bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film The Map of Tiny Perfect Things (2021)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Map of Tiny Perfect Things
3.4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dua remaja terperangkap dalam time loop yang membuat mereka mengulang hari yang sama setiap kali mereka bangun dari tidur.

Awalnya mereka menikmati waktu mereka, tapi semakin lama bersama, mereka mulai menyadari akan pentingnya waktu dan mencari cara agar bisa meneruskan hidup mereka. Akankah mereka berhasil keluar dari situasi aneh ini?

The Map of Tiny Perfect Things adalah film fantasi romantis karya Ian Samuels yang merupakan original movie Amazon. Berdasarkan cerita pendek karya Lev Grossman yang juga menjadi penulis naskahnya, film ini dirilis pada 12 Februari 2021. Bertindak sebagai produser, Akiva Goldsman menampilkan Kathryn Newton dan Kyle Allen sebagai tokoh utamanya yang menuai banyak pujian.

Mengusung kembali kisah seseorang yang terperangkap dalam time loop mungkin akan terasa membosankan, karena sudah seringkali ditampilkan dalam film. Tapi bagaimana jika yang terperangkap bukan hanya satu orang, tapi dua orang? Kalau premisnya seperti ini tentu mengundang rasa penasaran, kan? Sebelum menontonnya, simak dulu review berikut ini.

Sinopsis

the-map-of-tiny-perfect-things-1_

Mark bangun dari tidurnya di pagi hari sesaat setelah ibunya berangkat kerja. Dia turun untuk sarapan bersama ayah dan adiknya yang semua ucapan dan pergerakan mereka sudah diantisipasi olehnya. Kemudian dia berangkat ke sekolah dengan sepeda sambil melakukan beberapa bantuan kepada orang-orang yang dia temui.

Sebenarnya Mark naksir seorang gadis yang bertanya kepadanya di jalan dan bertemu lagi di kolam renang. Mark berhasil menangkap bola yang mengarah kepada gadis itu. Lalu mereka berjalan pulang bersama, tapi sayangnya Mark gagal melangkah lebih jauh.

Malam pun datang dan Mark kembali bangun mengulang harinya seperti sebelumnya. Rupanya Mark terperangkap dalam time loop.

Ternyata Mark sudah beberapa kali menolong gadis itu dari bola yang datang padanya dan beberapa diantaranya gagal karena harus berada pada waktu yang tepat.

Saat hendak menolong gadis itu sekali lagi, bola yang mengarah kepadanya tiba-tiba ditangkap oleh gadis lain yang langsung berlalu begitu saja meninggalkan tanda tanya di hati Mark, karena dia belum pernah melihat gadis itu sebelumnya.

Mark mencari tahu tentang gadis itu dengan mencoba mengikuti jejaknya setiap hari hingga akhirnya mereka bertemu. Dan ternyata mereka berdua sama-sama terperangkap dalam time loop.

Mereka kemudian sering menghabiskan waktu bersama, berbagi momen-momen yang menurut mereka sempurna, meski itu hanya kejadian kecil bukan peristiwa besar.

Seluruh momen itu dijadikan peta oleh Mark yang kemudian diketahui oleh Margaret saat berkunjung ke rumah Mark. Perasaan cinta mulai tumbuh di hati Mark seiring keinginannya untuk keluar dari time loop.

Tapi ternyata keinginan Margaret berbeda, seolah-olah dia tidak ingin keluar dari situasi ini dan dia pergi terburu-buru setiap kali Jared menghubunginya.

Mark membuat tiruan “pendaratan di bulan” di lapangan basket sekolah untuk membuat hati Margaret senang. Saat mereka semakin dekat, Mark menyatakan cinta, tapi Margaret hanya ingin berteman saja. Mark mulai galau dan tidak semangat memulai harinya. Mark menghardik ayahnya yang memilih berhenti bekerja saat menanyakan masa depannya nanti.

Setelah bertanya dengan guru matematikanya, Mark memiliki dugaan apabila mereka pergi jauh di luar waktu Amerika, mereka akan bisa keluar dari time loop ini.

Mereka membeli tiket ke Tokyo di pagi hari, tapi saat hendak take-off, Margaret keluar dari pesawat dan meninggalkan Mark sendiri. Namun teori ini ternyata gagal dan Mark kembali mengulangi waktunya.

Mark bangun dari tidur dan mulai merenung tentang situasi ini. Dia memutuskan untuk lebih fokus kepada orang lain daripada diri sendiri. Sementara itu Margaret pun memiliki renungan yang sama jika selama ini ternyata dia egois karena tidak mau kehilangan momen terakhir bersama ibunya.

Akankah mereka berhasil menemukan jalan untuk keluar dari situasi ini bersama? Semakin penasaran, kan? Untuk mendapatkan jawabannya, tonton film ini sampai habis, ya!

Pengulangan Premis yang Jujur

the-map-of-tiny-perfect-things-2_

The Map of Tiny Perfect Things menyuguhkan kembali sebuah kisah fantasi tentang orang yang terperangkap di time loop dengan segala aktivitasnya yang mengalami pengulangan hingga dia mahir dalam setiap pergerakan orang dan kejadian yang akan datang selama itu tepat waktu.

Memang menarik pada awalnya tapi akan menjadi membosankan apabila diulang secara terus-menerus.

Premis film yang serupa dengan Groundhog Day (1993) dan Edge of Tomorrow (2014) ini mengungkit kedua film yang menjadi referensinya ini secara jujur, dimana Mark selalu membahasnya dengan Henry sambil bermain video game.

Tentunya, setelah setengah film berjalan, perasaan kita sama dengan Mark yang sudah bosan dengan pengulangan waktu.

Meski Margaret bilang, “We have all the time in the world”, tapi sebenarnya merekalah yang tidak memiliki waktu dengan selalu mengulangi waktu yang sama setiap hari. Meski mereka gagal hari ini, besok pasti akan bisa mereka ulangi lagi sampai berhasil.

Sangat tepat ketika Mark bilang bahwa yang mereka miliki bukanlah waktu, karena waktu sejatinya adalah sesuatu yang berlalu dan tak bisa diulang lagi.

Cerita yang Predictable

the-map-of-tiny-perfect-things-3_

Sejujurnya, cerita dari film dengan durasi 1 jam 38 menit ini sangat mudah ditebak. Saat bertemu, mereka akan saling penasaran tentang apa yang sudah masing-masing lakukan dalam mengisi hari-harinya.

Mereka kemudian saling berbagi momen-momen sederhana yang tampak sempurna di sekitar mereka. Tapi salah satu dari mereka akan menemui kebosanan dan ingin keluar dari situasi ini.

Alur cerita ini dipaparkan secara kronologis sehingga terasa sedikit datar. Ada lonjakan ritme saat Mark berada di pesawat sendirian untuk mencoba teorinya tentang waktu yang pada akhirnya tetap saja gagal.

Satu misteri yang masih membuat kita penasaran adalah penyebab mereka terkurung dalam time loop, dan hanya hal inilah yang masih membuat kita bertahan hingga akhir film, selain solusi akhirnya.

Perpindahan Rel Cerita yang Sedikit Mengganggu

the-map-of-tiny-perfect-things-4_

Meski menghadirkan banyak momen sederhana yang terasa sempurna, sesuai judul filmnya, dan menghadirkan banyak kesenangan khas remaja milenial, ada satu faktor yang cukup mengganggu kestabilan jalan ceritanya, yaitu perpindahan peran penting dari Mark ke Margaret.

Dari awal kita dibuat menduga bahwa Mark adalah inti dari cerita ini, tetapi ternyata semua karena Margaret.

Perpindahan rel cerita ini cukup membuat guncangan yang mengecewakan, meski hanya sedikit sekali. Muncul pertanyaan, kenapa tidak dari awal saja Margaret yang memegang peranan penting?

Meski memiliki jawaban yang cukup masuk akal di ranah fantasi, tapi kita masih belum bisa menemukan korelasinya dengan kehidupan Mark sehingga dia terbawa dalam time loop-nya Margaret.

Tapi untungnya, semua kekurangan ini tertutup oleh performa apik penuh chemistry dari Kathryn Newton dan Kyle Allen yang mampu membawakan karakternya dengan natural dan sepenuh hati.

Khusus Newton, aktingnya cukup mempesona di setiap adegan yang menghadirkannya, terutama saat dia meneteskan air mata selagi bermain video game karena menemukan makna hidup yang dicarinya.

Di atas segala kekurangan yang sedikit mengganggu jalan cerita, nyatanya The Map of Tiny Perfect Things adalah film romantis untuk remaja dengan pesan penting tentang memanfaatkan waktu.

Dengan performa akting penuh sinergi dari kedua pemeran utamanya, hati kita akan dihangatkan dengan jalinan kisah dan pencarian makna hidup mereka masing-masing.

Banyak momen-momen menyenangkan, inspiratif dan penuh motivasi di dalam film dengan sinematografi yang cukup baik dengan dukungan editing yang apik ini, yang akan membuat kita bisa menghargai hal kecil yang mungkin kita sepelekan tetapi ternyata sangat berarti bagi orang lain.

Film dengan lokasi di kota kecil di Alabama ini direkomendasikan untuk ditonton terutama bagi kalian yang suka dengan kisah romantisme remaja. Langsung play di Prime Video dan nikmati perjalanan Mark dan Margaret dalam memaknai waktu mereka yang selalu berulang-ulang.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram