Sinopsis & Review The Wonder, Antara Mukjizat dan Penderitaan


Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.
Seorang perawat dari Inggris didatangkan ke pedalaman Irlandia untuk mengamati seorang gadis cilik yang tetap sehat padahal sudah tidak makan sejak 4 bulan yang lalu. Dia mencurigai ada yang diam-diam memberinya makan dan menutupi kebohongan itu dengan kedok agama. Semakin lama kondisi tubuh sang gadis melemah. Apa yang harus dia lakukan?
The Wonder adalah film drama psikologis karya Sebastian Lelio yang dirilis oleh Netflix pada 16 November 2022. Merupakan adaptasi dari novel karya Emma Donoghue yang juga menulis naskahnya, film yang dibintangi oleh Florence Pugh ini tayang perdana di Telluride Film Festival dengan respon positif.
Pergulatan jiwa seperti apa yang dialami oleh para karakter dalam film The Wonder ini? Simak review berikut ini untuk mengetahuinya lebih dalam.
Baca juga: 10 Film Adaptasi Novel Klasik Terbaik Sepanjang Masa
Sinopsis

Tahun Rilis | 2022 |
Genre | Adventure, Drama, Historical, Mystery, Psychological, Survival, Thriller |
Sutradara | Sebastián Lelio |
Pemeran | ∙ Florence Pugh ∙ Niamh Algar ∙ Tom Burke ∙ Toby Jones ∙ Elaine Cassidy |
Review | Baca di sini |
Irlandia, 1862. Elizabeth Wright, perawat yang pernah turun di Perang Krimea, didatangkan ke sebuah desa kecil di pedalaman Irlandia.
Dia diminta oleh sebuah komite dari tetua setempat untuk mengamati Anna, gadis cilik berusia 11 tahun, yang sudah tidak makan selama 4 bulan namun tetap dalam keadaan sehat. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah ini sebuah mukjizat atau bukan.
Bersamanya didatangkan juga seorang biarawati, dimana mereka akan melaporkan hasil pengamatan yang rencananya dilakukan selama dua minggu. Kedatangannya tidak begitu diterima dengan hangat, terutama karena warga masih trauma akibat wabah kelaparan besar yang baru saja mereka lalui.
Elizabeth melihat keluarga Anna sangat agamis, bahkan Anna sendiri hafal ayat demi ayat Alkitab. Puasa yang dilakukannya sejak ulang tahunnya itu dianggap para petinggi gereja dan sebagian besar warga adalah sebuah mukjizat. Setiap harinya ada saja pengunjung yang datang untuk menemui Anna hanya untuk meminta doanya. Anna dianggap sebagai sosok orang suci.
Setiap kali Elizabeth bertanya dari mana dia mendapat kekuatan selama ini, Anna selalu menjawab bahwa dia diberi makan Manna dari Surga oleh Tuhan.
Dia tidak menemukan adanya kebohongan dalam setiap ucapan Anna dan keluarganya, dan juga tidak ada indikasi tindak penipuan dengan memanfaatkan mukjizat itu untuk mengeruk pundi-pundi uang dari sedekah yang diberikan pengunjung.
Setiap kali pulang ke penginapannya di pusat desa, Elizabeth tenggelam dalam dukanya atas kematian anaknya yang masih bayi dengan menenggak sesendok laudanum. Di penginapan ini dia bertemu dengan William Byrne, jurnalis Daily Telegraph yang datang dari London tapi berasal dari desa tersebut.
Awalnya Elizabeth merasa terganggu dengan ucapan spekulasi William tentang Anna yang dianggap sebagai berita bohong belaka. Menyadari bahwa ada kemungkinan Anna diberi makan oleh ibunya lewat mulut setiap pagi dan malam, Elizabeth kemudian melarang seluruh anggota keluarganya untuk berada di sekitar Anna selama dalam pengamatannya.
Tidak berapa lama kemudian kondisi Anna mulai melemah, tapi dia tetap tidak mau makan. Sebagai seorang perawat, Elizabeth tidak tega melihat pasiennya mengalami kesakitan.
Dia memaksanAnna makan dengan menggunakan selang, tapi kemudian dia urungkan niatnya lalu mencabut kembali selang itu dari mulut Anna. Elizabeth sadar bahwa dia sudah terbawa emosi hingga menyakiti Anna.
Anna kemudian berkata jujur kepada Elizabeth bahwa Manna yang dia maksud adalah makanan yang disuapkan kepadanya lewat mulut ibunya.
Dan Anna juga memberikan alasan puasanya adalah sebagai penebusan dosa karena pernah diperkosa oleh kakaknya ketika dia berusia 9 tahun. Sang kakak sendiri sudah wafat karena penyakit yang tidak diketahui. Anna menganggap itu adalah kemarahan Tuhan.
William yang beberapa kali dipertemukan dengan Anna, mulai memuat hasil reportasenya di surat kabar yang menggemparkan seisi desa. Dia menulis bahwa kematian Anna nanti disebabkan oleh keluarga dan masyarakat desa yang terlalu mengkultuskannya.
Elizabeth melaporkan hasil pengamatannya dengan dugaan ibunya memberikan makan melalui ciuman di mulut Anna setiap harinya.
Anna dan ibunya menolak dugaan itu dan membuat Elizabeth sebagai pembohong. Untuk itu, Elizabeth berjanji akan merawat Anna sampai dia dijemput oleh kematian nanti. Kondisi Anna semakin melemah.
Elizabeth meminta ibu Anna untuk menciumnya lagi seperti biasanya, tapi ibunya menolak dengan alasan dia ingin kedua anaknya nanti berada di surga dengan penebusan dosa ini.
Menyadari tidak ada harapan bagi Anna untuk hidup di keluarganya, Elizabeth meminta William membantunya menculik Anna pergi. Saat semua anggota keluarganya pergi ke gereja, Elizabeth membawa Anna ke telaga yang disucikan warga setempat dan berhasil memberinya makan. Lalu Elizabeth membakar rumah Anna yang membuat sebagian tangannya ikut terbakar.
Elizabeth melaporkan kepada komite bahwa Anna tewas dalam kebakaran itu. Elizabeth diberi hukuman untuk tidak boleh pergi kemana pun sampai pihak komite memberikan keputusan. Bagaimana nasib Elizabeth selanjutnya? Apakah Anna benar-benar wafat atau masih hidup? Jawabannya akan kalian temukan dengan menonton film ini hingga usai.
Cerita Menarik di Masa Sulit

The Wonder merupakan adaptasi yang indah dari novel karya Emma Donoghue yang terbit pada tahun 2016. Termasuk salah satu novel terbaik menurut Scotiabank Giller Prize, tema yang diusung sangat lekat dengan kondisi kaum wanita di abad ke-19 dimana arogansi kaum pria mendominasi di segala bidang.
Latar belakang waktu kisah ini berada di tahun 1862, dimana bangsa Irlandia sedang berusaha bangkit dari peristiwa kelaparan besar yang terjadi antara tahun 1845 hingga 1849. Selama rentang masa itu, jutaan jiwa meninggal dunia, terutama di masa yang paling parah yaitu di tahun 1847 yang dikenal dengan sebutan Black ’47.
Meski sudah berakhir di tahun 1849, untuk bangkit dari keterpurukan bukanlah hal yang mudah. Hingga tahun 1871, eksodus besar-besaran warga Irlandia terus terjadi hingga mencapai 2,1 juta jiwa.
Oleh karena itu, ketika ada berita tentang sosok yang disucikan, mereka memujinya demi menambah motivasi diri untuk tetap bertahan. Tapi sebagian kecil dari mereka masih memandang skeptis berita ini.
Salah satunya adalah Elizabeth yang berpengalaman di bidang medis dengan pernah terjun di Perang Krimea antara tahun 1853 hingga 1856. Akibat menyaksikan kekejaman perang, ditambah kematian anaknya sejak bayi yang disusul perceraian yang menyedihkan membuatnya skeptis dalam menyikapi setiap keadaan.
Sejak kedatangannya, Elizabeth langsung menduga Anna mengidap anorexia mirabilis dimana penderitanya tidak mau makan tapi masih memiliki kondisi fisik yang prima. Dalam catatan sejarah, penderita penyakit ini selalu dianggap orang suci, salah satunya adalah Catherine of Siena yang hidup di abad ke-14.