bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review True Story, Upaya Jurnalis untuk Hidupnya

Ditulis oleh Aditya Putra
True Story
2.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Jurnalis menjadi sosok yang penting dalam menyampaikan berita pada masyarakat. Pasalnya, hasil dari pekerjaan mereka akan memiliki dampak yang besar. Berita-berita yang dirilis bisa membentuk opini masyarakat.

Gerakan-gerakan atau perlawanan bisa lahir dari sana. Bahkan bukan nggak mungkin mengubah suatu tatanan yang sudah ada di masyarakat.

Di tengah tugas yang mulia, terkadang kebutuhan akan hidup membuat jurnalis kehilangan prinsipnya. Terburu-buru membuat kesimpulan, nggak memeriksa kredibilitas sumber sampai terpaksa mengarang demi menciptakan tulisan karena tuntutan deadline.

Hal itulah yang terjadi pada seorang jurnalis di film True Story. Dia berjuang untuk mengembalikan hidupnya.

Sinopsis

true-story-2_

Pada Tahun 2001, Michael Finkel adalah seorang jurnalis yang bekerja untuk New York Times. Ia punya reputasi yang bagus sampai artikelnya mengenai perlindungan anak di perkebunan kakao di Afrika tersandung masalah.

Ia dicurigai mengarang tulisannya itu serta nggak menyertakan foto asli dari narasumber yang ia wawancarai. Padahal tulisannya itu dipajang di sampul depan New York Times.

Finkel menolak anggapan bahwa tulisannya dianggap sudah melanggar prinsip jurnalisme. Sayangnya, nggak ada yang percaya pada Finkel.

Ia pun dipecat dan kesulitan untuk mendapat pekerjaan sebagai jurnalis lagi. Kabar pemecatannya diketahui oleh hampir semua surat kabar di Amerika. Frustasi tinggal di New York, Finkel kembali ke rumahnya di Montana dan kembali tinggal bersama istrinya.

Pada tahun 2003, Finkel dihubungi oleh salah satu reporter surat kabar The Oregonian. Reporter itu baru saja meliput sebuah tindakan pembunuhan oleh pria yang mengaku bernama Michael Finkel dan bekerja untuk New York Times.

Pria yang bernama asli Christian Longo itu diduga sudah membunuh istri dan tiga anaknya. Ia ditangkap setelah melarikan diri ke Cancun, Meksiko.

Finkel nggak mengetahui apa-apa terhadap kasus yang menimpa Longo. Untuk memperjelas situasi, Finkel berniat menemui Longo di penjara. Pertemuan pertama Finkel dan Longo dihabiskan untuk mengetahui mengapa Longo menggunakan nama Finkel.

Longo menjawab bahwa dia adalah penggemar berat tulisan Finkel bahkan mengetahui berbagai hal tentang orang yang diidolakannya itu.

Finkel mencoba mengorek apa yang sebenarnya Longo lakukan serta untuk mengetahui seberapa kuat tuduhan yang dialamatkan pada Longo. Longo menyatakan setuju bahwa dia akan menceritakan cerita versi dirinya pada Finkel dengan syarat bahwa Finkel akan mengajari Longo cara menulis.

Selain itu, dia meminta Finkel untuk nggak mempublikasikan hasil obrolan mereka sampai nasib Longo diputuskan secara sah oleh pengadilan.

Seringnya bertemu dengan Longo membuat Finkel merasa Longo merupakan orang yang menyenangkan. Hanya saja, dia kerap mengelak dari tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Finkel merasa cerita yang didapat dari Longo bisa dijadikan materi untuk tulisan di surat kabar.

Longo bahkan mengirim tulisan sebanyak 80 halaman yang diberi judul Wrong Turns yang berisi tentang kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya.

Finkel mulai merasa punya banyak kesamaan dengan Longo. Cara menulis, menggambar, sampai surat yang Longo buat sangat mirip jurnal yang dibuat oleh Finkel. Finkel pun mulai merasa ragu bahwa Longo benar-benar bersalah sesuai dengan yang dituduhkan.

Longo sendiri menyatakan pada Finkel bahwa dia akan mengubah keinginannya pada pengadilan menjadi menolak tuduhan dan menyatakan nggak bersalah.

Finkel merasa bahwa artikel saja nggak cukup untuk mengangkat sisi Longo, dia pun berusaha membuat buku.

Di pengadilan, Longo menyatakan dirinya nggak bersalah untuk dua kasus pembunuhan yang dituduhkan dan hanya mengaku bersalah atas dua pembunuhan saja.Dia menambahkan bahwa dia mengaku sudah membunuh istri dan salah seorang anak perempuannya.

Finkel mencoba menggali keterangan lebih dalam tapi Longo menolak dengan dalih harus melindungi orang-orang yang nggak disebutkan namanya.

Greg Ganley, detektif yang sudah menyelidiki Longo dalam waktu yang lama, mengatakan pada Finkel bahwa Longo adalah orang yang berbahaya dan manipulatif. Dia meminta Finkel menyerahkan segala tulisan Longo pada pengadilan tapi Finkel menolak. Apakah yang dikatakan Longo adalah kebenaran? Ataukah Finkel sedang dimanipulasi?

Arah Cerita Yang Membingungkan

true-story-3_

Film True Story mengambil cerita berdasarkan memoir yang juga berjudul True Story karangan Michael Finkel. Judul True Story pun digunakan bukan dengan alasan yang spesifik, melainkan untuk menguatkan bahwa Finkel mendapat kesaksian Longo sesuai dengan yang dia dengar dan baca sejak perkenalan mereka.

Karya Finkel sebenarnya punya potensi untuk menjadi film dengan cerita seru. Sayangnya, film ini justru kebingungan dalam menentukan arah ceritanya.

Tone cerita sepanjang film nggak cukup konsisten untuk dilebur menjadi satu. Terlebih banyak unsur yang coba dimasukkan seperti misteri pembunuhan, drama di ruang persidangan, sampai cara jurnalis mendapatkan informasi yang kredibel.

Secara sinematografi, film ini bisa menampilkan suasana dingin dari ruang pertemuan antara penghuni dengan tamu penjara.

Beberapa adegan dikemas dengan long shot yang menunjukan betapa sunyinya penjara. Pun dengan mid shot serta close up yang dipilih untuk bisa menangkap ekspresi serta gestur Finkel dan Longo ketika berdialog.

Klimaks Terlalu Datar

true-story-4_

Sutradara Rupert Goold seperti mengalami kesulitan menerjemahkan konflik yang dibangun dengan baik dalam True Story. Pendalaman karakter yang dilakukan baik nggak disertai dengan third act yang disajikan secara maksimal.

Praktis, kita hanya disuguhkan dialog antara Finkel dan Longo serta dinamika hubungan mereka yang terus berkembang seiring dengan semakin seringnya pertemuan mereka.

Salah satu kelemahan paling besar film ini adalah keinginannya dalam menyisipkan clue untuk solusi dari konflik.

Dialog antara kedua tokoh yang seharusnya bisa membuat konflik lebih intens terasa terlalu banal. Juga terlalu terfokus pada kedua karakter yang punya banyak kesamaan. Hasilnya, kita nggak terikat secara emosional ketika menyaksikan akhir kisah Finkel dan Longo.

Penampilan James Franco

true-story-5_

True Story bergantung pada dua karakter utamanya dalam menjalankan cerita. Jonah Hill bisa menyingkirkan segala kekonyolan maupun kegilaan yang biasanya ia tampilkan dalam film-film yang dibintanginya.

Sementara James Franco terasa kurang maksimal dalam memerankan karakter Longo. Dia bisa meraih simpati dengan kesaksian versi dirinya tapi sosok Franco tetap terasa hadir.

Kelemahan Franco dalam memerankan Longo terletak pada kesulitannya masuk ke dalam karakter yang manipulatif.

Ketika dia bisa tampil membela dirinya atas dugaan yang disematkan, dia nggak cukup pintar memperlihatkan sosok yang bisa membolak-balikan emosi. Alhasil, aktor kelahiran Palo Alto, California itu lebih condong ke sisi antagonis walau seharusnya bisa membuat karakter Longo lebih abu-abu.

Durasi yang sebenarnya nggak terlalu panjang yaitu 99 menit, terasa menyimpan banyak kekurangan dari segi cerita. Film ini bisa menjadi tontonan menarik kalau kamu suka memperhatikan dialog.

Satu-satunya hal yang menarik dari film dengan genre drama ini memang cuma adegan Finkel yang berdialog dengan Longo. Film apa lagi nih yang menurutmu dialognya menarik? Tulis di bawah yuk!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram