showpoiler-logo

Sinopsis & Review Film Misteri The Pale Blue Eye (2022)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Pale Blue Eye
3.1
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Saat terjadi kasus kematian yang menimpa salah satu kadet di Akademi Militer Amerika Serikat, seorang detektif ternama diundang untuk melakukan investigasi.

Kasus bunuh diri ini kemudian berkembang menjadi pembunuhan dan menggiring sang detektif menebar penyelidikan dengan dugaan seputar krisis moral di akademi, skandal di dalam akademi, hingga adanya praktik okultisme ilmu hitam.

The Pale Blue Eye adalah film mystery thriller bernuansa gothic arahan Scott Cooper yang dirilis oleh Netflix pada 6 Januari 2023. Dibintangi oleh Christian Bale, beberapa pemeran ternama juga ikut hadir demi menambah keseruan kisah investigasi ini, antara lain Toby Jones, Gillian Anderson, Timothy Spall, Robert Duvall dan Charlotte Gainsbourg.

Berdasarkan novel karya Louis Bayard yang mengambil latar belakang waktu pada saat penulis Edgar Allan Poe menjadi kadet di akademi militer di West Point, film ini menjanjikan sebuah kasus misterius yang tidak akan mudah untuk dipecahkan. Benarkah seperti itu? Simak review berikut untuk mendapatkan jawaban pastinya secara mendalam.

Baca juga: Suka Misteri? Inilah 20 Rekomendasi Film Detektif Terbaik

Sinopsis

Sinopsis

West Point, 1830. Detektif Augustus Landor diminta oleh pihak Akademi Militer Amerika Serikat untuk menyelidiki kematian salah satu kadet mereka, Leroy Fry.

Asumsi awal diduga bunuh diri dengan cara menggantung diri di pohon, seketika berubah menjadi pembunuhan lewat hasil autopsi yang dilakukan oleh Dr. Daniel Marquis. Jantung Leroy diambil secara rapi tanpa merusak organ tubuh lainnya.

Lewat autopsi lanjutan yang dilakukan oleh Augustus sendiri, dia menemukan beberapa bukti kuat bahwa Leroy dibunuh, bukan bunuh diri. Bekas jeratan tali di leher dan serpihan kuku di talinya mengindikasikan bahwa dia sempat meronta saat digantung. Augustus juga menemukan sobekan kertas di tangan Leroy yang mengepal.

Atas izin akademi, Augustus meminta bantuan seorang kadet yang tertarik dengan kasus ini, yaitu Edgar Allan Poe. Sebagai seorang penyair yang kenyang dengan membaca berbagai karya di dunia literatur, Edgar menemukan secercah petunjuk dari secarik kertas tersebut yang menunjukkan lokasi sebuah pertemuan rahasia.

Situasi di akademi menjadi semakin tegang manakala ditemukan seekor sapi dan domba mati terbunuh dengan jantung yang hilang. Pimpinan akademi memberlakukan jam malam bagi seluruh kadet dan staf di akademi.

Dugaan adanya praktik okultisme semakin menguat.Demi melacak lebih jauh, Edgar berusaha masuk ke dalam lingkaran para kadet populer di akademi.

Setelah meyakinkan mereka dalam satu kesempatan, Edgar kemudian diundang untuk menghadiri makan malam di rumah Dr. Marquis, ayah dari Artemus, salah satu kadet di akademi. Edgar berusaha mendekati Lea, adik Artemus, yang kemudian juga jatuh hati kepadanya.

Sepulang jalan berdua dengan Lea, Edgar diserang oleh Randolph Ballinger, seorang kadet yang cemburu. Namun Edgar diselamatkan dengan kedatangan Augustus.

Keesokan paginya, Randolph dinyatakan hilang dan seluruh kadet di akademi bergerak menyusuri hutan. Mereka menemukan jasadnya tergantung dengan jantung dan alat kelamin yang menghilang.

Namun Analisa Dr. Daniel kali ini menyatakan bahwa pelaku pembunuhan Randolph berbeda dengan Leroy, dilihat dari cara mengambil jantungnya yang tidak rapi.

Satu kadet lagi hilang melarikan diri, menebar asumsi bahwa dia takut menjadi korban berikutnya. Berdasarkan keterkaitan dua korban ini, Augustus dan Edgar menduga keluarga Marquis memiliki andil dalam peristiwa ini.

Lewat konsultasi dengan Jean Pepe, ahli simbol dan konspirasi misterius, Augustus mendapat petunjuk kuat bahwa keluarga Marquis adalah pelaku pembunuhan. Hal ini diakui sendiri oleh Dr. Daniel yang mencoba mencari pengobatan atas penyakit Lea lewat ilmu hitam.

Augustus datang tepat waktu sesaat sebelum Lea dan Artemus menjadikan Edgar sebagai korban dalam ritual sesat mereka berikutnya. Namun api yang berkobar dengan cepat merenggut jiwa Artemus dan Lea. Tugas Augustus dianggap sukses dan kasus ditutup.

Namun Edgar menemukan fakta bahwa bukan keluarga Marquis pembunuh sebenarnya. Siapakah dia? Temukan jawabannya dengan menonton film yang semakin seru ini hingga akhir. Kita akan menemukan penjelasan dan latar belakang motif pembunuhan yang sebenarnya.

Berdasarkan Novel Nominator Edgar Awards

Berdasarkan Novel Nominator Edgar Awards

The Pale Blue Eye merupakan adaptasi dari novel keempat karya Louis Bayard yang terbit di tahun 2003. Novel ini menjadi nominator di ajang Edgar Awards, penghargaan karya-karya misteri fiksi di dunia literatur, televisi, film dan pentas teater.

Meskipun kisah di dalamnya murni fiksi belaka, namun latar belakang waktu yang digunakan ternyata asli. Kisah novel ini mengambil waktu di saat Edgar Allan Poe, salah satu karakter utamanya, menjadi kadet di akademi militer di West Point sekitar era 1930an.

Edgar Allan Poe sendiri adalah salah satu penulis dan penyair Amerika yang terkenal berkat karya-karyanya yang diakui di dunia literasi. Di dalam novel ini, Edgar menjadi pendamping Detektif Augustus Landor dalam menyelidiki kasus kematian beberapa kadet di akademi.

Bukanlah kadet yang mudah bergaul, namun demi investigasi dia mencoba berbaur guna mendapatkan petunjuk atas kasus ini. Dia juga sempat diduga sebagai pembunuh dua kadet, meski buktinya kurang kuat.

Karena cintanya kepada Lea, akhirnya kasus pembunuhan yang melibatkan praktik ilmu hitam ini berhasil dituntaskan. Dengan kejelian akan bentuk tulisan tangan dan hafalan puisi yang memenuhi otaknya, Edgar berhasil menemukan pembunuh aslinya yang ternyata selalu berada di dekatnya.

Menampilkan Deretan Bintang dengan Karakter yang Kurang Dalam

Menampilkan Deretan Bintang dengan Karakter yang Kurang Dalam

Akan tetapi, film berdurasi 2 jam 8 menit ini menuai beberapa kritikan pedas dari penggemar setia Edgar Allan Poe. Scott Cooper sebagai sutradara sekaligus penulis naskahnya dianggap kurang mendalami makna ceritanya, meski mereka juga mengagumi atmosfer gothic yang dibangun dengan apik.

Salah satu yang paling terlihat adalah kurang dalamnya karakterisasi seluruh sosok yang hadir di dalam ceritanya. Memang beberapa karakter di film ini diperankan oleh para aktor dan aktris ternama, namun karena naskah yang tipis, karakter mereka tidak berkembang secara sempurna.

Kurang dalamnya investigasi terhadap keluarga Marquis, membuat dugaan yang dilemparkan kepada mereka terasa masih kurang kuat. Meski sudah dijawab dengan tuntas oleh Dr. Daniel dan bukti praktik ritual sesat yang dilakukan kedua anaknya, tetap tidak mampu mengikat dugaan kita dengan kuat.

Rasanya alasan dasarnya masih tidak jelas dan sebenarnya masih bisa digali lagi. Satu alasan yang dilemparkan oleh Edgar kepada Augustus tentang pembunuhnya adalah seorang penyair sangat tidak beralasan.

Dengan penjelasan berupa analogi yang kurang bisa dipahami, semakin tidak menguatkan korelasi ucapannya dengan kasus yang dijalani. Dan terungkapnya sang pembunuh asli di akhir film, juga tidak menggambarkan ketepatan ucapan Edgar, karena sang pembunuh bukanlah seorang penyair.

Dia hanyalah seorang ayah yang sakit hati menyaksikan putrinya bunuh diri karena mengalami pemerkosaan yang dilakukan oleh beberapa kadet akademi militer bejat dan tak bertanggung jawab.

Banyak dari para pemeran senior ini hanya tampil sekilas dalam mengisi jalan ceritanya, seperti Timothy Spall sebagai Superintendent Thayer dan Robert Duvall sebagai Jean Pepe yang masing-masing hanya tampil singkat saja. Namun akting mereka semua tidak ada yang mengecewakan, meski juga belum sampai taraf mengagumkan.

Tentu saja Christian Bale tampil prima di film bernuansa kelam seperti ini. Dia cukup mengulangi dua karakter yang nyaris serupa di dua film karya Scott Cooper yang dia bintangi, yaitu Out of the Furnace (2013) dan Hostiles (2017).

Gillian Anderson cukup mengejutkan ketika dia berakting melempar piring saat makan malam, sementara Toby Jones cukup pintar menyimpan fakta tentang keluarganya.

Namun yang mencuri perhatian adalah Harry Melling, pemeran Edgar Allan Poe. Tatapan mata yang tajam dan kemahiran dalam mengucapkan kata-kata puitis menjadi faktor utama yang merekatkan serpihan cerita penyelidikan tanpa petunjuk kuat ini.

Kasus Penuh Misteri yang Cukup Menarik

Kasus Penuh Misteri yang Cukup Menarik

Sebenarnya kasus yang diselidiki oleh Detektif Augustus dan Edgar ini cukup menarik. Ada beberapa motif yang bisa menjadi alasan kuat terjadinya pembunuhan. Krisis moral sebagian besar kadet, skandal yang bisa membuat reputasi akademi tercoreng dan praktik okultisme ilmu hitam.

Tapi sayangnya, ketiga elemen cerita ini dikombinasikan tanpa hasil yang memuaskan. Scott Cooper seolah ingin membuat semuanya seimbang, namun justru akhirnya meninggalkan rasa kecewa yang tak tertangguhkan.

Hasil autopsi mayat Leroy yang menggambarkan dirinya sebagai korban ritual okultisme sudah menimbulkan ketegangan yang terbangun dengan baik. Ketelitian Augustus dalam mencari bukti dan petunjuk pun membuat kita tetap terjaga dari ritme film yang terasa datar dan dingin.

Dan ketika Edgar menyadari siapa pembunuh sebenarnya berdasarkan kisah yang diceritakan oleh pelakunya sendiri, dimana ini seharusnya menjadi twist, tidak terasa mencengangkan, meski motifnya masuk akal dan sangat kuat.

Tapi di titik ini, diperlihatkan pergulatan batin seorang detektif yang sedang depresi dalam menangani kasus yang berhubungan dengan perbuatannya sendiri. Augustus berada di titik terendah dalam hidupnya, dimana dia ditinggal mati oleh istrinya dan putri satu-satunya pergi tak kembali.

Dan Christian Bale mampu membawakannya dengan sangat baik hingga bisa menyentuh hati kita saat dia bercerita. Meski kurang baik dalam pendalaman karakter, film The Pale Blue Eye tetap bisa menampilkan kisah investigasi detektif yang cukup menarik dengan berbagai elemen bernuansa gothic di dalamnya.

Walau hasilnya masih jauh dari memuaskan, kita tetap disuguhkan akting memikat dari para pemerannya yang sebagian besar adalah aktor dan aktris watak papan atas.

Sinematografi yang indah penuh salju arahan Masanobu Takayanagi menjadi tidak maksimal dengan polesan efek visual yang kurang rapi. Dan juga kostum biru para kadet membuat kontras warna yang tidak nyaman dipandang mata.

Bagi kalian yang menyukai kisah detektif yang dinamis dan menghibur, maka film ini bukanlah pilihan tepat. Namun bagi penikmat film beratmosfer kelam dan penggemar Edgar Allan Poe, The Pale Blue Eye adalah film wajib bagi kalian semua. Sudah tayang di Netflix, langsung ditonton saja, ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram