bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review The Wailing, Teror Sesosok Iblis

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
The Wailing
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Desa Gokseong yang semula damai, tiba-tiba dihebohkan dengan pembunuhan berantai dua keluarga yang masing-masing dilakukan oleh anggota keluarga itu sendiri. Mereka melakukannya karena pengaruh iblis yang datang ke desa tersebut. Suasana yang semula tentram seketika berubah mencekam.

Hidup Jong Goo, salah satu petugas polisi di sana, harus ikut berubah setelah putri satu-satunya menunjukkan tingkah aneh. Dengan berani dan tidak berpikir panjang, dia menghadapi seorang pria Jepang pendatang baru di desa yang tinggal di tengah hutan. Konon dia adalah iblis yang dimaksud. Benarkah dugaannya tersebut? Benarkah mimpi buruknya menjadi kenyataan?

The Wailing merupakan film horor supernatural arahan Na Hong Jin. Ia horor murni tanpa tambahan bumbu jump scare yang berlebihan. Walau durasinya cukup panjang, ceritanya tidak akan membuat Anda bosan. Penasaran dengan ketegangan yang ia tawarkan? Mari baca sinopsis dan reviewnya di bawah ini terlebih dulu!

Sinopsis

Sinopsis

Gokseong adalah sebuah desa yang jauh dari perkotaan. Suasananya sangat asri karena masih dikelilingi banyak pepohonan. Penduduk Gokseong juga hidup dengan tentram dan damai hingga suatu hari masyarakat sana dihebohkan dengan pembantaian satu keluarga.

Pelakunya adalah salah satu anggota keluarga itu sendiri. Di tengah hujan yang mengguyur Gokseong, pihak polisi mulai melakukan penyelidikan.

Jong Goo (Kwak Do Won) adalah salah satu petugas polisi di sana yang kebetulan mendapat tugas untuk turut menangani kasus tersebut. Dia melihat keanehan pada diri pelaku yang hanya duduk dengan pandangan mata kosong serta seluruh badan tampak melepuh.

Jong Goo dan petugas polisi lainnya Oh Seong Bok (Son Gang Guk) masih berada di kantor polisi hingga malam. Keduanya berjaga sembari membicarakan mengenai keberadaan orang Jepang yang baru datang ke desa mereka.  Hingga tiba-tiba Jong Goo dan Seong Bok dikagetkan dengan seorang wanita telanjang yang berdiri di depan kantor mereka.

Tak lama dari peristiwa itu, tragedi pembunuhan satu keluarga terjadi lagi di Gokseong. Jong Goo dan Seong Bok mengingat bahwa pelaku dari kejadian ini adalah wanita telanjang yang tempo hari mendatangi mereka. Keesokan harinya, saat dua polisi itu tengah berjaga di rumah tempat pembunuhan itu terjadi, seorang wanita misterius melempari mereka dengan kerikir secara terus-menerus. Semula jauh tapi lama-lama wanita itu mendekat.

Wanita itu diketahui bernama Moo Myung. Moo Myung menerobos masuk melewati garis polisi. Dia menunjukkan dan mengatakan pada Jong Goo bahwa pelaku dari semua peristiwa mengerikan di Gokseong adalah lelaki Jepang yang baru pindah ke desa mereka. Dia mengatakan bahwa siapa pun yang terus-menerus ditemuinya akan menjadi korban selanjutnya.

Jong Goo tidak terlalu percaya dan hanya menganggapnya sebagai ceracauan wanita gila. Hingga suatu hari seorang penduduk desa yang berburu di hutan, mengaku melihat sesosok manusia dengan mata menyala tengah memakan rusa. Pengakuan penduduk desa tersebut rupanya sama dengan mimpi Jong Goo beberapa hari ini.

Untuk menyelidiki hal tersebut, bersama Seong Bok dan keponakannya, Yang I Sam (Kim Do Yoon) yang bisa berbahasa Jepang, Jong Goo pergi ke hutan. Mereka sampai di sebuah rumah yang tampak seperti gubuk lengkap dengan anjing hitam yang terikat dan terus menggonggong. Ketiga orang itu segera menggeledah rumah tersebut, sementara pria Jepang yang mereka cari tak ada.

Di sebuah ruangan, Oh Seong Bok melihat dan menemukan foto-foto dari penduduk desa yang terbunuh dan barang-barang milik mereka. Tak lama dari situ, pria Jepang yang mereka cari datang. Tidak ada yang mencurigakan darinya. Ketiga orang itu pun kembali pulang. Dalam perjalanan pulang, Seong Bok memperlihatkan sepatu milik Hyo Jin yang dia temukan di rumah pria Jepang tadi pada Jong Goo.

Selang beberapa hari Jong Goo mulai mendapati sang putri, Hyo Jin (Kim Hwan Hee) sakit. Semakin hari sakit Hyo Jin semakin parah. Jong Goo bahkan menemukan kulit putrinya mulai melepuh di beberapa bagian. Ini mengingatkannya pada pelaku pembunuhan beberapa waktu lalu.

Jong Goo lantas kembali ke kediaman pria Jepang tersebut tapi mendapati semua foto-foto dan barang bukti sudah dibakar. Pria itu marah besar hingga menghancurkan rumah, membunuh anjing dan mengusir pria Jepang itu keluar dari desa. Namun, semakin hari sakit Hyo Jin semakin aneh. Sang ibu mertua lalu menyarankan Jong Goo mencari bantuan dari seorang dukun bernama Il Gwang (Hwang Jung Min).

Saat Il Gwang mulai melakukan ritual pengusira roh dalam tubuh Hyo Jin, di rumahnya, sang pria Jepang juga melakukan ritual. Hyo Jin sangat tersiksa dengan dua ritual tersebut. Tak tahan melihat putrinya menderita, Jong Goo menghentikannya dan segera membawa Hyo Jin ke rumah sakit.

Keesokan harinya, Jong Goo mengumpulkan warga desa sekaligus teman-temannya untuk kembali datang dan menyerang pria Jepang tersebut. Alih-alih berhasil mereka malah diserang oleh salah satu penduduk desa yang terinfeksi dan berubah selayaknya zombie. Dalam perkelahian itu, Yang I Sam terluka.

Jong Goo dan yang lain terus mengejar pria Jepang tersebut, sayang mereka kehilangannya. Saat dalam pelarian, pria Jepang melihat Moo Myung dari kejauhan. Di sisi lain, Jong Goo merasa keadaan Hyo Jin sudah mulai membaik. Apakah benar keadaan putrinya tersebut benar-benar sudah membaik? Misteri apa yang sebenarnya ada di sana?

Dibuat Berdasarkan Pengalaman Spiritual Sutradara

Dibuat Berdasarkan Pengalaman Spiritual Sutradara

The Wailing merupakan film horor pertama yang dibuat oleh sutradara berbakat Na Hong Jin. Sebelumnya, Hong Jin melambung setelah sukses menyutradarai film action thriller berjudul The Yellow Sea (2010). Pembuatan The Wailing rupanya terkait dengan pengalaman Hong Jin setelah membuat film tersebut.

Orang-orang terdekat Hong Jin meninggal pasca pembuatan film The Yellow Sea. Menurut pengakuannya, mereka meninggal bukan karena hal-hal normal. Dalam keadaan berduka, Hong Jin terus mengumpulkan pertanyaan di benaknya. Pertanyaan yang sudah sangat mendesak tersebut membawa Hong Jin menemui banyak pemuka agama. Dari sini, ide pembuat The Wailing mulai terbangun.

Dia juga mencari tahu perihal tradisi yang berlaku di setiap kepercayaan, termasuk tradisi atau ritual pengusiran setan. Unsur-unsur keagamaan pada akhirnya turut disuntikkan ke dalam cerita The Wailing dari awal hingga akhir. Selama menonton film ini, Anda akan menemukan ayat-ayat dari Alkitab, prosesi yang dilakukan shaman untuk mengusir iblis dan sembahyang yang dilakukan oleh pria Jepang sesuai dengan kepercayaannya.

Mencekam Tanpa Jump Scare

Mencekam Tanpa Jump Scare

Alih-alih menggunakan banyak jump scare di sana-sini untuk menaikan tensi ketegangan, The Wailing mengandalkan premis, permainan sinematografi, tone warna serta pemilihan lokasi syuting yang terkesan sangat mencekam. Pengambilan gambarnya sendiri dilakukan di sebuah desa bernama Gokseong, yang ternyata adalah wilayah tempat tinggal Hong Jin.

Gokseong jauh dari ramainya perkotaan. Kanan-kiri rumah penduduk masih berupa hutan dengan pohon-pohon yang rindang. Suasana yang sudah terbentuk secara alami tersebut disempurnakan dengan color grading yang dingin, remang-remang sekaligus misterius. Hasilnya, setiap scene berhasil meneror dan memunculkan kengerian.

The Wailing disajikan dengan hening dan gelap. Hampir tak ada lampu terang yang menerangi jalan atau rumah-rumah penduduk di sana, begitu pun dengan kantor polisi. Belum lagi emosi setiap karakter yang ditampilkan pada para penonton. Anda akan melihat betapa putus asanya Jong Goo untuk menyelamatkan sang putri hanya dari sorot matanya.

Setting tempat dalam film ini juga mendukung dalam membangun suasana hingga terasa menyeramkan. Rumah-rumah panggung khas pedesaan dengan lampu temaram, kemudian gubug si pria Jepang di tengah hutan yang sama sekali tidak terawat adalah elemen-elemen sederhana tapi mampu menularkan sensasi pengap dan tidak nyaman selama menontonnya.

Durasi Panjang dan Plot Twist di Akhir

Durasi Panjang dan Plot Twist di Akhir

Durasi The Wailing cukup panjang, yakni 156 menit atau 2 jam 36 menit. Anehnya, tidak ada rasa bosan dalam kurun waktu selama itu. Plot cerita dari awal hingga akhir hanya mengantarkan kita pada penasaran demi penasaran. Belum lagi perasaan kesal, gemas, takut, deg-degan dan marah yang bercampur jadi satu.

Ending The Wailing  tampaknya juga dibuat dengan niat sehingga rasanya tidak diselesaikan secara terburu-buru. Penonton diajak menggabungkan petunjuk-petunjuk yang ada sekaligus dibuat nyaman dengan tebakannya, tapi kemudian terkecoh di akhir cerita.

Ada bagian cerita yang terbuka di akhir film ini sehingga bisa Anda tafsirkan sendiri. Namun yang pasti plot twist yang dibuat untuk The Wailing benar-benar berhasil membungkus film ini jadi sebuah tontonan yang sulit dilupakan.

Mendapat rating 7.5 dari 52.873 pengguna IMDb, The Wailing bukan film horor yang boleh dilewatkan begitu saja, terutama jika Anda pesimis dengan kemunculan film-film horor yang bisa mengerikan tanpa jump scare.

Kualitas film ini dibuktikan melalui banyak penghargaan dan nominasi yang diraih, baik yang didapat oleh filmnya secara keseluruhan, sutradara atau para pemainnya dan kru. Penasaran dan sudah siapkan mental? The Wailing bersedia untuk meneror Anda!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram