bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Longest Day, Rumitnya Pertempuran Normandia

Ditulis oleh Aditya Putra
The Longest Day
3.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dalam perang, persiapan untuk mengeksekusi misi membutuhkan waktu yang lama. Selain harus menyiapkan strategi yang tepat, persiapan pada para personel yang akan terjun langsung ke medan perang pun nggak kalah pentingnya.

Kalau dua hal itu nggak terpenuhi, akan mengakibatkan banyak kerugian. Mulai dari kehilangan personel, sampai gagalnya misi.

Pertempuran Normandia terjadi pada tahun 1944. Tujuan akhirnya adalah pembebasan Perancis dari penguasaan Jerman. Pihak sekutu yang berkontribusi besar adalah Inggris dan Amerika, dengan bantuan Kanada.

Film The Longest Day menceritakan bagaimana pertempuran tersebut dengan segala kendalanya. Simak sinopsis dan review filmnya, yuk!

Baca juga: Sinopsis & Review Unbroken, Kisah Nyata Tahanan Perang

Sinopsis

Sinopsis
  • Tahun Rilis: 1962
  • Genre: War
  • Produksi: Darryl F. Zanuck Productions, Inc.
  • Sutradara: Ken Annarkin, Andrew Marton, Bernhard Wicki
  • Pemain: John Wayne, Henry Fonda, Robert Mitchum, Sean Connery, Eddie Albert, Curg Jurgens

Marsekal Erwin Rommel, pemimpin Batalion B pasukan Jerman memerintahkan anak buahnya untuk membuat ranjau dan barikade di sepanjang pantai Normandia.

Enam juta ranjau yang dipasang, baginya belum cukup untuk bertahan dari serangan musuh. Terlebih dia merasa bahwa sekutu sudah menyiapkan strategi perang dengan personel yang banyak dari jalur laut.

Gunther, pemimpin Jerman dalam pendudukan di Perancis, mendapat informasi dari Berlin bahwa sekutu akan melakukan serangan dalam waktu 24 jam. Pihak Jerman di Perancis merasa sudah kelelahan karena bersiaga secara terus-menerus.

Hal itu dilakukan setelah mereka mencoba menerjemahkan pesan-pesan yang disebar lewat radio. Cuaca berangin membuat pasukan Jerman diberi kelonggaran dalam bersiaga.

Tentara Amerika sudah berada di laut untuk bersiap melakukan serangan ke Normandia. Kolonel Benjamin Vandervoort dari Angkatan Udara Amerika diberi perintah untuk menurunkan pasukan lalu menyebar di Normandia.

Dia mendesak untuk tetap berpegang pada rencana walau cuaca sedang hujan deras. Ribuan pasukan Amerika sudah bersiap untuk terjun ke medan perang bersama armada pesawat perang dan ribuan penerjun tempur.

David Campbell dari Royal Air Force menunggu petunjuk apakah perlu melakukan serangan pada malam hari. Jenderal James Gavin dari Angkatan Udara Amerika membicarakan lokasi pendaratan pasukannya di Normandia bersama Letnan Vandervoort.

Angkatan Udara Amerika diberikan perintah untuk mendarat di antara kota dan rawa-rawa yang dijaga oleh pasukan Jerman.

Perwakilan Inggris, Amerika dan Perancis berkumpul untuk menentukan kapan waktu yang tepat dalam melancarkan serangan ke Normandia. Stagg, seorang meteorologis asal Inggris memperkirakan cuaca akan berubah dalam waktu dekat.

Hasil dari rapat itu akan menentukan apakah serangan akan dilakukan pada tanggal 6 Juni, karena sebelumnya sudah ditunda dari rencana penyerangan awal pada tanggal 4 Juni.

Sekutu terdesak untuk segera melancarkan serangan. Pasalnya, Angkatan Udara dari Omaha dan Utah harus diberangkatkan sesegera mungkin apabila serangan akan terjadi pada 6 Juni.

Sementara itu, cuaca diprediksi nggak akan berubah secara signifikan sebelum masuk ke bulan Juli. Semakin banyak penundaan pun diperkirakan akan menjatuhkan moral 250.000 pasukan Amerika yang sudah bersiap di laut.

Sekutu setuju untuk melancarkan serangan pada tanggal 6 Juni. Pasukan Perancis mendapatkan informasi tersebut lewat siaran radio dengan menggunakan kode berupa puisi. Pasukan Jerman dapat kode itu, mereka akan diserang oleh Sekutu dalam waktu 24 jam.

Pasukan Amerika sudah menyiapkan kereta perang, kapal penghancur, penyapu ranjau dan pesawat militer yang dianggap sebagai armada terbesar di dunia.

RAF bertugas menguasai Sungai Orne untuk memperlancar tentara Sekutu menguasai Normandia. Tantangannya, pesawat mereka akan mendarat tanpa mendapatkan dukungan dari jalur darat.

Mereka berhasil mendarat di jembatan Sungai Orne. Pertempuran pun terjadi antara mereka dan pasukan Jerman. Dalam waktu 15 menit, mereka berhasil menguasai Sungai Orne. Mereka harus bertahan di tempat sampai situasi aman.

Pasukan Jerman nggak mengira bahwa sekutu akan melancarkan serangan dalam waktu yang cepat. Mereka memprediksi serangan baru akan dilancarkan pada keesokan harinya karena cuaca yang buruk.

Mereka mencari strategi untuk mengalihkan serangan Sekutu agar terpencar dari wilayah Normandia. Bagaimanakah sulitnya perjuangan Sekutu? Strategi apa lagi yang akan diambil Jerman?

Kupas Tuntas Teknis di Medang Perang

Kupas Tuntas Teknis di Medang Perang

Film The Longest Day mengambil cerita berdasarkan buku dengan judul yang sama karangan Cornelius Ryan. Sebagaimana versi buku, filmnya pun menceritakan bagaimana build up menuju pertempuran Normandia pada hari pertama.

First act film berjalan dengan lambat untuk membangun narasi persiapan Sekutu maupun Jerman sebelum keduanya bertempur di medan perang.

Pada second act, kita akan disuguhi hal-hal bersifat teknis di medan perang. Ada simulasi pendaratan penerjun tempur yang harus menembak. Ada juga cara pasukan Amerika yang akan mendarat tanpa seragam.

Untuk mengenali rekannya, mereka membunyikan sebuah alat yang harus dibalas dua kali. Apabila nggak berbunyi dua kali, mereka harus tiarap lalu menyiapkan serangan.

Bukan hanya teknis di medang perang, film ini juga mengangkat cerita tentang bagaimana kedua pihak yang berperang menyiapkan strategi.

Cuaca yang buruk di Normandia pada tanggal 4 Juni membuat Sekutu menunda serangan. Negosiasi kapan serangan dilancarkan pun diangkat dengan memperlihatkan segala pertimbangan untuk pengambilan keputusan.

Terlalu Banyak Karakter

Terlalu Banyak Karakter

The Longest Day mengombinasikan cerita dengan dokumenter. Film ini menyertakan banyak footage dari perang dunia kedua. Sepanjang film, kita akan melihat banyak karakter yang memainkan plot utama.

Sayangnya, dengan karakter sebanyak itu membuat film ini nggak memberikan pendalaman yang cukup karena akan membuat durasi terlalu panjang.

Film in digarap oleh tiga sutradara berbeda yang berasal dari Inggris, Perancis dan Jerman. Para aktornya pun berasal dari tiga negara tersebut. Mayoritas aktor nggak diberi kesempatan untuk tampil menonjol sebagaimana cerita berfokus pada perang.

Satu-satunya aktor yang menonjol adalah Henry Fonda. Henry memainkan karakter Theodore Roosevelt Jr yang merupakan anak presiden sehingga nggak langsung diberangkatkan dalam serangan gelombang pertama.

Drama dan Aksi yang Seimbang

Drama dan Aksi yang Seimbang

 Kelebihan dari The Longest Day adalah penyajian drama dan aksi yang seimbang. Tentara Amerika harus hidup seadanya di tengah lautan, bahkan menghabiskan waktu dengan berjudi.

Anggota RAF menunggu instruksi tentang waktu serangan dengan meminum bir. Ada juga pasukan Jerman yang memilih bermain kartu karena nggak mengira sekutu akan melancarkan serangan saat cuaca buruk.

Adegan-adegan drama banyak mengandalkan wide shot untuk menangkap ekspresi, gestur, serta lokasi para karakter yang sedang bersiap untuk perang.

Adegan aksi di film ini pun dikemas dengan baik dan meyakinkan. Serangan yang dilakukan pada malam hari dibuat senyata mungkin dengan pencahayaan yang dibuat minim.

The Longest Day berjalan dengan tempo yang lambat, tapi ketika mencapai klimaksnya berhasil memberikan sajian yang seru. Durasi sepanjang 178 menit dibutuhkan untuk membangun narasi yang kuat.

Film ini bisa jadi membosankan, tapi aksi yang dikemas dengan apik menjadikan film bersejarah ini layak untuk ditonton. Apa kamu tahan nonton film perang dengan durasi panjang? Bagikan pendapatmu di kolom komentar, teman-teman!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram