bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Offering, Akibat Perjanjian dengan Setan Kuno

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Offering
3.1
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Arthur dan Claire mengunjungi ayah Arthur yang hidup di tengah komunitas Yahudi Hasidut. Menyimpan maksud tersembunyi, Arthur terjebak dalam petaka sebuah perjanjian dengan setan kuno yang dilakukan oleh rekan ayahnya. Memakan banyak korban dalam waktu singkat, setan ini ternyata mengancam jiwa anak kecil untuk diambilnya.

The Offering adalah film horror thriller arahan Oliver Park yang dirilis secara terbatas oleh Decal Releasing pada 13 Januari 2023. Memperkenalkan sosok setan kuno bernama Abyzou, film ini merupakan produksi Amerika Serikat yang dibintangi aktor dan aktris asal Inggris dengan lokasi syuting di Bulgaria.

Film horror dengan latar belakang mitologi Yahudi sangatlah jarang sehingga tidak begitu familiar. Apakah The Offering sanggup menggedor jantung kita dengan adegan menyeramkan dan sosok setan menakutkan? Simak review berikut yang akan menguak tabir misteri rasa penasaran kalian berikut ini!

Baca juga: 15 Film Horror Terbaru yang Wajib Ditonton di Tahun 2023

Sinopsis

Sinopsis

Arthur “Art” dan Claire mengunjungi Saul, ayah Art, yang tinggal di komunitas Yahudi Hasidut. Telah lama mereka tidak bertemu. Saul awalnya tidak menyetujui pernikahan Art karena Claire tidak seagama dengannya. Tapi kini Saul membuka hati untuk Claire yang sedang mengandung cucunya.

Namun Art tampak gelisah sejak sampai di rumah Saul. Dia terus menerus didesak oleh rekannya untuk segera meminta tanda tangan Saul agar rumahnya bisa dijadikan jaminan sebuah pinjaman.

Belum sempat mengatakan maksudnya, Art langsung disibukkan dengan kedatangan jenazah yang harus dibalsem. Saul adalah pemilik usaha pembalseman jenazah yang merupakan tradisi Yahudi.

Jenazah tersebut adalah salah satu rekan Saul, Yosille, yang merupakan seorang ilmuwan pintar. Dia dinyatakan tewas karena bunuh diri. Art berusaha sekuat tenaga mencabut pisau yang menancap di dada Yosille, lalu mendengar suara denging yang diikuti dengan padamnya listrik saat memegang liontin yang menggantung di leher Yosille.

Saul meminta Art istirahat saja setelah melihat pisau dengan ukiran aksara kuno di gagangnya. Dia menghubungi Charim, temannya yang dianggap mengerti tentang barang kuno seperti ini. Saul mendapat penjelasan bahwa pisau itu digunakan untuk ritual pemanggilan setan yang sudah lama tidak pernah dipraktikkan lagi.

Claire bangun di tengah malam dan pergi ke kamar mandi. Ketika kembali ke ranjang, dari balik kegelapan pertemuan dua sisi pintu, Yosille menyerangnya dan berusaha mengeluarkan bayi dari perutnya. Claire terbangun. Ternyata semua hanya mimpi.

Maksud kedatangan Art akhirnya diketahui oleh Heimish, asisten Saul. Dia memperlihatkan surat gadai kepada Saul yang membuatnya murka. Claire pun kebingungan dan marah kepada Art karena tidak jujur kepadanya.

Sebagai agen real estate, ternyata sudah dua tahun lamanya Art tidak menjual rumah yang membuatnya harus mengambil pinjaman dengan jaminan rumah ayahnya.

Art berusaha berbicara empat mata dengan Saul, namun dia tidak tega melihat ayahnya yang pasti sedang sakit hatinya. Saat Art meninggalkan Saul di ruang kerjanya sendirian, sesosok setan muncul dan mengambil jiwa Saul.

Art terkejut mendapati Saul telah wafat dikarenakan serangan jantung. Heimish memberikan surat gadai yang sudah ditandatangani Saul yang dianggap sebagai penyebab kematiannya.

Art dan seluruh komunitas berduka. Setelah pemakaman, Claire melihat gadis kecil yang berlarian di rumah dan bersembunyi di balik kain penutup cermin.

Claire dibuat terkejut olehnya yang ternyata adalah arwah Sarah, gadis cilik yang hilang dan ditemukan beberapa hari kemudian. Claire mulai tidak nyaman, karena sebelumnya juga dia mendengar suara bisikan Sarah dari kameranya.

Claire ingin menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Art, namun suaminya itu hanya tertegun diam tanpa ekspresi. Ternyata Art kerasukan setan yang membuatnya menggambar sebuah sigil, simbol aneh yang biasanya digunakan untuk altar sebuah ritual pemujaan atau sihir. Namun semua hanya mimpi.

Meneruskan usaha ayahnya, Art menemui kendala terkait jenazah Yosille. Dia harus menemukan keluarganya atau mendapat izin dari kepolisian untuk melakukan proses pemakaman. Mengambil tindakan sendiri, Art mengunjungi rumah Yosille. Di antara tumpukan buku, dia menemukan sigil yang serupa seperti dalam mimpinya.

Art juga menemukan sebuah kaset video yang merekam ritual pemanggilan malaikat oleh Yosille dan Sarah, gadis cilik yang jenazahnya baru ditemukan. Dari rekaman video itu, Yosille salah mengucapkan mantra yang justru memanggil sosok setan kuno bernama Abyzou. Sarah tewas sebagai tumbalnya.

Claire dikunjungi oleh seorang wanita tua yang mengaku bernama Aida, istri Yosille. Dia minta diantar ke ruang penyimpanan jenazah. Awalnya enggan dan berusaha menghubungi Art, Claire terpaksa membawa Aida ke ruangan tersebut. Setelah melihat jenazah Yosille, Claire terkejut karena pernah melihatnya dalam mimpinya.

Ternyata Aida adalah setan Abyzou yang bermaksud membakar jenazah Yosille untuk mengambil seluruh kekuatannya kembali. Claire berusaha sembunyi, namun dia akhirnya disekap oleh Abyzou.

Art yang datang tidak bisa membawa Claire, meski telah mencobanya berkali-kali. Abyzou dalam rupa Sarah meminta Art menyerahkan gadis cilik sebagai tumbal sebagai ganti istrinya. Art meminta bantuan Heimish yang kemudian memanggil Chayim untuk menangkap Abyzou.

Chayim kemudian memperbaiki liontin yang merupakan jimat penyekap setan dan menyerahkan pisau bertuliskan aksara kuno itu kepada Art. Rencana mereka adalah memancing Abyzou dan menyekapnya dalam tubuh Art, seperti yang dilakukan Yosille.

Berhasilkah rencana Art untuk menyelamatkan Claire dari sekapan Abyzou? Apakah harus dia menyerahkan jiwanya, atau ada cara lain? Tahan dulu semua dugaan ini dan saksikan filmnya hingga detik terakhir. Pastikan jangan beranjak terlebih dahulu dimana kalian akan menemukan jawaban yang mengejutkan!

Menghadirkan Setan Kuno dari Mitologi Yahudi

Menghadirkan Setan Kuno dari Mitologi Yahudi

Bagi penikmat film horror, mungkin kita sudah terbiasa dengan kehadiran berbagai setan kontemporer dan ritual pengusirannya, seperti di dalam film The Exorcist (1973) dan film sejenisnya, yang menggunakan referensi pengusiran setan ala Katolik Roma.

Namun sangat jarang sekali ada film horror yang menghadirkan sosok setan dari mitologi Yahudi dimana The Offering menawarkan konsep ini. Sebelumnya, memang ada film horror yang mengangkat sosok setan dari mitologi Yahudi, yaitu The Unborn (2009) yang dibintangi oleh Odette Yutsman, Gary Oldman dan Idris Elba.

Namun setan di film ini diidentifikasikan secara umum dengan panggilan dybbuk. Lain halnya dengan yang ditampilkan di film The Offering, setan ini bernama Abyzou yang dijuluki sebagai setan pengambil anak.

Abyzou sendiri adalah makhluk mitologi yang terdapat di dalam berbagai cerita rakyat Timur Dekat, sebuah kawasan yang meliputi Asia Barat, Eropa Tenggara dan Afrika Utara. Setan wanita ini dianggap penyebab keguguran atau kemandulan pada wanita yang disebabkan karena rasa cemburunya.

Asal-usulnya tidak diketahui secara pasti, namun bangsa Mesopotamia sudah mengenalnya sebagai Abzu. Bangsa Yunani Kuno mengenalnya sebagai Abyssos, monster wanita dari laut. Di Kitab Taurat, setan ini sudah ada sebelum penciptaan bumi. Namanya juga disebutkan di dalam Kitab Perjanjian Baru sebagai penghuni dasar neraka.

Abyzou memiliki banyak nama sesuai bangsa yang menceritakannya. Meski namanya berbeda, namun ciri-cirinya tetaplah sama, yaitu setan wanita yang mengambil anak manusia. Di Indonesia pun, setan seperti ini cukup dikenal pula. Tentunya kalian sudah tahu apa nama untuknya.

Referensi paling jelas dan sumber utama dari cerita film berdurasi 1 jam 33 menit ini adalah Kitab Testament of Solomon. Seperti yang kita tahu, baik di Al-Qur’an, Alkitab Injil atau Taurat, periode kenabian Sulaiman/Solomon dipenuhi kisah penguasaan makhluk gaib oleh Sang Nabi Utusan Tuhan ini.

Dan kitab ini mencakup banyak nama jin, setan dan makhluk gaib lainnya, salah satunya Abyzou. Setan ini berasal dari rasa cemburu yang besar kepada para ibu dan anak kecil.

Saat diinterogasi oleh Beelzebub, salah satu putra Iblis, Abyzou menyatakan diri untuk tidak akan pernah lelah mengambil anak manusia setiap malamnya. Film ini dibuka dengan tulisan yang mendeskripsikan sosok dan kemampuan Abyzou tersebut.

Drama Keluarga dalam Balutan Agama

Drama Keluarga dalam Balutan Agama

Meski dibuka dengan adegan yang mendefinisikan kekuatan Abyzou, namun jalan ceritanya tidak langsung menjurus kepada aksinya dalam mengambil anak manusia, baik bayi maupun anak kecil. Kita dibawa ke dalam kisah keluarga yang memendam konflik menahun terkait rasa duka, keruntuhan iman dan krisis ekonomi.

Dalam tempo yang cenderung lambat, kita dibawa memahami konflik batin yang dialami oleh Art dengan segala krisis di dalam dirinya. Dia berada di titik terendah dalam hidup dimana berbagai masalah menimpanya justru di saat harus menyambut kehadiran anggota keluarga yang baru.

Awalnya kita hanya melihat bahwa dia berada dalam krisis keuangan dimana sebagai agen real estate dia sudah tidak pernah menjual rumah selama dua tahun. Dengan bertemu ayahnya, dia bermaksud menjadikan rumah dan tempat usaha ayahnya itu sebagai jaminan pinjaman yang akan dia proses.

Dari sini naskah karya Hank Hoffman ini mulai bergerak lebih dalam mencari penyebab renggangnya hubungan Art dengan Saul. Faktor pertama yang terlihat adalah pernikahan beda agama Art dan Claire yang tak direstui oleh ayahnya.

Namun ternyata ada yang lebih dalam lagi, yaitu krisis iman dimana Art tidak percaya lagi kepada Tuhan saat doanya untuk kesembuhan sang ibu tidak dijawab oleh-Nya. Kekosongan iman adalah salah satu faktor mudahnya setan mempengaruhi manusia, dan hal ini terjadi pada Art.

Dia mudah dirasuki oleh Abyzou dan diperdaya berkali-kali, bahkan sempat hendak menyetujui perjanjian dengan setan bertanduk domba tersebut. Akhir yang tragis sepertinya adalah jawaban pasti bagi pelaku perjanjian dengan setan ini. Selain perbuatan dosa dan faktor penyebab masuk neraka, saat di dunia pun hidup mereka tidak akan pernah tenang.

Yosille adalah satu bukti yang ditampilkan di film dengan pencahayaan yang terlalu terang untuk sebuah film horror ini. Rasa rindunya ingin bertemu dengan Aida yang sudah wafat karena penyakit keras, membuat Yosille mempelajari sendiri cara-cara untuk mengadakan perjanjian dengan makhluk gaib dari berbagai buku sebagai referensinya.

Bermaksud memanggil sesosok malaikat bernama Martiel untuk menghidupkan kembali mendiang istrinya, justru sosok setan bernama Abyzou yang datang dan langsung menjadikan Sarah sebagai korbannya.

Dari rekaman video praktik ritual Yosille inilah terungkap keterkaitan antara dirinya dengan hilangnya Sarah yang kemudian ditemukan dalam kondisi tak bernyawa lagi.

Satu-satunya cara adalah mengundang Abyzou masuk ke dalam tubuh dan menyekapnya dengan menusukkan pisau beraksara kuno dan jimat berupa liontin sebagai penguncinya. Yosille sudah berhasil melakukannya dengan mengorbankan dirinya, namun setan ini terbebaskan oleh Art yang mencabut pisau dan melepaskan liontin dari jenazah Yosille.

Kita sedikit terkecoh dengan premis film yang seolah menempatkan janin dalam kandungan Claire sebagai persembahan bagi setan atau target utamanya. Namun Abyzou seolah tidak tertarik dengan Claire dan lebih memilih gadis cilik untuk menjadi korbannya.

Film ini mencoba keluar dari pola umum film serupa, namun perpindahan alur ini tidak membuat jalan ceritanya menjadi lebih baik.

Menampilkan Adegan Jump Scare yang Efektif

Menampilkan Adegan Jump Scare yang Efektif

Hal yang paling kita harapkan dari sebuah film horror adalah adegan menyeramkan penuh kejutan. Dari awal, The Offering sudah menawarkan atmosfer kelam dan murung di suasana rumah duka dan ruang pembalseman yang terkesan angker. Sama seperti film The Autopsy of Jane Doe (2016), ada beberapa adegan mendebarkan yang terjadi di ruangan ini.

Memang adegan jump scare di film ini tidaklah banyak dan tidak dibuat beruntun, namun semua terasa efektif. Kemungkinan munculnya penampakan sudah bisa kita perkirakan sebelumnya, tapi tetap bisa membuat kita kaget.

Contohnya di mimpi Claire dimana ada sudut gelap di antara pertemuan dua pintu. Sudah pasti ada setan yang akan keluar dari sana. Meski begitu, kita akan tetap terkejut dibuatnya.

Berbagai adegan jump scare ini adalah hasil editing yang dikerjakan oleh Michael J. Duthie dan Simon Pearce dengan apik. Semua kelebihan ini berhasil menutupi kelemahan di sisi akting, terutama kedua pemeran utamanya.

Selain nama mereka belum begitu dikenal, akting Nick Blood dan Emily Wiseman tidak mampu meresap ke karakter yang mereka bawakan.

Tapi justru performa dua aktor pendukungnya, Allan Corduner sebagai Saul dan Paul Kaye sebagai Heimish, terasa kuat menancap dan sangat meyakinkan.

Sifat bijak Saul tetap terlihat meski dia mengalami dilema dengan kedatangan Art, dan Heimish yang supel namun tegas menampilkan kesan solidaritas tinggi yang mampu mengalahkan egonya.

The Offering menjadi salah satu alternatif yang layak bagi penikmat film horror, terutama yang suka dengan sosok setan dari mitologi kebudayaan kuno. Jika saja didukung pemeran yang lebih baik, permainan cahaya yang seimbang dan tempo yang tidak terlalu lambat, film ini bisa masuk ke dalam daftar film horror terbaik.

Meski begitu, bukan berarti film ini tidak memiliki kualitas. Kehadiran Abyzou sebagai sosok setan dalam film ini mampu membuat kita penasaran untuk mencari tahu fakta tentangnya lebih dalam. Selain itu atmosfer kelam dan suram serta kedetailan desain produksinya cukup baik, terutama adegan jump scare yang efektif.

Tayang sedikit terlambat di bioskop Indonesia, sebulan setelah perilisannya di Amerika, film ini rasanya tidak boleh dilewatkan begitu saja. Sudah siap menyaksikan ancaman Abyzou di era modern? Langsung ditonton sekarang juga, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram