bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Walk, Ide Gila di Menara Kembar New York

Ditulis oleh Aditya Putra
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Sebagai manusia, kita pasti memiliki keinginan. Keinginan yang terasa sulit untuk dicapai biasanya dianggap sebagai mimpi. Bukan tanpa alasan istilah mimpi digunakan. Dianggap sebagai bunga tidur, mimpi dianggap nggak memiliki batas. Batas di sini dalam artian kemampuan manusia untuk mewujudkannya menjadi nyata.

Beberapa orang terkadang memiliki mimpi yang unik. Bahkan nggak jarang mereka punya mimpi yang terdengar ekstrim. Seperti Philippe Petit, seorang warga negara Perancis yang memiliki mimpi menyeberangi dua menara kembar New York.

Perjalanan Petit untuk mewujudkan mimpinya terangkum dalam film The Walk. Yuk kita bahas sinopsis dan review filmnya.

Sinopsis

Review The Walk

Pada tahun 1974, Philippe Petit adalah seorang penampil di jalanan kota Paris. Dia melakukan berbagai atraksi yang melibatkan keinginan dari penontonnya. Salah satu penonton meminta Petit untuk menggigit sebuah permen yang keras.

Sayangnya, gigi Petit rusak ketika melakukannya. Ketika akan memeriksakan giginya ke dokter gigi, Petit melihat foto World Trading Center di sebuah majalah.

Petit mulai menganalisa bagaimana caranya berjalan di atas dua menara kembar itu menggunakan tali. Petit yang memiliki pola pikir eksentrik mempengaruhi kehidupan personalnya. Dia nggak mau bekerja sebagaimana orang lain.

Hal itu membuat sang ayah mengusirnya dari rumah. Petit kembali menggeluti dunia sirkus yang menginspirasinya untuk bisa berjalan di seutas tali kawat.

Petit kemudian meminta bantuan pada Papa Rudy untuk mengetahui cara aman berjalan di atas tali kawat. Papa Rudy setuju membantu Petit tapi mengharapkan imbalan. Ketika sedang tampil, Petit bertemu dengan seorang perempuan yang juga penampil di jalanan bernama Annie.

Keduanya mulai menjalin hubungan asmara. Annie mendukung keinginan Petit yang dianggap konyol oleh kebanyakan orang. Bahkan Annie berhasil menemukan tempat untuk Petit berlatih yaitu di sekolah musiknya.

Petit bertemu dengan Jean-Louis yang berprofesi sebagai fotografer. Jean-Louis ikut mendukung mimpi Petit. Dia mengenalkan Petit dan Annie pada Jeff, temannya yang takut akan ketinggian. Jeff memberi tahu Petit cara membuat tali kawat yang kokoh.

Setelah berlatih, Petit mulai mengadakan pertunjukan berjalan di atas tali tapi penampilan pertamanya nggak berjalan mulus. Petit harus jatuh ke dalam danau karena merasa ketakutan.

Petit nggak menyerah begitu saja, dia mengadakan pertunjukan yang lain. Kali ini dia berhasil berjalan di atas tali yang menghubungkan dua gedung Notre Dame Cathedral. Pertunjukan itu mendapatkan sambutan meriah dari penonton. Tapi Petit harus membayar tindakannya itu karena melanggar hukum. Dia pun harus ditangkap oleh polisi.

Papa Rudy mengembalikan sejumlah uang yang diberikan Petit atas jasanya melatih. Petit menggunakan uang itu untuk terbang ke Amerika bersama Annie. Petit berencana akan menyeberangi dua menara WTC pada tanggal 6 Agustus 1974. Petit harus menyamar demi bisa masuk ke atas menara guna melakukan analisis.

Petit bertemu dengan Barry Greenhouse yang berprofesi sebagai agen asuransi. Barry merupakan penggemar Petit setelah melihat pertunjukan Petit di Notre Dame.

Barry yang bekerja di gedung WTC, bisa memberikan kemudahan untuk Petit masuk ke dalam gedung. Barry pun setuju untuk masuk ke dalam tim yang mempersiapkan penampilan Petit.

Tim yang dipersiapkan Petit mendapat tambahan yaitu J.P., seorang fotografer amatir, dan David. Tim menyatakan bahwa Petit harus mulai berada di atas menara dan berjalan pada pukul 7 pagi sebelum pegawai konstruksi datang.

Persiapan penampilan Petit dimulai tapi ternyata memakan waktu yang lebih lama dari yang diperkirakan. Apa lagi rintangan yang harus dilalui Petit untuk mewujudkan mimpinya?

Karakter Philippe yang Terlampau Eksentrik

the-walk-3

The Walk merupakan film yang mengambil cerita berdasarkan kisah nyata tentang Philipe Petit yang menyeberangi dua menara kembar WTC pada tahun 1974.

Sebagaimana film biografi, kita akan diberi suguhan yang menyeluruh tentang bagaimana Petit mewujudkan mimpinya. Dimulai dengan bagaimana pertama kalinya dia melihat WTC, sampai merekrut orang-orang yang akan membantunya.

Secara pendalaman, karakter Petit dikupas habis dalam film ini. Penggambarannya sebagai sosok eksentrik dibuat sedemikian rupa untuk membuat kita memahami jalan pikirannya. Sayangnya, karakternya dibuat terlampau eksentrik sehingga kita dibuat nggak terbawa secara emosional untuk tergerak memahami pola pikirnya.

Petit digambarkan sebagai sosok yang sangat idealis. Rela diusir oleh ayahnya karena dianggap punya hobi yang nggak lazim. Pun ketidakpeduliannya pada materi yang dianggap nggak penting. Baginya yang penting adalah bisa menyuguhkan sebuah pertunjukan fantastik yang kelak akan diingat oleh banyak orang.

Penampilan Meyakinkan Joseph Gordon-Levitt

the-walk-4

Joseph Gordon-Levitt di film The Walk berperan sebagai Philippe Petit. Aktor kelahiran Los Angeles, California itu bisa tampil prima dengan meyakinkan menggunakan bahasa Inggris dengan aksen Perancis.

Untuk membuat kemiripan dengan sosok Petit yang sebenarnya, selama syuting, Gordon-Levitt harus menggunakan kontak lensa berwarna biru.

Perjuangan Gordon-Levitt dalam menunaikan tugasnya sebagai Petit nggak hanya dengan berjuang mempelajari aksen. Sang aktor rela belajar bagaimana caranya berjalan di atas tali kawat.

Dia harus mencari keseimbangan, membuat gestur yang tepat, sampai berlatih bagaimana mengeluarkan ekspresi yang nyata sebagaimana puncak dari film ini menampilkan Petit berjalan di atas tali kawat.

Third Act yang Intens

the-walk-5

Sebagai film biografi, The Walk mencoba mengangkat kisah Petit semaksimal mungkin. Bisa dikatakan cerita yang disuguhkan pun predictable. Terlebih di first act yang terlalu banal untuk mengungkap perjuangan awal Petit mewujudkan mimpi.

Subplot romansa dengan Annie pun rasanya terlalu ideal untuk ditampilkan. Tapi, masih dapat dipahami karena sosok Petit pasti butuh pendukung.

Untungnya third act di film karya sutradara Robert Zemeckis ini bisa digarap dengan intens. Penggunaan CGI untuk menampilkan adegan Petit berjalan di atas tali kawat dengan ketinggian lebih dari 140 kaki berhasil dikemas dengan maksimal.

Pun Gordon-Levitt yang bisa menghipnotis dalam adegan itu. Rasanya seperti yang ada di depan kita adalah Petit, tali kawat, serta perasaan menegangkan yang harus ditaklukan.

Secara sinematografi, film ini berhasil menyajikan ketegangan yang luar biasa untuk adegan Petit berjalan di atas tali kawat melewati dua menara kembar WTC. Rambut Petit tertiup angin kencang, napasnya berubah, gestur tubuhnya memperlihatkan rasa takut.

Saking meyakinkannya, kabarnya dalam pemutaran film ini banyak penonton yang mengalami vertigo karena nggak tahan dengan visualisasi ketinggian yang ditampilkan.

The Walk merupakan tipikal film biografi yang sudah diketahui bagaimana akhirnya. Tapi bukan berarti film ini menjadi tontonan yang membosankan. Kita akan diberi tahu bagaimana sulitnya perjuangan serta persiapan Petit untuk mewujudkan mimpinya.

Durasi selama 123 menit rasanya cukup pas untuk diberi sajian dramatis dengan ending yang menegangkan. Film biografi favorit kamu apa nih? Kasih tahu di kolom komentar, guys!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram