jika calon Putri Mahkota dipilih oleh Ibu Suri. Oleh karena itu, dia langsung turun memeriksa kelayakan calon Putri Mahkota satu per satu.
Pilihannya jatuh pada putri sulung Menteri Perang, Yoon Cheong Ha, gadis yang sejak awal sudah naksir Pangeran Seongnam. Pernikahan antara Pangeran Seongnam dan Yoon Cheong Ha pun terjadi. Namun, Pangeran Seongnam yang terlanjur mengira bahwa Cheong Ha ada di pihak Ibu Suri, memperlakukannya dengan tidak baik.
Dia pergi meninggalkan Cheong Ha di malam pertama dan memilih menyendiri. Saat itulah Seongnam menemukan sobekan catatan penyakit yang ditulis mendiang kakaknya atau Putra Mahkota terdahulu. Dia lantas melaporkannya pada ratu dan penyelidikan pun diam-diam dimulai.