bacaterus web banner retina

Review dan Sinopsis Film The Woman in the Window (2021)

Ditulis oleh Yanyan Andryan
The Woman in the Window
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Cerita film ini didasarkan pada sebuah novel tahun 2018 dengan judul yang sama karya penulis A.J. Finn. Secara ringkasnya, The Woman in the Window mengisahkan seorang psikolog anak bernama Dr. Anna Fox yang mempunyai gejala kecemasan agoraphobia. Ia kemudian mulai memata-matai tetangga barunya, keluarga Russell, dan mencurigai jika Alistair Russell telah melakukan kejahatan kepada sang istri, Jane Russell.

The Woman in the Window awalnya bakal dirilis pada tanggal 15 Maret 2020, namun jadwal tersebut diundur karena adanya pandemi COVID-19. Di bulan Agustus 2020, Netflix memperolah hak distribusi film tersebut dari 20th Century Studios, dan selanjutnya merilis film ini pada layanan streaming mereka di tanggal 14 Mei 2021.

Sinopsis

Sinopsis

Dr. Anna Fox, yang berprofesi sebagai seorang psikolog anak, tinggal sendirian di apartemennya setelah berpisah dengan suaminya, Edward. Anna juga tinggal jauh dengan putrinya yang bernama Olivia. Anna menderita agorafobia dan ia terobsesi untuk mengamati semua tetangganya dari jendela lantai dua, termasuk keluarga Russell yang baru saja pindah ke seberang jalan.

Jane Russell mengunjungi Anna, dan mereka saling berteman. Dia juga bertemu Ethan, putra Jane, yang mengungkapkan jika ayahnya selalu bersikap kasar. Pada suatu malam, Anna menyaksikan Jane ditikam hingga tewas di ruang tamu oleh suaminya, Alistair. Dia kemudian menghubungi detektif, tetapi mereka tidak mempercayainya, dan mengatakan jika semua anggota keluarga Russell baik-baik saja.

Alistair bersama dengan Jane kemudian tiba di rumah Anna. Kedatangannya sangat mengejutkan Anna, karena Jane ia yang lihat berbeda dari yang dia temui beberapa hari sebelumnya. Para detektif lalu menganggap Anna berhalusinasi karena keseringan meminum obat, dan alkohol. Tapi, Anna masih mencurigai Alistair, dan terus memata-matai mereka.

Sementara itu, David adalah seorang pria yang menyewa ruangan basement di apartemen Anna sebagai tempat tinggalnya. David pun sempat menolong keluarga Russell, namun ia tidak pernah mendengar, atau melihat adanya kekerasan yang terjadi pada keluarga tersebut.

Sebuah email misterius kemudian masuk ke dalam emailnya Anna, dan memperlihatkan foto dirinya yang sedang tertidur. Anna menduga jika ada seseorang yang telah menyusup ke dalam apartemennya. Ia menghubungi para detektif lagi, kali ini seluruh keluarga Russell serta David pun ikut bergabung selama penyelidikan.

Singkat cerita, terungkap bahwa Edward, dan Olivia sudah tewas akibat kecelakaan mobil yang tidak sengaja disebabkan oleh Anna. Karena peristiwa itu, Anna sekarang menderita agoraphobia, dan pengobatannya menyebabkan dia mengalami halusinasi serta sering mengobrol dengan orang-orang yang sebenarnya tidak ada di sana.

Anna meminta maaf kepada keluarga Russell dan berhenti mencurigainya. Beberapa waktu kemudian, dia merekam video di ponselnya, dan berencana untuk bunuh diri dengan cara overdosis. Akan tetapi, Anna melihat sebuah foto di dalam ponselnya, yang memperlihatkan pantulan sosok Jane asli. Anna kemudian merasa bahwa dirinya tidak berhalusinasi, dan apa yang ia lihat ternyata adalah benar.

Ia menunjukkan kepada David foto itu, dan mengatakan jika itu adalah sosok Jane yang asli. David lalu mengungkapkan jika sosok perempuan tersebut adalah Katherine Melli, ibu kandung Ethan Russell. David menolak untuk membantu Anna dalam membeberkan fakta sebenarnya.

Ketika David akan pergi, Ethan, yang sedang bersembunyi, berhasil membunuhnya dengan sadis. Ethan mengungkapkan kepada Anna bahwa dia merupakan pembunuh berantai, dan ia juga telah membunuh ibunya. Sekarang, Ethan bakal melancarkan tindakan selanjutnya dengan menghabisi nyawa Anna.

Pengembangan Cerita dan Karakter Kurang Memuaskan

Pengembangan Cerita dan Karakter Kurang Memuaskan

The Woman in the Window memiliki nuansa yang muram, dan menyajikan atmosfer ketegangan secara perlahan-lahan. Film ini bukanlah sebuah psikologi thriller yang mengancam, dan alur ceritanya pun terasa lamban, tidak ada hentakan yang berarti. Ketegangan baru benar-benar terjadi saat memasuki babak akhir ketika identitas Ethan Russell sebagai seorang pembunuh terungkap.

Sebelum menuju bagian tersebut, alur cerita film ini hanya bermain-main dirasa curiga, dan kita yang menontonnya diajak untuk menebak apakah yang dialami Anna merupakan halusinasi atau bukan. Selain itu, jalan ceritanya pun kurang memberikan sesuatu yang berarti karena masing-masing karakter tidak digali secara mendalam.

Semuanya hanya numpang lewat begitu saja, termasuk anggota keluarga Russell, dan David. Bahkan, sosok Ethan (Fred Hechinger) pun tidak dijelaskan secara detail kenapa dirinya bisa menjadi seorang pembunuh, dan motifnya untuk melakukan hal tersebut kurang kuat.

The Woman in the Window nampaknya hanya menjadi film tentang Amy Adams (Anna) saja karena sepanjang cerita kita bakal melihat kualitas aktingnya dalam memerankan karakter tersebut. Sayangnya, pemain-pemain seperti Gary Oldman (Alistair Russell), dan Wyatt Russell (David Winter) tidak mempunyai porsi tampil yang sepadan.

Keduanya kurang mendapatkan pengembangan karakter yang mumpuni, dan terlihat sebagai pemain yang hanya mendukung kepiawaian akting dari Amy Adams. Hal tersebut kemudian menjadi penilaian negatif pada film ini, yang sebenarnya sangat potensial untuk bisa memuaskan para penonton.

Sudut Pandang Sinematografi yang Cukup Menarik

Sudut Pandang Sinematografi yang Cukup Menarik

Film ini tidaklah terlalu buruk dalam visualisasi gambar karena menawarkan warna-warna lembut yang senada dengan kondisi apartemen Anna. Konsep sinematografi pada The Woman in the Window juga mencoba untuk terlihat artistik dengan sudut pandang kamera yang tidak biasa. Di sisi lain, film ini juga berani memainkan warna cahaya yang terkadang sedikit kelam, dan terkesan horor.

Pencahayaan pada film ini secara tidak langsung berusaha menciptakan suasana psikologis thriller yang mencekam. Akan tetapi, konsep warna tersebut malah cenderung mendukung sikap tidak stabil yang dialami oleh Anna, dimana ia seakan terjebak pada situasi rumit diantara realitas, dan halusinasi.

Untuk urusan konsep tone warna, dan visualnya, The Woman in the Window rasanya tidak terlalu mengecewakan, dan memiliki sudut pandang pengambilan gambar yang lumayan menarik. Bruno Delbonnel, yang bertanggung jawab untuk konsep sinematografi film ini, cukup baik dalam mempercantik visual The Woman in the Window.

Segala kekurangan pada jalan cerita, dan karakter di film ini rasanya bisa sedikit terabaikan lewat kedalaman visual yang ia sajikan. Meskipun sebenarnya tidak terlalu istimewa, tetapi apa yang ia lakukan setidaknya tidak semakin memperburuk kualitas film yang kurang memuaskan ini.

Digarap Kurang Maksimal

Digarap Kurang Maksimal

The Woman in the Window memiliki durasi tayang 1 jam 40 menit, dan selama waktu tersebut kita harus bersabar untuk menemui momen-momen yang menegangkannya. Momen tersebut akan terasa dibagian penghujung, dan mungkin rasanya kita bakal tidak terpuaskan dengan ending yang terjadi.

Film ini kurang membangun alur cerita dan karakter secara baik, dan semuanya akan terasa anti klimaks dengan perasaan yang menjengkelkan. Seperti pada film psikologi thriller lainnya, film ini tetap menghadirkan twist yang tak terduga.

Akan tetapi, twist tersebut tidak terlalu memberikan kesan mengagetkan yang membuat decak kagum. The Woman in the Window sayangnya tidak benar-benar bisa memaksimalkan adaptasi dari novel aslinya.

Naskah yang ditulis oleh Tracy Letts pun pada akhirnya tidak membuat film garapan Joe Wright ini penuh dengan kesan yang spesial. Film ini sungguh disayangkan jauh dari ekspektasi yang dibayangkan. Sebagai sebuah tontonan psikologi thriller, The Woman in the Window terasa kurang menggigit dan mencekam sepanjang jalan ceritanya.

Akan tetapi, The Woman in the WIndow masih beruntung karena dibantu dengan akting Amy Adams yang sangat mumpuni, dan pemilihan warna palet yang mempercantik visual gambarnya. Terlepas dari hal itu, jika kalian penasaran dengan kompleksitas dalam film ini, tonton saja langsung di Netflix, dan selamat menyaksikan!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram