bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review The Pirates: The Last Royal Treasure (2022)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
The Pirates: The Last Royal Treasure
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dikejar-kejar oleh prajurit kerajaan karena mencuri pohon yang akan dipakai sebagai pilar istana yang baru, kepala bandit, Moo Chi dan anak buahnya terapung-apung hampir tewas di tengah lautan.

Hingga sebuah kapal besar milik perompak yang dipimpin seorang wanita cantik dan tangguh, Hae Rang, menyelamatkan mereka.

Keseharian mereka yang berkutat dengan hasil laut seperti cumi dan ikan, mendadak berubah ketika kapal dari Jepang yang hendak mereka jarah berbicara tentang harta karun.

Moo Chi dan Hae Rang langsung bersemangat, begitu pun dengan anggota lainnya. Lantas bisakah mereka menemukannya? Film yang disebut-sebut sebagai spiritual sequel dari The Pirates (2014) ini siap menghiburmu di awal tahun.

Seperti apa kelanjutan cerita The Pirates: The Last Royal Treasure (2022)? Kamu harus menyimak sinopsis dan ulasan di bawah ini sebagai perkenalan awal.

Baca juga: Inilah 10 Film Bertemakan Bajak Laut yang Seru Ditonton

Sinopsis

The Pirates: The Last Royal Treasure

Pada 1388, Yi Seong Gye menarik pasukannya dari Wihwado. Jenderal Cheo Yeong dan pasukannya berhasil dikalahkan sehingga pilar terakhir Kerajaan Goryeo telah runtuh. Jenderal Goryeo yang tersisa menjarah harta-harta kerajaan lalu melarikan diri ke laut dan hilang begitu saja.

Woo Moo Chi (Kang Ha Neul) membuat dirinya dan anak buah dikejar-kejar ribuan prajurit karena membuat sendok dari pohon curian yang akan dipakai untuk membuat pilar istana baru.

Dia merasa pilar istana itu seharusnya rakyat bukan sebuah pohon. Akibat perbuatannya, pembangunan istana baru harus berhenti.

Di tengah kondisi yang hampir membuat mereka semua mati kehausan, sebuah kapal besar perompak pimpinan Hae Rang (Han Hyo Joo) menyelamatkan Moo Chi dan anak buahnya.

Tiga bulan berselang bandit-bandit pimpinan Moo Chi membuat geram anak kapal Hae Rang karena mereka sangat malas bekerja. Suatu hari mereka melihat kapal dari Jepang dan Moo Chi bersemangat memimpin penjarahan.

Setelah disepelekan oleh anak buahnya sendiri dan diragukan Hae Rang, Moo Chi berhasil melumpuhkan para awak kapal dari Jepang. Sayang, bayangan pesta daging seketika lenyap ketika di atas kapal Jepang itu mereka hanya menemukan ikan asin.

Seorang anak kecil dari kapal Jepang lantas mengatakan kalau kedatangan mereka ke sana untuk memburu harta karun berupa tumpukan emas dan perak.

Dari peta harta karun yang sudah dipegang Moo Chi tampaknya harta karun yang dimaksud adalah milik Jenderal Joo Bang, jenderal Goryeo yang menjarah harta kerajaan tapi hilang di lautan.

Atas bujukan para awak kapal, Kapten Hae Rang setuju memulai pencarian. Berpindah ke daratan Moo Chi harus mengalami insiden diseruduk sekawanan sapi sampai hampir jatuh ke laut.

Semua mengira kalau Moo Chi sudah tewas, tapi sejurus kemudian Moo Chi berhasil merangkak naik dari tebing dengan membawa sebuah gading yang diyakini Hae Rang sebagai peta harta karun sesungguhnya.

Sebagai pemilik kapal Hae Rang menasbihkan dirinya sebagai kapten yang memimpin pencarian harta karun sedang Moo Chi ditetapkan sebagai wakil. Keputusan ini membuat Moo Chi keberatan.

Kepala bandit itu memisahkan diri dan meminta anak buah kapal memilih siapa yang berhak menjadi kapten di antara mereka berdua. Nahas, anggotanya sekalipun tak ada yang memihaknya.

Di tempat lain, seseorang yang terkenal berhasil membunuh pemimpin Jurcxhen di Kuju, Bu Heung Su (Kwon Sang Woo), menawarkan diri membantu Yi Bang Won mendapatkan takhta.

Namun, menurutnya takhta hanya bisa didapat jika berkuasa dan kekuasaan didapat jika memiliki kekayaan. Heung Su lantas membicarakan tentang harta karun.

Sementara itu gading bergambarkan peta harta karun yang disimpan Hae Rang hilang dari kapal. Hae Rang langsung menduga kalau pencurinya adalah Moo Chi. Anehnya pencuri tersebut meninggalkan petunjuk mengenai keberadaannya. Hae Rang dan anak buah bergegas mencari ke daratan.

Setelah bergelut melawan harimau, Hae Rang berhasil menemukan Moo Chi. Lelaki itu lalu menjelaskan kalau Mak Yi (Lee Kwang Soo) sudah menipunya dan membawa kabur gading tersebut.

Mak Yi sudah sampai ke daratan di seberang lautan dan menggunakan nama Moo Chi untuk menjual gading berharga itu.

Mak Yi bekerjasama dengan Hae Geum (Chae Soo Bin) yaitu gadis yang mengaku sebagai putri terakhir Kerajaan Goryeon. Saat hampir berhasil menjual gading tersebut, Hae Rang datang dan menggagalkannya.

Moo Chi, Mak Yi dan Hae Rang hampir tewas dipenggal tapi Moo Chi berhasil melarikan diri dan mendapatkan gading berharga tanpa sengaja. Perebutan gading pun terus terjadi antara Hae Rang dan Moo Chi.

Hae Rang akhirnya berhasil mendapatkan gading tersebut dan membuat Moo Chi jadi budak bersama Mak Yi.

Hae Rang memerintahkan Gang Seop (Kim Sung Oh) mentranskripsi gambar atau tulisan yang ada pada gading. Menurut Gang Seop, itu adalah kode atau sandi militer yang hanya digunakan oleh perwira Goryeo.

Mengejutkan, ternyata Moo Chi bisa membaca sandi tersebut. Menurut yang tertulis di sana, harta karun yang mereka cari ada di Haegildo. Hae Rang dan anak buahnya terkejut karena Haegildo terkenal dengan rute laut yang berbahaya.

Di sana ada pusaran air yang deras yang bisa melenyapkan siapa pun. Lantas bisakah mereka menemukan harta karun Kekaisaran Goryeo itu? Bagaimana dengan Yi Bang Won yang sama-sama mengincarnya?

Perjalanan Mencari Harta Karun Kerajaan Goryeo

Perjalanan Mencari Harta Karun Kerajaan Goryeo

Berniat hanya mencuri daging sapi dari kapal perompak dari Jepang, Hae Rang, Kapten kapal perompak dan Moo Chi, seorang kepala bandit yang hidup menumpang, berangkat mencari harta karun Kerajaan Goryeo berbekal selembar peta yang lusuh.

Perjalanan mereka tak mudah karena menurut petunjuk yang didapat, harta karun tersebut berada di sebuah area di lautan lepas yang terkenal berbahaya. Petualangan pun dimulai berbekal semangat para awak kapal.

Sebagai film yang diklaim spiritual sequel dari The Pirates (2014), The Pirates: The Last Royal Treasure (2022) secara cerita berdiri sendiri tapi dengan ide yang sama. Film ini tidak memiliki keterkaitan alur atau karakter dengan pendahulunya.

Dengan kata lain kamu gak perlu nonton seri yang pertama untuk memahami jalan ceritanya. Ia bisa dinikmati sebagai film baru dengan penokohan dan cerita yang juga baru.

Menghibur Sejak Awal

Menghibur Sejak Awal

Dengan durasi sekitar 2 jam 7 menit, The Pirates: The Last Royal Treasure (2022) sudah menghibur sejak menit-menit awal.

Perhatian langsung tertarik pada scene yang memperlihatkan sekelompok bandit terapung-apung di lautan dengan bibir yang sangat kering, menunjukkan kalau mereka hampir mati kehausan.

Di tengah keadaan antara hidup dan mati itu serta dalam keadaan lemah tak berdaya, mereka marah dan merasa terbawa sial oleh ulah sang kepala karena dia mencuri pohon yang akan dijadikan pondasi pembuatan istana baru, untuk sekadar membuat sendok.

Di tengah scene lawak itu, sebuah agenda diselipkan ketika Moo Chi berkata bahwa pondasi utama kerajaan itu adalah rakyat, bukan pohon.

Pemikiran yang terdengar asal dan seolah sekadar pembelaan tersebut justru terasa dalam. Saat sedang asyik tertawa, celetukan Moo Chi menghentikan sedetik laju alur yang mulai seru karena sejurus kemudian sebuah kapal besar dengan kapten seorang wanita yang cantik sekaligus tangguh memulai cerita sesungguhnya. 

Menyenangkan Tanpa Hal Baru dan Berlebihan

Menyenangkan Tanpa Hal Baru dan Berlebihan

Alur The Pirates: The Last Royal Treasure (2022) terasa cepat dan padat. Dengan pengemasan yang ringan karena banyaknya titik-titik tawa dari penokohan, petualangan yang berat dan mengancam nyawa itu terasa bukan hal sulit.

Percayalah menurunkan Lee Kwang Soo dalam sebuah cerita, seserius apa pun naskahnya dia akan mudah mengubahnya jadi komedi tanpa banyak usaha.

Memang tidak ada formula baru yang dipakai film ini. Sebagian besar kekuatannya berasal dari hal-hal sederhana semacam penokohan, interaksi sampai naskah yang kuat dan kocak.

Tidak ada pula tambahan konflik berupa kutukan, monster laut yang imajinatif atau gangguan di pulau asing yang menambah berat perjalanan tapi ujungnya terasa sebagai aksesori saja.

Namun, sekalipun menggunakan formula jadul, The Pirates: The Last Royal Treasure (2022) tetap sukses menghibur.

Sebagai film dengan setting utama di sebuah lautan, visual efek yang ditanamkan pada setiap scene-scene menegangkan cukup meyakinkan tapi juga tidak terlalu sempurna karena di beberapa bagian masih terasa kasar.

Latar belakang laut dan ombak yang menggila tidak terhitung berapa kali disuguhkan sehingga membuat sinematografi film ini cantik sekaligus menakutkan.

Sembari membawa premis yang tidak terlalu baru, karena banyak film sejenis yang pernah tayang sebelumnya, The Pirates: The Last Royal Treasure (2022) tampil sebagai diri sendiri.

Ia tetap asyik dan menyenangkan tanpa bumbu-bumbu berlebihan berupa sub-plot yang gak perlu atau kecanggihan teknologi tingkat tinggi. Penasaran dengan keseluruhan ceritanya? Kamu bisa lihat film ini di Netflix!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram