showpoiler-logo

Sinopsis & Review The Thin Red Line, Potret Ngerinya Peperangan

Ditulis oleh Aditya Putra
The Thin Red Line
3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Tujuan akhir dalam perang adalah menguasai suatu wilayah serta menciptakan kondisi sesuai dengan kehendak pihak yang menang. Untuk mencapai tujuan itu bisa diterapkan dengan berbagai cara yang disebut dengan misi.

Misi itu haruslah penuh perhitungan dan persiapan karena resikonya adalah kehancuran. Bukan cuma nyawa yang hilang, tapi juga harta benda.

Nggak semua misi perang langsung menyasar tempat-tempat penting suatu negara. Terkadang terjadi perang untuk memperebutkan sebuah wilayah yang kelak akan digunakan untuk tujuan lebih besar.

Hal itulah yang terjadi di film The Thin Red Line yang berlatar Perang Dunia Kedua. Seperti apa sinopsis dan review filmnya? Yuk kita bahas lebih lanjut.

Sinopsis

sinopsis the thin red line_

Pada tahun 1942, Witt yang merupakan seorang anggota militer memilih meninggalkan misinya untuk hidup bersama warga lokal di wilayah Pasifik Utara.

Dia ditemukan dan dipenjarakan oleh First Sergeant Welsh di dalam kapal perang. Karena dianggap nggak melakukan tugas dengan baik, Witt nggak diperbolehkan masuk ke dalam unit yang dipimpin Welsh. Akhirnya, Witt ditugaskan sebagai pembawa tandu dalam misi selanjutnya.

Marinir Amerika tengah berperang di wilayah Guadalkanal untuk menguasai wilayah tersebut. Wilayah itu tengah diperebutkan dengan Jepang yang akan menggunakannya untuk melanggengkan kekuasaan di wilayah Pasifik. Sekelompok anak muda Angkatan Darat Amerika akhirnya didatangkan untuk membantu pihak Amerika.

Di antara pasukan yang diterjunkan ke Guadalkanal, ada Private Bell yang meninggalkan keluarganya untuk berperang, Private Doll yang arogan, serta Captain James Staros sebagai pemimpin unit. Mereka menunggu kedatangan kapal perang yang akan mengantar mereka ke Guadalkanal.

Kapal perang itu dipimpin oleh Lieutenant Colonel Tall, seorang angkatan laut yang sudah tua dan merasa misinya kali ini akan menjadi yang terakhir.

Pasukan bantuan Marinir tiba ke Guadalkanal tanpa mendapat banyak masalah berarti. Di pulau itu, mereka bertemu dengan penduduk-penduduk lokal yang memperlihatkan pengaruh dari pendudukan Jepang di wilayah tersebut.

Pihak Amerika kemudian menemukan lokasi kunci tentara Jepang. Lokasi itu berada di atas bukit. Tentara Jepang akan menembaki siapa saja yang mencoba naik ke bukit tersebut.

Waktu untuk misi penyerangan sudah diputuskan, yaitu pada saat matahari terbit. Beberapa pasukan tentara Amerika disiapkan untuk bisa meraih lokasi kunci tentara Jepang.

Lieutenant Whyte menjadi orang pertama yang terbunuh karena ditembaki oleh tentara Jepang. Selanjutnya, berbagai cara dilakukan tapi nggak kunjung membuahkan hasil.

Lieutenant Colonel Tall memerintahkan Staros untuk langsung melakukan penyerangan ke bunker tentara Jepang. Tall memerintahkan misi itu harus dilaksanakan tanpa memedulikan resikonya. Staros menolak perintah Tall karena merasa misi itu merupakan misi bunuh diri.

Tall akhirnya memutuskan untuk mencari posisi tentara Jepang bersama Captain John Gaff. Ternyata tentara Jepang jumlahnya sudah jauh berkurang.

Setelah mendapat analisa dari Bell tentang posisi tentara Jepang, Tall memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mengepung bungker tentara Jepang. Witt dimasukan kembali ke dalam unit dan sukarela untuk terjun dalam misi berbahaya itu.

Misi penguasaan wilayah itu berhasil dilakukan dengan cara memasuki bungker, melumpuhkan tentara Jepang, baru menguasai permukaan bukit.

Keberhasilan menguasai Guadakanal membuat para tentara Amerika diberi waktu beristirahat selama seminggu. Staros dibebastugaskan oleh Tall karena dianggap nggak kuat melawan tekanan dalam menjalankan misi perang.

Tall menyarankan Staros untuk mengundurkan diri dan mencoba posisi sebagai pengacara di pengadilan militer di Washington DC.

Sukses menguasai Guadalkanal membuat tentara Amerika terus melakukan patroli karena kemungkinan diserang lagi oleh Jepang. Kali ini yang memimpin patroli adalah Lieutenant Band yang masih belum berpengalaman.

Ternyata tentara Jepang sudah menyiapkan misi penyerangan dalam posisi yang bisa melemahkan Amerika. Bagaimanakah akhir dari pertempuran tentara Amerika dan Jepang di Guadalkanal ini?

Pengemasan Cerita Perang dengan Cara Lain

Pengemasan Cerita Perang dengan Cara Lain_

Sebagaimana film bertemakan perang, sisi psikologis para prajurit yang diterjunkan ke medan perang pun diangkat dalam The Thin Red Line. Alih-alih mengandalkan dialog, pendekatan yang dilakukan adalah lewat monolog para karakternya.

Monolog-monolog itu dibawakan dengan banyak kiasan yang membuat kengerian kondisi perang menjadi lebih filosofis.

Monolog-monolog tentang perang itu dibawakan oleh beberapa karakter dengan diikuti oleh musik dengan volume rendah. Kita seakan-akan diberi pengalaman untuk merasakan apa yang karakternya rasakan.

Selain itu, ada adegan flashback untuk menunjukan betapa sebenarnya terjun ke medan perang bukanlah sesuatu yang mereka inginkan. 

Film yang diadaptasi dari buku berjudul The Thin Red Line karangan James Jones ini juga secara berani mengangkat sisi lain dari perang. Nggak semua tentara rela begitu saja ditugaskan dalam misi berbahaya.

Penolakan untuk terjun dalam misi membuat Staros harus menjalani persidangan militer yang dalam film lain sangat jarang untuk disajikan.

Pendalaman Karakter

Pendalaman Karakter_

The Thin Red Line menampilkan cukup banyak karakter dalam pertarungan di Guadalkanal. Hal itu sayangnya nggak diikuti dengan pendalaman karakter yang kuat.

Kurangnya penggalian personal para karakter membuat karakter-karakter yang ada hilir-mudik membawakan cerita tanpa membuat kita merasa terikat pada karakternya. Terlebih banyak karakter yang penampilannya nyaris sama membuat mereka sulit dibedakan satu sama lain.

Film garapan sutradara Terrence Malick ini sepertinya lebih mengandalkan cerita daripada karakter. Untungnya, sang sutradara berhasil mengemas cerita dengan cerdik sehingga nggak membuat film bergerak ke arah heroism yang dapat ditebak.

Penonton diarahkan untuk menangkap pesan dari cerita secara utuh, bukan bertepuk tangan pada aksi heroik satu-dua karakter saja.

Melihat jajaran cast di film ini, kita akan menemukan banyak aktor yang bermain. Beberapa malah punya nama-nama besar seperti Sean Penn, George Clooney, Woody Harrelson bahkan John Travolta.

Tapi beberapa nama besar itu hanya ditampilkan sebagai cameo dan Malick lebih memilih memberi panggung pada nama-nama yang relatif nggak sebesar para cameo.

Adegan Perang Menegangkan

Adegan Perang Menegangkan_

Sebagai film perang, tentu saja ekspektasi disematkan pada adegan pertempuran antara dua pihak yang berada di medan perang.

The Thin Red Line mencoba membangun perang yang intens di third act tapi permainan tempo sepanjang film terasa nggak cukup konsisten dan berpotensi membuat bosan. Terlebih durasi film ini sangat panjang yaitu 170 menit.

Secara sinematografi, adegan perang di film ini benar-benar memberi kesan mencekam. Visualisasi bukit dengan bungker tentara Jepang diambil untuk menguatkan misi penaklukan Guadalkanal bukan pekerjaan yang mudah.

Dalam beberapa adegan perang, kamera dibuat seperti mengikuti mata tentara yang terkadang diambil dari bawah seperti tentara yang sedang tiarap.

The Thin Red Line lebih berfokus pada sisi psikologis para tentara yang terjun ke medan perang sebelum benar-benar menyuguhkan kengerian perang di third act. Pembangunan masuk ke babak itu akan terasa bertele-tele untuk sebagian orang.

Kalau kamu bisa bersabar, ada imbalan berupa adegan perang yang menegangkan dengan konklusi yang berbeda dari kebanyakan film sejenis. Suka film perang? Coba tulis tiga judul film perang paling seru versi kamu di kolom komentar, teman-teman!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram