showpoiler-logo

Sinopsis & Review The Mauritanian yang Menegangkan

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Mauritanian
3.3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Seorang warga negara Mauritania ditangkap dan ditahan dalam penyiksaan oleh pemerintah Amerika di penjara Guantanamo Bay atas dugaan teroris yang terlibat di dalam peristiwa 9/11. Seorang pengacara datang empat tahun kemudian memperjuangkan kebebasannya karena dianggap tidak bersalah, sementara pemerintah Amerika pun ingin menghukumnya. Siapa yang menang?

The Mauritanian adalah film drama tentang proses hukum yang harus dilalui oleh seorang pengacara untuk membebaskan kliennya yang dituduh sebagai teroris tapi tanpa bukti. Film ini diangkat dari memoir tulisan Mohamedou Ould Slahi yang berjudul Guantanamo Diary yang terbit pada tahun 2015 silam.

Kevin Macdonald, sebagai sutradara yang pernah mengangkat kisah bersejarah lewat film The Last King of Scotland (2006), tentunya fasih dalam memaparkan fakta sejarah dalam balutan thriller yang mencekam. Apakah film ini akan mengungkit tema yang sensitif dengan adil sesuai fakta dan tidak mengorbankannya demi membuat cerita yang menarik? Untuk itu, simak review kami berikut ini.

Sinopsis

the-mauritanian-1_

Mauritania, November 2001 (dua bulan setelah peristiwa 9/11). Mohamedou Ould Slahi yang sedang dalam perayaan pernikahan keluarganya dijemput kepolisian dengan alasan pihak pemerintah Amerika ingin bertemu dan bicara dengannya. Dia setuju berangkat meski membuat ibunya khawatir.

Februari 2005. Nancy Hollander ditemui Emmanuel, pengacara asal Prancis, yang memberikan informasi tentang keberadaan Mohamedou di penjara Guantanamo Bay dari seorang pengacara Mauritania yang menjadi perwakilan keluarganya yang khawatir karena tidak bisa menemuinya sejak tiga tahun lalu. Emmanuel meminta Nancy memeriksa fakta ini karena dia memiliki izin keamanan.

Meski sedikit tidak tertarik, tapi dia mulai mencari informasi sebelum bertemu Mohamedou di Guantanamo Bay. Ternyata Mohamedou ditangkap dan ditahan tanpa melalui proses pengadilan dan tanpa dakwaan dengan bukti yang kuat. Bersama asistennya, Teri, Nancy berangkat ke Kuba dan bertemu langsung dengan Mohamedou untuk mendapat kesaksian langsung darinya.

Sementara itu, menanggapi pergerakan Nancy, pihak militer Amerika di bawah pimpinan Kolonel Bill Seidel menginstruksikan Stuart Couch untuk mengajukan dakwaan teroris kepada Mohamedou di pengadilan. Bill berkata jika Mohamedou adalah orang dibalik perekrutan para teroris dalam peristiwa 9/11 yang menewaskan sahabat Stuart yang menjadi pilot salah satu pesawat yang dibajak.

Mohamedou setuju menjadikan Nancy sebagai pengacaranya, sementara itu Stuart meminta timnya untuk mengumpulkan semua data dan informasi dari intel untuk menguatkan dakwaan kepada Mohamedou.

Nancy menemui kesulitan dalam mengakses data dan informasi dari pihak militer karena semua data sebagian besarnya sudah disensor. Begitupun Stuart yang merasakan keganjilan karena data yang dia minta selalu ditunda, bahkan dia harus terbang ke Guantanamo Bay untuk berbicara langsung dengan kepala penjara yang juga tidak memberikan akses data itu kepadanya.

Dalam sidang pertama, hakim meluluskan permintaan Nancy yang menuntut pihak militer untuk mengajukan bukti akurat yang menyatakan bahwa Mohamedou adalah teroris dan mereka hanya diberikan waktu yang singkat untuk menghadirkan bukti-bukti itu.

Mohamedou menulis banyak surat kepada Nancy yang isinya adalah ceritanya selama dia di dalam tahanan sebagai kesaksiannya di persidangan nanti. Sementara itu, Stuart mendekati seorang rekannya yang pernah menyelidiki kasus Mohamedou di Guantanamo Bay untuk mendapatkan data yang dia inginkan. Meski sudah berkali-kali diminta, temannya itu tidak mau memberikan data tersebut.

Teri kesal dan diminta keluar dari kasus oleh Nancy ketika dia menemukan surat pernyataan Mohamedou bahwa dia terlibat dalam Al-Qaeda dan peristiwa 9/11. Nancy yang sabar dan berpikir positif mengunjungi Mohamedou dan menanyakan surat pernyataan yang ditulisnya itu. Mohamedou bingung harus berkata apa kepada Nancy saat itu dan sempat membuat Nancy hampir menyerah.

Tapi kemudian, surat dari Mohamedou datang ke mejanya. Isi surat itu menceritakan secara detail bagaimana proses intimidasi dan penyiksaan dengan menggunakan metode-metode yang ekstrim dilakukan oleh pihak militer Amerika kepadanya untuk memaksanya mengaku bahwa dia adalah anggota Al-Qaeda yang merekrut para pelaku pembajakan pesawat di peristiwa 9/11.

Sementara itu, Stuart mendapat angin segar ketika hati nurani temannya terketuk dan memberikan semua data rahasia yang dibutuhkan olehnya. Setelah dia membaca semua data itu, Stuart merasa pihak militer Amerika yang dibelanya tidak adil dalam memperlakukan Mohamedou dan menyiksanya hingga dia dipaksa menulis surat pernyataan tersebut. Stuart kemudian mengundurkan diri.

Desember 2009. Di persidangan, hakim dan peserta sidang menyimak pernyataan Mohamedou secara langsung melalui teleconference. Dan di bulan Maret 2010, Mohamedou mendapat surat pernyataan bebas karena dia telah memenangi kasus ini. Mohamedou pun melompat kegirangan.

Alur Cerita Non-Linear Minim Korelasi

the-mauritanian-2_

The Mauritanian memaparkan sekelumit kisah perjalanan hidup Mohamedou Ould Slahi ketika di dalam tahanan, meski ada beberapa adegan flashback yang juga menceritakan kisah dari masa kecilnya hingga sesaat sebelum dia ditangkap. Alur non-linear ini sepertinya dimaksudkan oleh Kevin Macdonald sebagai puzzle yang harus kita susun dalam ingatan kita untuk mendapat keseluruhan ceritanya.

Memang kita bisa merangkainya, tapi sayangnya, adegan flashback yang dimunculkan kadang tidak ada hubungan dengan alur inti cerita, tidak ada feel yang muncul karenanya, seolah hanya diselipkan saja disana untuk membuat cerita utuh tanpa memikirkan korelasinya.

Meski terkadang adegan cerita inti dan flashback tidak dibubuhkan setting waktunya, kita tetap dibuat paham dengan sendirinya berkat permainan rasio layar yang ditampilkan, sebagai bagian dari sinematografi yang unik dari film berdurasi 2 jam 9 menit ini. Adegan yang menyuguhkan cerita inti ditampilkan dalam mode widescreen, sedangkan adegan flashback dalam rasio 4:3.

Minim Inspirasi dari Kurangnya Penggalian Karakter

the-mauritanian-3_

The Mauritanian memang memfokuskan cerita pada sosok Mohamedou di beberapa kurun waktu dalam hidupnya, bahkan di credit title kita diperlihatkan bagaimana kehidupannya setelah merasakan kebebasan pada 17 Oktober 2016, padahal dia sudah mendapat surat pernyataan bebas sejak bulan Maret 2010. Ternyata pemerintahan Obama menambahkan masa tahanannya tanpa kejelasan.

Dalam kehidupannya sekarang, Mohamedou terlihat bahagia dan tidak ada raut kesedihan sama sekali, berbanding terbalik dengan kisahnya yang sangat perih, bahkan dia tidak pernah bertemu kembali dengan ibunya yang wafat di tahun 2013.

Sayangnya, Michael Bronner, Rory Haines dan Sohrab Noshirvani sebagai penulis naskah kurang dalam menggali karakter lainnya, terutama Nancy. Dia digambarkan dalam satu dimensi saja dan terlalu banyak adegan yang menampilkannya membaca surat dan dokumen tanpa kita tahu kehidupan dia diluar kasus yang ditanganinya.

Kita tidak bisa merasakan apa yang ada di dalam hati dan pikiran Nancy. Jika boleh membandingkan, masih lebih baik karakter Teri dimana masih ada tersirat perasaan yang muncul di beberapa adegan, tapi dia kemudian menghilang dan hanya muncul kembali di akhir film. Sementara itu, karakter Stuart Couch yang patriotis mendapat porsi yang proporsional yang membuat perasaannya lebih bisa diterima oleh kita.

Penampilan Apik Tiga Pemerannya

the-mauritanian-4_

Sebagai tokoh sentral cerita, Tahar Rahim yang memerankan Mohamedou dengan gemilang berhasil menuai banyak pujian atas performa aktingnya. Dia bisa mendalami karakternya dan bisa meyakinkan kita bagaimana sadisnya penyiksaan yang dilakukan oleh pihak militer Amerika dan efek yang dia alami selama di dalam tahanan. Jadi wajar jika dia masuk nominasi Golden Globes di kategori Best Actor.

Begitupun Jodie Foster yang berperan sebagai Nancy. Meski karakternya tampil dalam satu dimensi saja sehingga minim perasaan, tapi Jodie Foster berhasil membawakan perannya dengan sangat baik dan berkelas. Kita dibuat yakin jika Nancy pada dasarnya memiliki sifat cuek, meski tanpa latar belakang dan penyebabnya, tapi gigih dalam memperjuangkan apa yang dia percaya.

Penampilan Jodie Foster ini membuatnya menerima Golden Globes di kategori Best Actress. Yang sangat disayangkan ialah penampilan apik dari Benedict Cumberbatch sebagai Stuart Couch yang minim apresiasi, padahal dia mampu menghidupkan karakter ini yang dia tampakkan lewat ekspresinya yang impresif. Coba lihat saat dia membaca dokumen penyiksaan, kita pun akan merasakan yang dirasanya.

Pada akhirnya, The Mauritanian menjadi satu lagi tambahan yang pantas bagi film drama yang diangkat dari kisah nyata, meski ini bukanlah film biografi. Hadir dalam pemaparan cerita dengan alur non-linear, tidak begitu memusingkan, tapi masih kurang dalam penggalian karakternya, sehingga membuat jalan cerita film sedikit kurang menarik dan datar.

Hanya ada satu adegan yang cukup membuat kita menahan napas, bisa disebut ini klimaks film, yaitu pada saat Nancy membaca surat dari Mohamedou seiring Stuart membaca berkas dokumen rahasia militer yang menggambarkan berbagai macam intimidasi dan penyiksaan yang dilakukan oleh pihak militer Amerika dalam usahanya memaksa Mohamedou menyatakan jika dia adalah teroris.

Meski sebenarnya kita tidak tahu fakta sesungguhnya karena sumber film ini hanya berdasarkan pihak Mohamedou saja yang memoir-nya diterbitkan dalam banyak sensor dari pihak pemerintah. Tapi secara keseluruhan, film ini layak ditonton, apalagi jika kita ingin melihat kekuatan akting ketiga pemeran utamanya.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram