bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Trance (2013), Usaha Mengembalikan Ingatan

Ditulis oleh Aditya Putra
Trance
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Di dalam hidup, ada momen-momen tertentu yang nggak bisa dilupakan. Baik itu momen yang menyenangkan ataupun menyedihkan. Momen itu akan terekam dalam ingatan atau memori.

Ketika ada sesuatu yang berhubungan atau kejadian yang mirip dengan momen tersebut, ingatan akan secara otomatis memutar momen yang pernah kita lalui.

Ingatan merupakan salah satu komponen penting bagi manusia dalam menjalani hidup. Orang-orang yang mengalami kecelakaan dapat mengalami amnesia atau adanya gangguan pada ingatan.

Untuk mengembalikan ingatan, ada berbagai metode yang dapat ditempuh. Salah satunya adalah hipnosis seperti di film Trance. Yuk, simak sinopsis dan review filmnya!

Baca juga: 20 Film Sci-Fi Terbaik yang Sangat Seru dan Wajib Ditonton

Sinopsis

Sinopsis

Simon Newton adalah seorang juru lelang lukisan. Sebagaimana lukisan ada yang bernilai tinggi, dia dilatih untuk melakukan apa yang perlu dilakukan dalam kondisi darurat.

Suatu hari, dia akan melelang lukisan karya Francisco Goya yang berjudul Witches in the Air. Lukisan yang diprediksi berharga sebesar 25 juta USD itu pun harus dilindungi dengan baik.

Empat orang perampok menyambangi tempat Simon bekerja. Simon langsung menjalankan protokol keamanan dengan mencabut lukisan dari bingkai kemudian menyembunyikannya. Franck, pimpinan para perampok menemukan Simon dan mengambil lukisan.

Setelah itu, Franck memukul Simon di kepala sampai Simon nggak sadarkan diri. Sesampainya di rumah, Franck menemukan bahwa paket yang diambilnya nggak memuat lukisan sama sekali.

Dia pun mengutus anak buahnya untuk mencari lukisan Goya ke apartemen serta mobil Simon tapi nggak mendapatkan apa-apa. Ketika Simon keluar dari rumah sakit, Franck bersama anak buahnya menculik dan menyiksa Simon.

Simon ternyata terlibat di dalam perampokan sebagai orang yang ditugaskan di rumah lelang. Dia berniat berkhianat dan mengambil lukisan untuk dirinya sendiri. Sayang, pukulan di kepala membuat Simon menderita amnesia.

Dia pun nggak ingat tempat dia menyembunyikan lukisan. Franck pun meminta Simon untuk memilih nama hipnoterapis yang akan mengobatinya.

Simon memilih Elizabeth Lamb dengan alasan dia menyukai nama tersebut. Simon menggunakan nama palsu ketika menjalani sesi terapi dengan Elizabeth. Dan alasannya mengikuti terapi dengan menyebutkan bahwa dia ingin menemukan kuncinya yang hilang.

Ketika dihipnotis, Simon tanpa sadar menyebutkan nama aslinya. Elizabeth pun menemukan kabel penyadap yang ditempel Franck di tubuh Simon.

Elizabeth mulai memahami bahwa amnesia yang dialami Simon disebabkan adanya benturan serta siksaan ke area kepala. Di sesi kedua, Elizabeth mulai meneliti Simon lebih jauh dan menanyakan apakah Simon berada dalam bahaya.

Simon mengiyakan hal tersebut. Elizabeth mengatakan bahwa dia akan membantu Simon asalkan diberi kesempatan berbicara dengan Franck dan anak buahnya.

Elizabeth bersedia membantu Franck menemukan lukisan dengan syarat akan mendapatkan bagian dari penjualan lukisan tersebut. Elizabeth kembali menghipnotis Franck, kali ini bersama perampok yang lain.

Sayangnya, Franck nggak juga ingat lokasi dia menyembunyikan lukisan. Elizabeth mendalami bagaimana Simon terlibat dengan Franck. Ternyata Simon terlilit utang judi. Demi melunasi utangnya, dia bersedia bekerja sama dengan Franck.

Di sesi berikutnya, Simon ingat bahwa dia mengambil lukisan dan menyembunyikannya di dalam jasnya. Setelah dipukul oleh Franck, Simon sempat sadar.

Kemudian, dia keluar dari rumah sakit tapi tertabrak oleh mobil yang dikendarai oleh Elizabeth. Dia menilai Elizabeth secara sengaja membuatnya kehilangan ingatan. Elizabeth pun menyadarkan Simon.

Keesokan harinya, Simon menemukan Elizabeth di apartemennya. Elizabeth menyatakan bahwa dia khawatir akan kondisi Simon.

Simon merasa kesulitan membedakan mimpi dan realita sebagaimana sesi hipnotis itu banyak membawa Simon ke dalam alam setengah sadar. Akankah Simon berhasil menemukan lukisan? Ataukah ada niatan khusus dari Franck atau Elizabeth?

Penggunaan Alur Non-Linear

Penggunaan Alur Non-Linear

Metode hipnotis yang digunakan untuk mengembalikan ingatan Simon dalam Trance, membuat film ini berjalan dengan alur yang non-linear.

Simon akan menjalani sesi, dan kita akan dibawa ke dalam adegan ketika peristiwa perampokan terjadi. Semakin jauh sesi hipnotis yang diikuti, rincian kecil mengenai perampokan itu semakin dimunculkan.

Satu hal yang unik dari penggunaan alur non-linear adalah bagaimana film ini sama sekali nggak memisahkan adegan. Kita nggak akan melihat perbedaan ketika Simon dalam keadaan sadar maupun setengah sadar.

Kita seperti dibawa dalam petualangan mimpi melawan realita yang dialami Simon. Dengan begitu, kita dipaksa menerka setiap kejadian yang dialami Simon.

Secara sinematografi, elemen mimpi lawan realita membuat film ini berbeda dengan film-film sejenis. Biasanya film yang mengangkat gaya serupa akan memberi tanda untuk membedakan mimpi dengan realita. Hal itu dilengkapi dengan pergerakan kamera yang berbeda dalam menyoroti adegan yang sama.

Pendalaman Karakter yang Kuat

Pendalaman Karakter yang Kuat

Secara pendalaman karakter, Trance berhasil membuat kita merasa campur-aduk. Di awal kita akan bersimpati pada kondisi Simon yang dicelakai ketika bekerja. Di second act, Simon terungkap sebagai salah satu pelaku.

Begitu juga lewat karakter Elizabeth yang awalnya hanya seorang ahli hipnosis malah mau bekerja sama dengan Franck demi mendapatkan bagian dari penjualan lukisan.

Apresiasi layak diberikan pada James McAvoy yang berperan sebagai Simon dan Rosario Dawson sebagai Elizabeth. McAvoy berhasil menghidupkan karakter Simon beserta emosinya.

Sedangkan Dawson berhasil masuk ke dalam karakter yang terkesan lurus padahal menyimpan misteri serta kerumitan tersendiri. Keduanya pun berhasil membuat kita terikat secara emosional pada karakter mereka.

Klimaks Penuh dengan Konflik

Klimaks Penuh dengan Konflik

Trance menggabungkan unsur thriller dengan misteri. Kita akan dibawa mendalami ingatan Simon yang dibuat seperti kepingan puzzle. Dari kepingan-kepingan itu pula, solusi dari masalah dalam cerita bisa dirangkai sampai lengkap.

Sekilas, kita akan teringat pada Memento karya Christopher Nolan atau Mulholland Drive, tapi karya Danny Boyle ini mengangkat tema pencurian atau perampokan.

Dari segi cerita, film ini cukup bagus dalam membangun cerita. Hanya saja ketika memasuki second act, cerita yang diangkat mulai kehilangan tajinya.

Danny Boyle dikenal sebagai sutradara yang kerap menggunakan tempo cepat dalam filmnya. Di film ini pun, dia kembali melakukannya tapi nggak berhasil mempertahankannya.

Trance menyajikan twist yang nggak tertebak disertai dengan konflik baru yang menyertainya. Tempo yang sempat melambat ternyata coba dinaikkan lagi. Hal itu dilengkapi dengan munculnya pesan  tersirat tentang ego manusia dan balas dendam.

Kemunculannya seperti disimpan untuk dimunculkan di waktu yang tepat. Keputusan itu rasanya cukup efektif sebagaimana second act yang lesu.

Nama Danny Boyle sebagai sutradara Trance menciptakan adanya ekspektasi tinggi. Sayangnya, film ini nggak cukup untuk memenuhi ekspektasi tinggi tapi berhasil menyajikan hiburan yang ringan untuk ukuran film dengan cerita berat.

Durasi selama 101 menit rasanya cukup untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi dengan Simon. Siapa karakter paling misterius menurutmu? Simon, Elizabeth, atau Franck? Tulis di kolom komentar, guys!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram