bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film The Pursuit of Happyness (2006)

Ditulis oleh Aditya Putra
The Pursuit of Happyness
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ketika masih kecil, kita sering mendengar lagu yang berjudul Sayang Semuanya. Lagu bernada ceria itu bukan hanya dimaksudkan untuk membuat suasana menjadi menyenangkan, melainkan juga punya makna yang dalam.

Dalam lirik lagunya, kita diajarkan untuk mencintai seluruh anggota keluarga kita dari mulai ibu, ayah serta saudara. Lahirnya seorang anak di dunia turut menyematkan kewajiban pada orang tua untuk memenuhi kebutuhan sang anak.

Kebutuhan-kebutuhan itu akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan anak. Tapi hal itu nggak membuat tugas orang tua menjadi berkurang.

Seperti di film The Pursuit of Happyness yang menceritakan perjuangan ayah demi anaknya. Yuk, simak lebih jauh dalam sinopsis dan review berikut ini!

Baca juga: Review & Sinopsis No Escape (2015), Perjuangan Seorang Ayah

Sinopsis

Sinopsis
  • Tahun Rilis: 2006
  • Genre: Drama
  • Produksi: Columbia Pictures, Relativity Media, Overbrook Entertainment, Escape Artists
  • Sutradara: Gabriele Muccino
  • Pemain: Will Smith, Thandiwe Newton, Jaden Smith

Pada tahun 1981, Chris Gardner menggunakan uang tabungan keluarga miliknya bersama sang istri, Linda, untuk membeli sebuah alat pemindai tulang. Chris memprediksi alat yang disebut-sebut lebih canggih dari sinar X-Ray itu akan laku keras.

Setelah alat itu sampai, Chris langsung menemui dokter-dokter untuk menjualnya. Chris harus membawa alat pemindai yang berukuran cukup besar dan berat berkeliling di San Fransisco.

Di depan para dokter, Chris mendemonstrasikan bagaimana caranya menggunakan pemindai tersebut. Sayangnya, harga alat yang mahal membuat Chris kesulitan menjual semua alat yang dibelinya sampai habis.

Mengalami kesulitan finansial, Linda yang bekerja di laundry, mulai mengambil pekerjaan sampingan. Tapi kerja kerasnya itu nggak membuat peruntungan keluarganya berubah.

Dia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Chris dengan membawa sang anak, Christopher, yang masih berusia lima tahun. Chris bersikeras bahwa dia bisa merawat Christopher selagi Linda bekerja di New York.

Ketika sedang mencoba menjual pemindai, Chris bertemu dengan Jay Twistle, seorang manajer sekaligus rekanan perusahaan saham. Di dalam taksi, Chris mencoba menyelesaikan rubik dan berhasil membuat Jay terkesan.

Sayangnya, setelah Jay turun, Chris nggak punya uang yang cukup untuk membayar taksi. Dia pun dikejar sopir taksi sampai stasiun. Chris berhasil melarikan diri dengan menaiki kereta, tapi Chris gagal mengambil salah satu alat pemindainya.

Chris pulang ke rumah dengan harapan baru. Pasalnya, dia mendapat kabar bahwa ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang banyak dari Jay, yaitu dengan menjadi pialang saham.

Sehari sebelum wawancara kerja, Chris setuju untuk mengecat rumah sewanya demi menunda pembayaran uang sewa yang belum bisa dia bayar. Ketika sedang mengecat, dia dijemput oleh Polisi atas alasan belum membayar denda tilang yang membengkak.

Kesulitan membayar denda tilang membuat Chris harus menghabiskan malam di penjara. Pada pagi harinya, Chris nggak punya banyak waktu untuk bersiap-siap menghadiri wawancara kerja. Dengan pakaian seadanya, Chris langsung bergegas ke kantor Jay.

Chris pun berhasil mengikuti wawancara kerja dan diterima dalam masa magang selama enam bulan. Selama jangka waktu itu, dia nggak akan digaji.

Chris hanya memiliki uang sebesar 20 USD dan dia diusir dari rumah sewaannya karena nggak mampu membayar. Dia pun membawa Christopher mencari tempat untuk tidur. Mereka berdua akhirnya harus menghabiskan malam dengan tidur di kamar mandi stasiun.

Malam-malam selanjutnya, Chris harus rela mengantri untuk mendapatkan kamar tidur. Itu pun didapatnya di tempat yang diperuntukan untuk tunawisma.

Di tempat kerja, Chris harus bersaing dengan 20 orang lain yang juga sedang magang. Dia pun dituntut untuk mendapatkan profit terbesar agar diterima sebagai pegawai tetap dan mendapat gaji.

Di sisi lain, dia harus mengurusi Christopher serta mengantar jemput sang anak ke sekolah. Bagaimanakah akhir kisah Chris mengejar kebahagiaan?

Mengangkat Tema Father Love

Mengangkat Tema Father Love

Ada banyak film yang mengangkat tema percintaan baik pada pasangan maupun pada orang tua. The Pursuit of Happyness mengangkat tema serupa tapi yang membedakan adalah kasih sayang ayah pada anaknya.

Dibandingkan dengan kisah ibu dan anak, jumlah film yang mengangkat tema ayah dan anak terbilang sedikit. Kekurangan itulah yang berhasil ditutup secara cermat oleh film ini.

Dalam film yang mengambil cerita berdasarkan kisah nyata yang ditulis Chris Gardner ini, kita akan diajak menyelami betapa peliknya hidup seorang ayah. Chris harus memenuhi kewajibannya sebagai ayah yaitu menafkahi keluarga.

Dia juga harus menyeimbangkan kehidupan sebagai pencari nafkah sekaligus orang tua tunggal. Itu semua dirangkum dalam durasi 117 menit, pas untuk sebuah sajian yang solid.

Pendalaman karakter Chris dibuat secara mendalam dengan diperlihatkan bagaimana awalnya mengalami kesulitan finansial sampai caranya untuk bertahan hidup dan membalikan keadaan. Secara sinematografi, film ini berhasil memberikan visualisasi tahun 80-an dengan San Fransisco yang terik.

Adegan-adegan Chris di luar ruangan bisa dikemas secara meyakinkan dengan memperlihatkan Chris harus berjalan menenteng pemindai, berlari dikejar taksi, serta hidup di tempat tunawisma.

Drama yang Emosional

Drama yang Emosional_

Kelebihan The Pursuit of Happyness adalah kecermelangannya dalam mengemas drama yang emosional. Kita akan dibuat merasakan simpati pada sosok Chris yang berjuang susah payah untuk memenuhi kewajibannya sebagai ayah.

Kemudian konflik bergerak pada keretakan rumah tangga karena keputusan Chris yang ternyata gagal memenuhi ekspektasi setelah menggunakan tabungan keluarga. Di third act, konflik menjadi semakin intens sebagaimana kondisi semakin rumit bagi Chris.

Film ini nggak mencoba untuk menampilkan karakter antagonis. Linda yang memutuskan pindah ke New York untuk bekerja nggak dibuat seolah-olah menjadi jahat.

Dia diberi kesempatan untuk menyampaikan alasan di balik keputusannya yang masuk akal. Hal itu sekaligus menjadi alat untuk memperuncing kisah Chris dalam mencari kebahagiaan dalam menjadi seorang single parent bagi Christopher.

Kesulitan hidup Chris benar-benar ditampilkan secara lengkap. Dalam beberapa adegan, dia harus bekerja sebagai pialang saham. Kemudian kesulitan menjemput anaknya dari tempat penginapan.

Ada juga adegan ketika Chris harus menidurkan anaknya di tempat tunawisma, sementara dia harus mempelajari seluk-beluk dunia saham dan itu dia lakukan dalam keadaan penerangan yang minim.

Penampilan Meyakinkan Will Smith

Penampilan Meyakinkan Will Smith

Will Smith dikenal dengan penampilannya dalam The Prince of Bel-Air atau Bad Boys yang lebih jenaka. Di The Pursuit of Happyness, aktor asal Philadelphia itu dituntut untuk berperan dalam cerita dengan tone yang serius.

Hebatnya, dia bisa menunaikannya dengan sempurna lewat gestur serta ekspresi yang meyakinkan. Dalam film ini, Will Smith harus beradu peran dengan anak kandungnya, Jaden, yang berperan sebagai Christopher.

Keduanya berhasil menyajikan chemistry yang kuat dalam adegan-adegan yang menampilkan hubungan ayah dan anak.

Walau nggak sedominan sang ayah, Jaden tetap layak mendapat apresiasi atas keberhasilannya masuk ke dalam karakter anak yang lugu dan memiliki kedekatan dengan ayahnya.

The Pursuit of Happyness merupakan film dengan sajian drama yang menggugah perasaan. Setelah menonton film ini, dijamin kita akan kembali memikirkan betapa sulitnya perjuangan orang tua dalam membesarkan kita.

Penampilan gemilang Will Smith di film ini pun membuatnya masuk dalam nominasi Oscar dan Golden Globe sekaligus. Film tentang ayah anak favorit kamu apa nih? Tulis di kolom komentar, yuk!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram