bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Tragic Jungle, Wanita Misterius & Penyadap Karet

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Tragic Jungle
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Sebuah film dari Meksiko berjudul Selva Tragicia (2021) atau Tragic Jungle (2021) akan langsung menarik Anda ke dalam hutan tropis Meksiko, ke dalam cerita mengenai pelarian seorang wanita muda yang menolak pernikahan. Bukan sekadar drama, alur akan membawa Anda ke bagian utama dari film ini, yaitu mitos dan misteri. Daripada semakin penasaran, lebih baik simak lebih dulu sinopsis dan ulasannya di bawah ini!

Sinopsis

  • Tahun Rilis: Juni 2021
  • Genre: Mystery, Thriller
  • Produksi: Malacossa Cine, Varios Lobos, Manny Films
  • Sutradara: Yulene Olaizola
  • Pemeran: Indira Rubie Andrewin, Gilberto Barraza, Mariano Tun Xool, Eligio Melendez

Seorang lelaki dewasa terlihat sedang menyadap pohon karet yang tinggi menjulang. Berbekal sebuah golok, dia tidak memakai pengaman apa pun untuk melakukan itu, kecuali seutas tali yang dilingkarkan di bagian perut. Terdengar narasi yang mengatakan bahwa hutan bisa memberi banyak tapi juga bisa mengambil banyak.

Di Rio Hondo, perbatasan antara Meksiko dan Honduras Britania, kini Beliza, seorang wanita berkulit hitam bernama Agnes (Indira Rubie Andrewin), seorang perawat bernama Florence (Shantai Obispo) serta lelaki tua penunjuk jalan bernama Norm (Cornelius McLaren) yang sama-sama berkulit gelap, tampak menyusuri hutan. Saat ditanya mengapa tak menggunakan parang untuk membuka jalan, Norm mengatakan mereka tak boleh meninggalkan jejak.

Ketiganya juga harus melewati rawa-rawa dan bermalam di dalam hutan di tengah hujan. Esok paginya, Agnes secara tidak sengaja melihat Norm dan Florence bercinta. Saat beristirahat untuk membasuh wajah, Flo berkata pada Agnes bahwa sebenarnya Agnes bisa menikahi pria Inggris yang melamarnya. Lagipula Agnes cukup putih untuk keluarga lelaki itu dan menjadi wanita kaya.

Jika Flo menjadi dirinya, dia akan memilih itu, membiarkan sang lelaki merasa memegang kendali beberapa kali lalu membalikkan keadaan. Agnes menjawab bahwa dirinya tidak seperti Flo. Perjalanan ketiga berlanjut, kali ini mereka menaiki sebuah perahu kecil.

Di tempat lain tiga orang lelaki terlihat mendatangi sebuah rumah. Salah satu di antara mereka memerintahkan lelaki bernama Gildon (Gildon Roland) untuk membuka pintu. Saat didobrak, Gildon hanya menemukan sehelai kain. Kemudian, lelaki setengah baya yang mengenakan topi tampak gelisah dan meminta anjingnya menemukan seseorang dengan bekal selembar kain tadi.

Di sungai, Norm masih setia mengayuh perahu yang ditumpanginya bersama Agnes dan Flo. Tiba-tiba sebuah perahu motor yang ditumpangi pria bertopi dan beberapa orang lelaki, mengejar dari belakang. Salah satunya melepaskan tembakan yang mengarah pada Norm. Tak ingin bertaruh, Norm memerintahkan Agnes dan Flo untuk terjun ke air. Sayang Norm dan Flo tertembak. 

Agnes yang tinggal sendirian, terus berlari sebelum sebuah tembakan terlihat mengenainya. Lelaki bertopi itu kembali memerintahkan Gildon, kali ini untuk memeriksa dan memastikan Agnes sudah tewas. Dari jauh Gildo melihat sesosok tubuh tergeletak di antara pepohonan. Saat hendak memeriksa lebih mendekat, dia dihadang oleh seekor buaya. Ketakutan, Gildo pun memutuskan kembali.

Cerita berlanjut saat Agnes tersadar dan melihat suasana di sekitar sangat remang-remang. Flo rupanya belum tewas, tapi dia tak tergeletak tak berdaya. Keduanya berkomunikasi walau tak jelas arah pembicaraan. Agnes juga tampak tertembak di bagian perut. Dalam keadaan lemas, perempuan itu bertanya bagaimana rasanya disentuh oleh pria.

Esok hari tiba dan Flo sudah benar-benar tak bernyawa. Sebelum pergi, Agnes menukar pakaian dirinya dan Flo, lengkap dengan memakaikan gelangnya di tangan Flo. Cerita berlanjut dengan sebuah narasi berbahasa asing yang mengatakan bahwa saat berjalan di hutan, siapa pun harus selalu diam, jangan berhenti dan mengamati alam. Jika mendengar suara di belakang, jangan berbalik untuk melihat. Berdo’alah agar tak ada yang menakutkan muncul di depan.

Scene berlanjut saat sekelompok pria, yang sepertinya merupakan pekerja, berjalan di tengah hutan. Salah satu di antara mereka melihat tubuh Agnes yang tergeletak lalu mendekatinya. Lelaki itu membawanya, seketika Agnes yang masih dalam keadaan pingsan dikelilingi oleh beberapa lelaki.

Ausencio (Gilberto Barraza), seseorang yang tampak seperti pimpinan mereka kemudian mengikat tangan Agnes dan mengatakan tak boleh ada satu pun yang menyentuhnya karena identitas gadis tersebut masih perlu dicari tahu. Malam itu para lelaki berbincang, membicarakan pekerjaan dan pohon karet yang tampak sudah disadap tapi bukan oleh kelompok mereka.

Saat semua tertidur, Yucateco (Mario Canche) salah satu lelaki, mencoba mendekati Agnes dan menyentuh tubuhnya. Seketika dia langsung diingatkan untuk tak melakukan itu. Faisan (Eliseo Mancilla) sampai harus menodongkan senjata.

Paginya Faisan dan Ausencio pergi memeriksa pohon karet yang dibicarakan semalam. Benar saja, kedua orang itu menemukan sebuah tenda dari dedaunan, lengkap dengan beberapa peralatan makan. Mereka segera tahu bahwa itu adalah ulah orang-orang Inggris.

Agnes akhirnya bangun dari pingsan. Dia terkejut dengan banyak lelaki asing mengelilinginya. Ketika Ausencio bertanya, Agnes tak bisa menjawab apa pun karena tak bisa berbahasa Spanyol. Mereka langsung mengira bahwa Agnes dari Inggris dan bersekongkol dengan orang-orang itu. Salah paham berlanjut ketika Ausencio mengira Agnes adalah dokter atau perawat karena pakaian yang dia kenakan.

Agnes langsung dibawa dan diminta untuk mengobati kakak ipar Ausencio yang terlihat sakit. Para lelaki itu masih menaruh waspada dan curiga pada Agnes. Pandangannya tak ada yang ramah, karena selain curiga, mereka juga terkesan bernapsu. Bagaimana nasib Agnes selanjutnya? Bisakah dia ke luar dari hutan dan kembali menjalani hidup normal?

Terjebak di Hutan Bersama Para Lelaki Penyadap Karet

Dilihat dari luar, selama 96 menit film berjalan, Anda akan melihat film ini sebagai tontonan yang sepi, hening, mencekam sekalipun tanpa kehadiran makhluk-makhluk gaib apalagi jump scare. Dalam balutan sinematografi yang terasa penuh magis,  Anda akan dibawa masuk ke sebuah cerita tentang pelarian seorang wanita yang menolak menikah ke dalam hutan.

Dari awal film dimulai, Tragic Jungle (2021) atau Selva Tragica (2021) alurnya sudah terasa membingungkan tapi masih bisa diikuti. Agnes adalah wanita yang dicari oleh sosok lelaki bertopi yang bengis. Dia kabur bersama dua orang yang lain, tapi dua orang tersebut akhirnya harus tewas ditembak.

Agnes yang sendiri di dalam hutan diselamatkan oleh sekelompok lelaki, para pencari getah karet yang entah sudah berapa lama tak melihat perempuan. Mulai dari sini, Anda akan merasakan ada keanehan dengan alur ceritanya, bahwa Tragic Jungle (2020) bukan film ‘tersesat’ biasa, melainkan ada bumbu-bumbu mitos dan legenda yang mengerikan di dalamnya.

Sayangnya, transisi yang menghubungkan antara dua cerita tersebut tidak dibuat dengan baik. Hanya dipisahkan oleh penampakan kilat seekor buaya dan Agnes yang pingsan selama beberapa lama; sedikit dan tidak cukup kuat. Tahu-tahu satu per satu lelaki penyadap karet itu tewas. Sayang sekali karena scene-scene yang harusnya bisa membawa perasaan kelam bagi para penonton, berlalu begitu saja.

Selain itu, pembawaan karakter Agnes yang sudah lemah di awal, juga semakin hambar. Indira Rubie Andrewin seperti sedang main-main. Benar-benar tak ada ekspresi yang mewakilkan perasaan apa pun, entah tegang, sedih, takut atau kalut. Beberapa kali sorot matanya mencoba menyampaikan bahwa dirinya bukan lagi sosok yang sama sebelum pingsan, tapi tetap jauh dari meyakinkan dan tidak memuaskan.

Baca juga: Sinopsis dan Review Film The Curse of La Llorona (2019)

Tone Gelap dan Alur Lambat

Bicara Tragic Jungle (2021) dari segi sinematografi, Anda akan terpuaskan oleh hutan-hutan yang tertangkap kamera, rawa-rawa dan air sungai yang memenuhi layar. Pada beberapa bagian, kamera sengaja mengambil gambar dari jarak super dekat untuk mempertegas sesuatu.

Namun, lama-lama suguhan sinematografi yang demikian; melihat orang-orang seperti terkurung di dalamnya, dikelilingi oleh pohon-pohon yang tinggi tanpa jalan keluar, bisa membuat Anda merasa kurang nyaman. Apalagi pemilihan tone film ini juga cukup gelap sehingga terasa sekali pengap. Belum lagi alurnya terhitung lambat tanpa banyak dialog berarti. Film ini jadi semakin menyebalkan karena karakter utama, Agnes, terasa bagai pemain latar saja.

Karakter Agnes dan Mitos Wanita Xtabay

Dalam narasi yang terdengar di antara adegan demi adegan dalam film ini, terdapat satu yang menarik, yaitu cerita mengenai wanita Xtabay. Dia sosok wanita yang misterius, siapa pun yang mengikutinya, tak akan pernah kembali. Dia tak akan memanggil yang tak ingin mengikutinya.

Berdasarkan penggalan narasi tersebut, sutradara secara halus menyiratkan bahwa Agnes berubah jadi a Mayan demon setelah kabur ke hutan dari pernikahan yang tidak diinginkan. Tubuhnya diambil alih oleh kekuatan gaib yang bisa membuat orang lain meregang nyawa tanpa hal yang mencurigakan. Satu lagi, pada salah satu scene Anda akan mendapat kejutan dari kaki Agnes terlihat berubah seperti kaki hewan.

Secara keseluruhan, satu hal yang bisa disyukuri dari film ini adalah durasinya yang pendek. Penasaran seperti apa Tragic Jungle (2021)? Seperti apa sepi dan mencekamnya hutan tropis perbatasan antara Meksiko dan Belize? Film yang naskahnya ditulis oleh Ruben Imaz dan Yulene Olaizola sendiri ini bisa disaksikan di Netflix mulai 9 Juni 2021.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram