bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film The Sacred Riana 2: Bloody Mary (2022)

Ditulis oleh Suci Maharani R
The Sacred Riana 2: Bloody Mary
2
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Meneruskan film pertamanya, kali ini Riana akan membagikan kisah terbarunya saat ia kembali dipertemukan dengan Riani. Sosok teman kecil yang sangat dirindukannya ini, awalnya dikira sebagai sosok yang meneror anak-anak di Asrama Alodia.

Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata bukan Riani yang meneror mereka, melainkan hantu Bloody Mary yang legendaris.

Inilah The Sacred Riana 2: Bloody Mary (2022), yang menunjukkan usaha Riana dan Riani untuk menghentikan teror Bloody Mary. Dibintangi oleh deretan aktris muda, sayangnya cerita garapan Billy Christian ini dianggap kurang memuaskan.

Tidak hanya soal adaptasi kisah Bloody Mary yang terasa ganjil, tapi akting The Sacred Riana juga kurang bisa menaikkan sense horor dan menegangkan.

Lalu bagaimana kisah Riana dan Riani yang dikejar-kejar oleh hantu Bloody Mary yang sudah menculik banyak siswi Asrama Alodia? Biar nggak penasaran lagi, kamu bisa mencari tahu sinopsis dan ulasan lengkapnya di Bacaterus.

Baca juga: Inilah 6 Film Risa Saraswati Terbaik yang Wajib Ditonton!

Sinopsis

Sinopsis

Pasca berbagai kejadian yang lalu, tidak bisa dipungkiri bahwa kini keadaan mental Riana sedang tidak baik-baik saja.

Gadis ini mendapatkan perlakuan yang berbeda dari teman-temannya, bahkan beberapa anak terang-terangan membullynya. Hal inilah yang membuat nilai Riana di sekolah turun drastis, sehingga membuat Bu Klara merasa khawatir.

Bu Klara memberikan solusi, jika Riana membutuhkan suasana yang baru untuk meningkatkan akademisnya. Tapi bagi Riana bukan karena ia tidak nyaman dengan suasana di sekolah, tetapi semua ini karena ia rindu pada Riani.

Teman kasat matanya yang tinggal dalam sebuah boneka ini sudah lama menghilang dan tidak diketahui keberadaannya. Hingga suatu hari, Riana melihat sebuah berita mengenai kematian dari salah satu siswi di sekolah asrama yang meninggal dunia.

Di situ mata Riana tertuju pada satu hal, sebuah boneka usang yang dipeluk oleh salah satu anak dari sekolah tersebut. Sejak saat itu Riani memutuskan, bahwa ia akan bersekolah di sana dan mencegah Riani melakukan hal buruk yang membahayakan orang lain.

Untungnya berkat bantuan Bu Klara, Riani bisa meyakinkan kedua orang tuanya dan pindah ke Asrama Alodia. Malam itu Riana ditempatkan di kamar bekas mendiang Nina, gadis yang katanya adalah korban dari hantu Riani.

Sejak hari itu juga Riana memang kerap mendapatkan firasat buruk, kehadiran hantu Nina terkadang mengusiknya di malam hari.

Tapi fokus utama Riana bukan hanya soal Nina, tapi ia ingin menemukan keberadaan Riani. Saat itulah Anna datang, ia menjadi salah satu sahabat barunya di asrama serta membawanya ke geng Elsa.

Tentu tidak mudah bagi Riana untuk masuk geng terkuat di asrama ini, ia diberikan beberapa tantangan. Pertama Riana harus memainkan permainan legenda Bloody Mary, hingga ia akhirnya dipertemukan dengan Riani.

Tentu keberanian Riana membuat Elsa dan kawan-kawannya kaget, hingga mereka berniat untuk melakukan hal-hal jahat.

Tapi belum juga di mulai, salah satu dari anggota grup ini tiba-tiba saja menghilang, hingga tidak disadari sudah ada tiga orang yang menghilang. Elsa dan Anna melaporkan kejadian ini kepada Bu Martha dan menuduh Riani sebagai pelakunya.

Di tempat lain, Riana diyakinkan oleh Riani bahwa bukan dia yang sudah membunuh Nina. Hingga fakta terungkap, bahwa Bloody Mary lah yang sudah menculik beberapa anak di asrama.

Bahkan Bu Martha juga akhirnya mengutarakan rahasia mengenai silsilah keluarganya kepada Riana dan Anna. Kira-kira berhasilkan Riana dan Riani membebaskan teman-temannya dari Bloody Mary?

Vibes Filmnya Mirip The Conjuring

Vibes Filmnya Mirip The Conjuring

Salah satu hal yang saya rasakan ketika menonton The Sacred Riana 2: Bloody Mary (2022), film ini terasa mirip dengan gaya The Conjuring (2013).

Hal ini terasa banget dari cara pengambilan gambar hingga tata pencahayaannya yang cukup dark. Tidak bisa dipungkiri, hal ini berhasil membuat kesan filmnya terasa lebih menegangkan.

Pengambilan gambarnya terlihat cukup stabil, lalu berbagai shoot gambar terlihat cukup menarik. Ada banyak gambar-gambar dramatis dan mencekam yang diberikan dalam film ini.

Billy Christian juga memilih untuk memberikan pencahayaan yang terkesan natural. Contohnya seperti cahaya bulan hingga cahaya lampu pijar yang bikin suasananya terasa semakin mencekam.

Terutama dalam scene Riana yang sedang diuji oleh geng Elsa di sebuah ruang rahasia, vibes mencekamnya terasa sangat tinggi.

Saya kurang puas dengan penggambaran gaya hidup anak-anak di Asrama Alodia, karena tidak ada proses belajar mengajar yang diperlihatkan.

Padahal dari sisi set sudah oke, tapi hal-hal kecil soal kegitan para siswanya tidak banyak digambarkan. Tak hanya itu, saya juga menyayangkan kurangnya development karakter terutama untuk pemeran pendukungnya.

Kita baru tahu Ega adalah putra dari Bu Martha ketika filmnya sudah berjalan setengah jalan, lalu kisah asli dari pembunuhan Anna juga tidak terungkap dengan jelas. Lalu kenapa Anna bisa menyukai Ega? Tidak ada kejelasan yang pasti soal hal ini.

Ide Bloody Mary yang Sangat Dangkal

Ide Bloody Mary yang Sangat Dangkal

Bloody Mary adalah sosok monster pembunuh manusia yang sangat terobsesi dengan darah demi menjaga kecantikannya.

Mary I adalah wanita pertama yang berhasil menduduki posisi tertinggi di Inggris dan menjalankan pemerintahan dengan cara yang tidak biasa.

Ada banyak sejarah kelam yang dilakukan oleh Marry I, salah satunya pembakaran 280 penganut agama protestan. Hingga yang paling menggemparkan, ketika Marry I yang terobsesi dengan darah untuk kecantikannya, sampai ia membunuh banyak wanita.

Mengadaptasi folklore populer asal Inggris yaitu kisah Bloody Mary, film garapan Billy Christian terasa sangat hampa. Alasannya, karena adaptasi yang dilakukan terasa kurang blend dengan kebiasaan Indonesia dan ada beberapa hal yang kurang greget.

Tidak ada plot yang kuat, bagaimana hantu asal Inggris ini bisa sampai nyasar ke Indonesia? Akan lebih masuk akal jika Elsa meminta Riana bermain Bloody Mary di kaca legendaris keluarga Bathory.

Tapi mereka hanya asal main di kaca yang ada, serta aturan main Bloody Mary juga tidak dijelaskan. Tapi yang paling membosankan, klimaksnya sangat monoton dan sudah bisa ketebak ending-nya seperti apa.

The Sacred Riana, Ujung Tombak Sekaligus Kelemahan

The Sacred Riana, Ujung Tombak Sekaligus Kelemahan

Menjadi kali pertama bagi saya melihat akting dari The Sacred Riana, jujur saya merasa sangat kecewa. Pasalnya jika dalam pertunjukkan, saya bisa merasakan sisi-sisi horor yang diberikan oleh Riana di setiap aksi panggungnya.

Tapi ketika ia berakting, jujur saja saya tidak mendapatkan feel yang pas mengenai kesedihan yang dirasakan oleh Riana.

Bagi saya emosinya masih terasa sangat kosong, apalagi The Sacred Riana juga tidak banyak berbicara disini. Belum lagi ekspresi wajahnya yang sangat monoton dan beberapa kali pelafalan serta intonasi dari kata-kata yang diucapkannya kurang jelas.

Kehadiran sosok The Sacred Riana yang harusnya bisa menjadi hero, malah terkesan sebagai pemeran biasa saja disini.

Malah para pemeran pembantunya, yaitu Sharon Sahertian sebagai Anna lah yang mengambil spotlight di sini. Bahkan saat Aisyah Aqilah muncul secara singkat sebagai Nina, ia bisa memberikan gambaran kengerian yang pas. 

Tapi di sisi lain, saya juga memahami akan sulit bagi sutradara dan rumah produksi untuk mencari aktris yang bisa memerankan The Sacred Riana.

Meski aktingnya sangat tidak memuaskan, saya tidak memungkiri bahwa karakternya memang sangat unik. Saya sendiri merasa mustahil akan ada aktris yang memerankan karakter ini lebih baik dari Riana sendiri.

Itulah kenapa, The Sacred Riana memang menjadi kunci utama dalam film ini tetapi ia juga menjadi kelemahan terbesar di sini.

Inilah ulasan saya mengenai film The Sacred Riana 2: Bloody Mary (2022), yang sayangnya terasa gagal untuk dieksekusi.

Kisah Bloody Mary yang mereka bawa, terasa kurang meyakinkan dan kurang memberikan rasa penasaran pada para penonton. Kira-kira setelah membaca ulasan di atas, apakah kamu tertarik untuk menonton filmnya?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram